Ingin berbuat baik, Fiola Ningrum menggantikan sahabatnya membersihkan apartemen. Malah menjadi malam kelam dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Kesuciannya direnggut oleh Prabu Mahendra, pemilik apartemen. Masalah semakin rumit ketika ia dijemput paksa orang tua untuk dijodohkan, nyatanya Fiola sedang hamil.
“Uang yang akan kamu terima adalah bentuk tanggung jawab, jangan berharap yang lain.” == Prabu Mahendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Butuh Bantuan
Motor yang biasa digunakan untuk wara wiri dari kosan, apartemen dan juga kampus sudah terparkir di area basement khusus karyawan. Ola melepas helm dan gegas mengaitkan pada salah satu stang. Perkiraan ia akan kembali ke apartemen jam tiga sore untuk menggantikan Maya melakukan tugasnya, ternyata meleset. Urusan di kampus agak lama karena tugasnya sempat ditolak tidak sesuai dengan tema yang dipilih, membuatnya semakin lama di kampus untuk merevisi. Belum lagi terjebak macet karena sudah memasuki traffic jam.
“Setengah lima,” gumam Ola sambil bergegas menuju ruang ganti.
Saat ke kampus ia sempat berganti pakaian dan sekarang harus kembali mengenakan seragamnya.
Brak.
Ola menutup pintu loker lalu meninggalkan ruang ganti menuju lift khusus karyawan. Lantai di mana Maya bertugas berada dua lantai di atas di mana unitnya berada. Menekan tombol sembilan sambil menunggu laju kotak persegi itu membawa ke lantai tujuan. Dalam hati ia berharap pekerjaannya tidak memakan banyak waktu, tidak sampai harus bertemu dengan penghuni unit.
“Pascodenya,” gumam Ola sambil membuka ponsel membuka kembali room chat bersama Maya untuk melihat deret angka, kode untuk membuka pintu.
Setelah menutup pintu, pandangan Ola menatap sekeliling ruangan.
“Wow, rapi banget. Ini sih bukan karena Maya yang jago beberes, tapi penghuninya apik.”
Furniture dan desain ruangan terlihat elegan dan mewah, mencerminkan kalau penghuninya adalah seorang pria terlihat dari warna cat dinding yang didominasi dengan kombinasi putih dan abu-abu.
“Dapur, bersihkan di sana dulu.”
Nyatanya apa yang dikerjakan cukup banyak. Ada belanjaan yang belum disimpan ke lemari, peralatan makan bekas entah semalam atau tadi pagi. Beres dengan urusan dapur, Ola memastikan meja, buffet dan nakas yang ada di ruang tamu juga ruang tengah bebas dari debu.
“Setengah enam,” gumam Ola menatap jam dinding dan ia belum membersihkan lantai. Pandangannya beralih ke foto besar yang ada di ruang tengah, tepat di atas televisi.
Foto seorang pria yang terlihat dewasa, gagah dan sudah pasti tampan. Penasaran dengan pigura lain yang berada di buffet, Ola pun mendekat. Beberapa foto pria yang sama hanya saja terlihat lebih muda. Mungkin foto lama, saat masih sekolah atau kuliah.
Pandangan Ola masih tertuju foto pria itu dalam pigura besar di depannya.
“Ganteng banget. Maya apa nggak klepek-klepek sering lihat yang beginian. Hih, merinding gue ngebayangin dekat sama ini cowok. Tapi aneh, kok nggak ada foto keluarga. Bareng istri atau anak gitu.”
Tidak mau ambil pusing dengan hal yang bukan menjadi urusannya, Ola kembali melanjutkan pekerjaan. Meski ia menghidupkan pendingin udara, tapi bergerak melakukan pekerjaan membuat Ola berkeringat dan lelah.
“Maya bisa aja, katanya nggak banyak yang harus dikerjakan. Masih mending kerja bareng tante Gladys, orangnya asyik dan nggak banyak tugas kayak gini.”
Sempat mencuci muka di toilet yang berada di dapur dan merapikan kembali ikatan rambutnya, bahkan Ola sempat mengambil air mineral untuk meredakan dahaga sambil duduk di sofa ruang tengah.
Menscroll layar ponsel membaca pesan masuk setelah mengabari Maya kalau ia sudah melakukan tugasnya.
“Hoam.” Ola menguap dan merasakan pegal dengan aktivitasnya seharian ini. “Masih ada waktu setengah jam,” gumam Ola kembali menekuni layar ponsel dan menyandarkan kepala di sandaran sofa.
