“Gray dan yang lain dalam bahaya. Aku harus menolong mereka.”
Ketika Luc Besson menekan tombol dan serangan mematikan itu melesat cepat ke arah Gray dan rombongan, Gavin memaksakan dirinya berdiri. Napasnya terengah-engah, tubuhnya nyaris tak sanggup bergerak, tetapi kakinya tetap melangkah.
“Tidak!”
Ia berlari sekuat tenaga, meski sadar tindakannya mungkin tidak akan menghentikan serangan itu. Namun ia tidak bisa berdiam diri ketika kematian berada tepat di depan mata orang-orang yang ingin ia selamatkan.
Di saat itulah Gavin berteriak dalam keputusasaan yang paling dalam.
“Aku mohon hentikan waktu agar aku menolong mereka.”
Seketika, Gavin terperangah. Sebuah gelombang aneh menjalar dari dalam tubuhnya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
“Apa yang terjadi?”
Di hadapan kehancuran yang tak terelakkan, Gavin melihat sesuatu yang tidak pernah dirinya lihat selama ini—sebuah tanda bahwa kekuatan tersembunyi di dalam dirinya akhirnya terbangun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Selamat sore, Tuan Alexander Ashcroft." Seorang robot wanita tiba-tiba muncul di hadapan Xander, membungkuk hormat.
Xander sontak tercenung, mengamati robot yang nyaris berbentuk seperti manusia saksama. Ia menahan napas selama beberapa waktu, terdiam.
Robot wanita itu melakukan pemindaian pada Xander selama beberapa waktu, dan informasinya segera tertera di layar.
"Aku akan menyampaikan informasi terkait kunjungan Anda ke markas UltraTech besok.
Sebagai calon anggota dari kelompok kami, Anda harus mengikuti seluruh persyaratan dan instruksi yang sudah kami tentukan."
Xander mengepalkan tangan erat-erat.
"Jika Anda tidak mengikuti syarat dan instruksi yang sudah kami tetapkan, kami akan menganggap Anda tidak serius bergabung menjadi anggota UltraTech sehingga Anda akan dinyatakan gagal menjadi anggota. Seluruh ingatan Anda dan orang-orang Anda mengenai UltraTech akan dihilangkan secara paksa. Selain itu, jika Anda melakukan tindakan berbahaya yang mengancam keamanan UltraTech, kami akan mengambil tindakan tegas sebagai hukuman. Apakah Anda mengerti?"
"Aku mengerti." Xander mengangguk.
"Berikut adalah syarat-syarat yang harus Anda penuhi." Layar hologram seketika menampilkan deretan informasi.
Xander membaca seluruh butir-butir persyaratan saksama. "Persyaratannya sangat ketat seperti yang aku duga sebelumnya. Aku hanya boleh membawa dua pengawalku ke markas yang sudah didaftarkan saat Gideon dan Gabriel memberikan kartu ini padaku.”
"Aku harus pergi ke kota Snowacity di Lytora dan bertemu dengan dua orang pria yang akan mengantarku menuju lokasi markas. Selama perjalanan, aku tidak boleh berbicara dengan dua pengawalku dan dua anggota UltraTech yang mengantarku, dan aku tidak akan bisa melihat rute perjalanan menuju markas."
"Silahkan letakkan tangan Anda di layar hologram sebagai tanda Anda setuju dengan semua persyaratan yang kami ajukan."
Sebuah layar bergambar mendadak muncul. Lima meletakkan tangannya di sana, dan seketika saja sistem memproses informasi.
"Informasi diterima." Suara sistem terdengar dengan jelas.
"Kami akan menunggu kedatangan Anda di markas." Robot wanita itu membungkuk. Terima kasih atas waktu Anda."
Layar hologram mendadak menghilang, dan kartu keanggotaan kembali ke keadaan semula. Xander mengambil kartu hitam itu, mengamati saksama. Namanya tertulis di sebuah kotak berwarna emas. Pikirannya mulai melanglang buana menuju berbagai hal.
Xander mengepalkan tangan erat-erat, mengendurkannya bersamaan dengan embusan napas panjang. Ia tidak memungkiri jika dirinya semakin tegang mengingat waktu semakin menipis ke waktu keberangkatan.
"Osvaldo Tolliver masih tidak sadarkan diri sehingga aku tidak bisa mendapatkan informasi darinya. Kekuatan Alexis dan Xylorr juga tidak aktif dengan sendirinya. Selain itu, aku mendengar kondisi Luc yang tidak baik-baik saja setelah perjalanan bertemu dengan George di hutan. Jika kondisi terdesak, aku harus berangkat ke markas sesuai rencana awal."
Xander tercenung selama beberapa waktu di ruangan. Waktu terasa berjalan dengan lambat. Setiap jarum jam berdetak, suaranya seakan memukulinya dari berbagai sudut. Setiap detik berlalu, semakin dalam ia terseret oleh pemikirannya sendiri. Tubuhnya seakan meluncur ke ruangan hitam yang tidak berujung.
Xander menarik napas panjang, mengembuskan perlahan. "Berdiam diri tidak akan mengubah apa pun. Aku harus terus maju. Aku bisa melewati hal ini. Kekhawatiran yang berlebihan hanya akan menghilang kesempatan. Ini adalah momen baru dalam hidupku."
Xander menoleh saat Samuel memasuki ruangan. "Kau datang di waktu yang tepat, Ayah. Aku baru saja akan menemuimu."
Samuel duduk di hadapan Xander, tersenyum. "Kau tampak sangat tegang, Xander. Apakah sudah terjadi sesuatu?"
