NovelToon NovelToon
Pernikahan Kilat Zevanya

Pernikahan Kilat Zevanya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pernikahan Kilat
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Naaila Qaireen

Zevanya memiliki paras yang cantik turunan dari ibunya. Namun, hal tersebut membuat sang kekasih begitu terobsesi padanya hingga ingin memilikinya seutuhnya tanpa ikatan sakral. Terlebih status ibunya yang seorang wanita kupu-kupu malam, membuat pria itu tanpa sungkan pada Zevanya. Tidak ingin mengikuti jejak ibunya, Zevanya melarikan diri dari sang kekasih. Namun, naasnya malah membawa gadis itu ke dalam pernikahan kilat bersama pria yang tidak dikenalnya.

Bagaimana kisah pernikahan Zevanya? Lalu, bagaimana dengan kekasih yang terobsesi padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naaila Qaireen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

SELAMAT MEMBACA

Zevanya merebahkan dirinya di kasur yang nyaman, walaupun bisa dilihat kasur tersebut bahkan hampir tidak memiliki busa.

Matanya menerawang di dalam kos dengan tubuhnya yang cukup lelah oleh kesibukannya hari ini, ia ingin segera tidur dan menekuri mimpi. Tetapi lagi-lagi dirinya akan terbayang di dalam lemari sempit nan pengap, membuat hatinya was-was untuk menutup mata.

Akhirnya ia meraih ponsel dan menyetel apa saja agar kamar kosnya tidak terlalu sunyi, perlahan ia mulai menikmati alunan. Matanya mulai tertutup dengan lampu kos yang masih menyala terang. Berharap ketika bangun esok, akan ada hal baik yang menghampiri.

Tetapi harapan memang kadang tak sesuai realitas. Pagi sekali, bahkan matahari belum setinggi tombak. Kamar kosnya diketuk secara kasar oleh seseorang, yang mau tak mau Zevanya harus membukakannya.

“Bu Lani, kenapa ya, Bu?” tanya Zevanya sopan melihat sosok perempuan paruh baya pemilik kos yang ia sewa.

Wajah Bu Lani tampak kaku, membuat Zevanya semakin penasaran. Apa ia telah melakukan kesalahan, sehingga pemilik kos datang menegurnya. Tapi seharian kemarin Zevanya tidak berada di lingkungan kosan akibat sibuk bekerja, jadi kapan ia menyinggung wanita di depannya ini. Atau mungkin karena ia yang diantar oleh Adrian? Tetapi jika seperti itu, teman-teman kosnya yang lain bahkan mengajak teman cowoknya masuk ke dalam kamar asalkan tidak menutup pintu. Dan hal tersebut memang diperbolehkan.

Zevanya terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan kesalahan yang telah ia lakukan agar segera dapat meminta maaf. Namun, sama sekali ia tidak dapat mengingat kesalahan apa yang telah ia perbuat.

Bu Lani tahu gadis di depannya sedang berpikir keras akibat sikapnya saat ini, tetapi ia tidak mempedulikannya.

“Maaf, kalau Vanya melakukan kesalahan, Bu.” Akhirnya gadis itu memilih meminta maaf saja karena tidak ingin menyinggung perasaan wanita di hadapannya.

Bu Lani mendengus, bersamaan dengan badannya yang gempal juga ikut bergerak. Siapa saja yang melihatnya pasti akan takut.

“Kamu harus mengosongkan kamarmu hari ini!” pintanya tanpa basa-basi, membuat Zevanya tidak bisa menyembunyikan raut keterkejutannya.

“Loh, kenapa begitu, Bu? Saya ‘kan sudah membayar lunas untuk bulan ini, dan bulan depan juga saya akan membayar dengan lunas.” Tanggap Zevanya tanpa merasa terintimidasi dari tatapan wanita paruh baya itu yang tajam.

“Bukan itu masalahnya, tapi ada yang mau membayar kamarmu dengan lebih tinggi. Makanya kamu harus mengosongkan kamarmu hari ini juga,”

“Tidak bisa begitu, Bu—“ protes Zevanya yang langsung dipotong oleh Bu Leni.

“Kenapa tidak? Saya pemiliknya!” katanya sewot, penuh kelicikan.

Zevanya terdiam untuk beberapa saat, ia tahu sifat pemilik kos tempatnya bernaung memang seperti ini. Tetapi untuk mencari kos baru itu sulit, terlebih biayanya pun mahal.

“Tapi, Bu...”

“Saya tidak butuh persetujuan mu, Zevanya. Sebagai pemilik, saya berhak melakukan apa saja. Dan kamu kira saya tidak ingin untung?!” nada suara wanita itu tidak berubah dan malah terdengar sarkas.

“Ini baru pertengahan bulan, Bu. Lalu bagaimana dengan uang saya yang sudah saya bayar penuh?” Zevanya tahu tidak ada kesempatan lagi untuk merubah keputusan pemilik kos, tetapi sekedarnya uangnya harus kembali—uang yang ia dapatkan dengan susah payah.

“Akan aku kembalikan, uang segitu saja kamu perhitungan!” hidungnya kembang kempis. “Cepatlah berkemas, uangmu akan ku kembalikan setelah itu,” wanita itu melenggang pergi meninggalkan Zevanya yang mulai memikirkan mencari kos baru dengan uangnya yang seadanya.