Suhu tubuh yang mulai kembali normal dan pendingin udara juga rasa lelah membuat kantuknya datang. Tanpa terasa ia memejamkan mata dengan ponsel masih berada di tangan. Bahkan tubuhnya merebah di sofa yang terasa sangat nyaman.
***
Terdengar suara kode smart door dan pintu terbuka.
“Cari sampai dapat, berani dia main-main dengan Prabu.”
Terdengar langkah terseok memasuki unit apartemen.
“Tidak usah ikut masuk, kerjakan saja tugasmu!”
“Tapi pak?”
“Pergi!”
Seorang pria memasuki unitnya dengan langkah terhuyung karena mabuk. Melepas dasi dan jas yang dikenakan lalu dilempar begitu saja ke salah satu sofa.
Brak.
Pria bernama Prabu itu membuka pintu kamar dengan kasar dan nafas memburu. Merasakan ada sesuatu di tubuhnya yang semakin menyiksa. Bukan hanya pengaruh alkohol saja, ada gelenyar aneh membuat raganya semakin panas.
“Set4n, berani dengan Prabu Mahendra,” teriaknya lalu menghempaskan tubuh ke atas ranjang, berharap bisa memejamkan mata agar tidak lagi merasakan hal yang menyiksa.
Ola yang tertidur di sofa ruang tengah langsung terjaga saat mendengar teriakan. Perlahan ia beranjak duduk dan menyadari sudah tertidur. Mulutnya menganga saat menatap jam dinding sudah menunjukan pukul setengah sepuluh malam.
“Beg0, kenapa bisa ketiduran. Yang punya tempat udah pulang. Aduh, gimana ini.”
Melangkah pelan menuju pintu salah satu kamar, mengintip di sela pintu yang tidak tertutup. Menghela lega mendapati seorang pria yang ia duga pemilik unit berbaring di ranjang dengan kedua kaki menjuntai ke lantai. Gegas ia menuju dapur untuk mengambil tas dan segera keluar dari tempat itu.
“Hah, panas,” keluh Prabu lalu beranjak duduk dan melepas sabuk dan berdiri. “Air, aku butuh air.”
Menatap sekeliling kamar tidak melihat ada botol air mineral, Prabu berjalan keluar dengan langkah berat.
“Shittt.” Mulutnya mengumpat merasakan hasratnya semakin besar, bagian bawah tubuhnya mulai menegang.
Bukan hanya air yang ia butuhkan, tapi pelepasan. Meninggalkan kamar menuju dapur dan …
Bugh.
“Astaga.”
Mata Prabu menyipit memastikan siapa yang baru saja menabraknya. Dari pakaian ia tahu perempuan itu adalah asisten rumah tangga, tapi dari wajahnya tampak asing. Bukan yang biasa bekerja di unitnya. Khawatir kalau perempuan itu berniat jahat, gegas ia menahan dengan mencengkram lengan si perempuan.
“Siapa kamu?”
“Maaf pak, saya karyawan pengganti. Baru selesai beres-beres, permisi.” Perempuan itu berusaha melepaskan cengkraman Prabu.
“Kamu bukan petugas yang biasa.”
“Maaf saya buru-buru. Unit anda sudah bersih, saya permisi.”
Tangan Prabu mengendur dan langsung dimanfaatkan Ola yang mengangguk lalu melangkah meninggalkan Prabu.
“Hei, siapa yang menyuruhmu pergi.” Prabu meraih kembali tangan Ola dan menarik dengan cepat membuat tubuh perempuan itu menabrak tubuhnya.
“Aduh.”
Merasakan dad4 perempuan itu menempel di tubuhnya meski tidak sengaja, membuat tubuh Prabu merespon. Pengaruh alkohol dan obat yang ada dalam tubuhnya membuat pikirannya tidak bisa berpikir jernih.
“Maaf pak, tolong lepaskan tangan saya,” pinta Ola, tidak ingin kasar dengan menarik paksa, khawatir akan menjadi masalah untuknya juga Maya.
“Tidak bisa. Kamu sudah di sini dan aku butuh bantuanmu.”
crazy up thor semangat"
anak kandung disiksa gak karuan ehh anak tiri aja disayang² gilakk
kalo maya pindah nanti sepi
. kasian a' gama kn gak ada gandenganya wk wk wk