"UltraTech baru saja menghubungiku soal pertemuan besok di markas mereka. Mereka memberikan beberapa persyaratan yang sangat ketat." Xander mengepalkan tangan erat-erat.
"Kau sudah melangkah ke dunia yang belum pernah aku dan kakek buyutmu masuki, Xander. Ini adalah sebuah kemajuan sekaligus tantangan yang harus kau hadapi. Sebagai seorang ayah, aku tentu mengkhawatirkan keadaanmu. Aku tahu kau sangat mengkhawatirkan keadaan keluargamu, tetapi ingatlah jika keluargamu bukanlah keluarga biasa."
Xander tersenyum. "Aku mengerti, Ayah."
"Apa pun keputusanmu, aku akan tetap mendukungmu. Jangan menoleh ke belakang, kecuali ketika kau hanya ingin mengukur seberapa banyak perjalanan yang sudah kau lalui. Hal besar memang membutuhkan usaha dan pengorbanan."
Xander meninggalkan ruangan tidak lama setelah Samuel pergi. Govin, Mikael, dan beberapa pengawal segera mengikutinya. Ia pergi ke ruangan penciptaan, memeriksa alat-alat canggih yang diciptakan oleh Gray, Baba, dan yang lain.
"Progres penciptaan dan pengembangan alat-alat ini sangat cepat setelah Luc Besson bergabung. Beberapa alat bahkan sudah masuk ke tahap percobaan dan penyempurnaan." Xander mengambil sebuah sarung tangan, mengamati saksama. Layar hologram mendadak muncul dan langsung menampilkan informasi mengenai detail alat.
Xander pergi menuju ruangan Luc Besson setelahnya. Ia hanya bisa melihat beberapa robot yang berkeliaran di dalam ruangan sedangkan pria paruh baya itu terbaring di kursi, mendapatkan bantuan dan dukungan dari beberapa robot.
Sebuah robot memberikan informasi pada Xander melalui layar hologram.
"Luc Besson tampaknya masih dalam proses penyembuhan sekarang. Dia akan siap setelah makan malam. Baiklah, aku tidak akan mengganggunya."
Xander meninggalkan ruangan, berada di depan danau selama beberapa waktu untuk menenangkan diri. Ia menoleh ke arah kediaman utama, tercenung saat mengingat kehidupan bahagianya selama lima tahun terakhir.
Xander tersenyum tipis, memasuki rumah. "Apapun hasil obrolanku dengan Luc Besson nanti, aku harus siap dengan berbagai kemungkinan."
Xander menonton latihan Alexis di sebuah ruangan. Anak kecil itu tampak semangat meski terjatuh beberapa kali. Axo dan Axe mendukung dari sisi lapangan, bergerak-gerak sesuai dengan gerakan Alexis.
Xander mendapatkan informasi dari Baba. "Robot untuk latihan Alexis sudah selesai diuji dan disempurnakan. Alexis akan mulai berlatih dengan robot itu mulai besok. Meski begitu, dia masih tetap harus berlatih dengan bimbingan Lorien. Selain itu, kaki palsu untuk Axo dan kalung untuk Axe sudah diperbaharui."
Xander mengepalkan tangan erat-erat. "Dibandingkan terus khawatir, aku seharusnya melakukan berbagai hal yang bisa aku lakukan."
Xander menemani Alexis selama beberapa waktu setelah latihan. Anak kecil itu bercerita banyak hal selama latihan. "Alexis, aku akan menunjukkan sesuatu padamu."
"Apakah kau memberikanku hewan peliharaan yang baru, Ayah?" Alexis menatap Xander, menolak saat akan digendong. Axo dan Axe mengikutinya dari samping dan atas.
Xander dan Alexis memasuki sebuah ruangan. Para pengawal mengikuti mereka dari belakang. Gray, Baba, Bennet, dan Bruce muncul dari sebuah ruangan. Begitu mereka membuka jalan, sebuah robot setinggi Alexis mendadak muncul dan mendekat.
Robot anak itu berkata, "Selamat datang, Tuan Aleexis. Aku Aeon, robot asisten Anda. Aku siap membantu Anda."
"Ayah!" Alexis tersenyum lebar seraya menarik-narik tangan lebar. "Itu robot seperti yang aku lihat di film. Dia tahu namaku."
"Aeon akan menjadi asistenmu, Alexis," kata Xander.
"Benarkah, Ayah?" Alexis tampak ragu mendekat, mengambil Axo sekaligus mengelus Axe yang bersandar di bahunya. "Jadi, robot itu seperti Paman Govin untukmu."
Xander tertawa. "Robot tidak akan bisa menggantikan manusia, Alexis. Mereka tetaplah sebuah alat yang bisa rusak dan hancur. Suatu saat nanti, kau akan memiliki asisten kepercayaanmu sendiri. Sekarang, sambutlah Aeon."
"Bagaimana kalau dia menyerangku, Ayah?" Alexis bersembunyi di belakang Xander.
"Dia tidak akan menyerangmu. Dia justru akan membantumu."
Alexis mulai mendekat Aeon. Ia terkejut dan segera bersembunyi di balik Xander saat robot itu melakukan pemindaian.
"Informasi berhasil diterima dan disimpan." Aeon mendekati Alexis. "Aku siap membantu dan melayani Anda, Tuan Alexis."
Alexis perlahan mendekat saat Xander sedikit mendorongnya ke depan. Ia mengulurkan tangannya yang kemudian disambut oleh si robot. Axo dan Axe mendekat dan memutari Alexis dan Aeon.
"Aku siap dengan perintah pertama Anda, Tuan Alexis.”