Walaupun hidup ini kejam, tetapi tidak ada waktu untuk sekedar berkeluh kesah sekarang. Gadis itu masuk ke kamar sempit tersebut dan mulai mengemasi barang-barangnya. Jangan menyerah, jangan menyerah. Katanya ketika merasakan manik matanya yang perih dan mulai menampakkan bening-bening berkilau.

Barang-barang gadis itu tidak banyak, hanya satu tas ransel dan tas tentengan sedang di tangan kirinya.

“Ini! Dan segeralah pergi,” usir wanita itu tanpa belas kasih. Zevanya menerima sebagian uangnya dan melangkah pergi meninggal kosan tersebut.

Saat ia sudah berjalan beberapa meter, klakson mobil berulang kali membuat ia menoleh. Tampaklah seseorang yang sangat ia kenal.

“Kak Rian,” lirih Zevanya.

“Va, mau kemana?” tanya Adrian turun dari mobilnya, raut wajahnya ia pasang penuh penasaran dan kepedulian.

Zevanya menunduk, mata Adrian semakin menajam pada tas ransel dan tas tentengan yang penuh barang. Sekilas dan samar, bibir pria itu menyunggingkan senyum kemenangan.

Zevanya menggeleng pelan, gadis itu memang tidak tahu akan ke mana. Kakinya hanya bisa melangkah dan berhenti jika nanti menemukan kosan yang sepadan dengan uangnya saat ini.

“Lohhh...” wajah Adrian semakin bingung. “Terus, kenapa bawa tas segala?”

“Sebenarnya aku mau cari kos baru, Kak. Tapi belum nemu,” jawab gadis itu tanpa menceritakan kemalangan yang ia alami.

“Memangnya kos kamu sebelumnya kenapa? Kamu nggak cocok di sana?” Zevanya mengangguk saja. Toh, itu memang benar. Uangnya yang tidak cocok di sana.

Respon yang Zevanya berikan tidak sesuai dengan harapan Adrian, lelaki itu ingin Zevanya berkeluh kesah padangan. Dan saat itu, ia akan menawarkan bantuan dan diterima dengan senang hati oleh sang gadis.

Tetapi harapan memang tak sesuai dengan kenyataan, Zevanya si gadis mandiri sejak umur 13 tahun itu malah menyatakan diri untuk mencari kos baru. Dan mau tidak mau Adrian pun membantunya mencarikan kos tersebut, tepatnya memaksa gadis itu agar mau menerima bantuannya.

Keduanya pun mulai menyusuri kosan ke kosan lainnya. Dari yang terlihat mewah, biasa, sampai yang paling sederhana, tetapi harganya begitu fantastis. Sangat tidak ramah dikantong Zevanya si gadis pekerja serabutan.

Matahari sudah mulai meninggi, membuat hawa panas yang menyengat. Berulang kali Adrian mengusap dahi dan lehernya, terlihat sangat tidak nyaman atas keadaan ini.

“Maaf, Kak. Aku jadi merepotkan mu,” gadis itu menunjukkan raut penyesalan dan merasa menjadi beban untuk pria itu.

“Apa yang kamu katakan, Vanya? Aku sama sekali tidak merasa direpotkan. Nah, sekarang sebaiknya kita istirahat dulu dan mencari tempat makan.” Pungkas Adrian yang sudah sangat merasa letih, Zevanya pun mengangguk menyetujui. Perutnya juga sudah terasa melilit.

Mereka mampir di sebuah cafe terdekat, “Kita makan di sini, sekalian untuk menyejukkan diri,” kata Andrian ketika melihat raut penolakan pada gadis tersebut.

Gadis itu pun menghela napas gusar, sepertinya uangnya akan semakin berkurang. Ia bertekad akan memesan makanan paling murah.

“Kenapa pesan yang itu? Pesanlah makanan yang lebih baik, aku yang akan membayarnya.” Ujar Adrian melihat Zevanya yang memesan menu sederhana.

“Tidak, Kak. Aku ingin makan yang ini, perutku masih kenyang untuk makanan yang berat.” Alasan gadis itu.

Zevanya memang seperti itu, ketika Adrian akan mengeluarkan uang untuk dirinya, ia akan menolak. Sebagai kekasih, selama ini hanya sering menjemputnya dan sesekali mengantarkan ke tempat kerja.

Selesai makan mereka langsung melajukan mobil untuk kembali mencari kosan, “Maaf, harganya tidak bisa ditawar. Kalau mau yang murah seperti itu, silakan cari kosan lain dan saya yakin kalian tidak akan menemukannya!” kata seorang ibu pemilik kosan yang mereka tanyai.

Wajah Zevanya seketika murung, bingung mencari tempat tinggal ke mana lagi. Berbeda dengan Adrian, pria itu semringah dalam hati.

“Sudahlah Va, ambil saja uang dariku. Kalau kamu tetap tidak mau, mari kita tinggal bersama.” Ajak Adrian dengan penuh selubung.

1
Eliermswati
wah keren wira emng bnr klo dah d buang buat ap d pungut lg bkn rmh tangga jd berantakan
Karina Mustika
langsung nikah aja nih..
Naaila Qaireen: Hehehhe, iya kak😅
total 1 replies
Nazra Rufqa
Nunggu dari lama kak, akhirnya ada karya baru... moga sampe tamat ya.
Nazra Rufqa
Mampir kak thor/Smile/
Naaila Qaireen: Siap kak, moga suka🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!