Felisha Agatha Christie gadis barbar , mulut ceplas-ceplos, dan non akhlak harus mati ditangan sang ayah karna wajah nya yang mirip dengan sang Bunda.
Bukan nya masuk ke alam baka, Felisha justru terbangun ditubuh seorang wanita yang sudah bersuami lebih parah lagi dia memasuki tubuh seorang Antagonis yang memiliki tiga suami yang tidak ia pedulikan karna sibuk mengejar cinta sang protagonis pria.
____
"Gue mau cerai!" Felisha
"Jangan berharap bisa lepas Baby" A
"Bisa ntar gue menghilang" Felisha
"Sayangnya saya sudah menanam benih di perutmu" J
"Gampang, nanti gue cariin bapak baru buat anak gue" Felisha
"Saya kurang kaya? Tampan? Seksi? Kuat" D
"Punya lo kecil kagak puas gue" Felisha
Yuk lanjut......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penulismalam4, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17_Bertemu ²
Seorang pria tampan berumur matang memasuki mansion nya dengan tatapan dingin menuju kamarnya, dia Darion pria tampan seorang psikopat berdarah dingin yang tak pandang bulu, cuek dan dingin tak tersentuh.
Darion berjalan menuju kamar nya namun saat melewati kamar sang anak,ia berhenti karna melihat pintu kamar anak nya terbuka.
Darion berdiri menatap anak nya dari cela pintu tak berniat masuk, ia mengepal tangan nya mendengar ucapan sang anak.
"Bunda, Teo ngak sabar deh ketemu Bunda. Teo pengen dipeluk, di cium terus diantar sekolah sama bunda, Teo janji akan jadi anak yang baik. Cepat sembuh ya Bunda, Teo sayang Bunda" ujar Meteo lalu mencium foto Delisha dan berbaring di atas tempat tidur nya.
Darion masuk kedalam kamar Meteo setelah memastikan anaknya tertidur pulas, Darion mengambil foto yang dipeluk oleh Meteo, disana terlihat foto Delisha yang sedang makan eskrim dengan pipi yang menggembung.
Darion mencium foto Delisha lalu mencium kening Meteo.
"Papa sayang Teo, maafin Papa belum bisa kasi tau kebenaran nya, hati Papa belum siap buat menerima semua nya" setelah mengatakan itu Darion keluar dari kamar Meteo.
__________
Disisi lain disebuah kamar berwarna biru tua terlihat seorang gadis kecil yang menatap balkon kamarnya dengan kosong, lebih tepatnya pantulan wajahnya di kaca pintu balkon.
Tubuh kurus, wajah pucat, mata sayup dan jangan lupakan selang terpasang di hidung nya.
"I want to die" ujarnya lirih.
"Ry mau ketemu bunda" ujarnya lirih.
Clek
"Keluar" ujar nya dingij tanpa melihat siapa yang masuk.
Julian menghela nafas panjang, ia menatap sendu adik perempuan nya itu. Dunia seperti tidak adil pada adik nya.
"Dek!"
"Aku bilang KELUAR!"
PRANK!
Julian kembali menghela nafas berat, ia sudah tidak heran, Rissa akan mengamuk dan melempar barang jika dia sedang marah.
Rissa tidak suka bertemu siapapun kecuali Papa nya, bahkan adik dan abang nya saja dis tidak mau bertemu.
"Padahal abang ingin menyampaikan pesan bunda, kalo bunda ingin bertemu Ry. Tapi sepertinya Ry tidak mau bertemu Bunda_
"Tidak apa nanti abang sampaikan ke Bunda kalo Ry tidak mau bertemu siapapun kecuali Papa"
Julian kembali menutup pintu kamar Rissa, ia menghela nafas panjang berjalan meninggalkan kamar Rissa.
Namun baru beberapa langkah Julian menghentikan langkahnya saat seseorang menarik bajunya.
Julian berbalik badan, ia melihat Ry yang menatap nya dengan mata berkaca-kaca.
"Ry mau ketemu Bunda" ujar nya sedih.
Julian mensejajarkan tubuhnya dengan Rissa, lalu memeluk adik perempuan nya itu dengan sayang. Julian menggendong Rissa lalu berjalan keluar dari Mansion
Tepat didepan pintu mobil Rissa dapat melihat kedua saudara kembar nya berdiri menatap nya dengan terkejut.
Meteo siap menumpahkan tangisan nya saat melihat Rissa, sedangkan saudara satunya menatap nya dengan datar.
Mereka masuk kedalam mobil dan mulai meninggalkan pekarangan rumah, sebelumnya Julian sudah meminta ijin kepada Papa nya ingin membawa adik nya untuk bermain dan dia mendapatkan Ijin itu.
Tak butuh waktu lama mereka kini sampai di sebuah apartemen mewah dan terbesar di kota jakarta, Julian dan ketiga adik kembarnya berjalan memasuki Apartemen menaiki lift menuju lantai 8, setelah sampai Julian membuka pintu dengan mudah karna Airin sudah memberi tahu kata sandinya.
Baru saja mereka masuk kedalam apartemen itu sudah disambut oleh teriakan membahana milik Airin.
"JULIAN KING GRISHAM BERANI PULANG KAMU SETELAH BUAT MASALAH HAH!"
Ketiga anak kembar itu mematung melihat seorang perempuan berjalan menghampiri mereka dengan sotel ditangan kanannya dan tangan kirinya berkacak pinggang.
Mata mereka memerah melihat Airin yang saat ini sedang mengomeli Julian, namun tidak dengan Julian yang saat ini meneguk ludah nya kasar saat melihat Airin dalam mode marah.
"Aaaa bun bun sakit bun aduh aduh" ringgisan Julian saat Airin menarik telinganya.
"Udah berapa kali bunda bilang hah! Jangan berantakin kamar bunda! Jangan juga ganggu anjing pak slamet dan kamu dengan tampang tak berdosa malah ceburin Anjingnya pak slamet ke kolam ikan!" Omel Airin yang maish belum menyadari kehadiran ketiga anak kembarnya.
Julian langsung memeluk Airin sembari menunjukkan wajah memelas nya.
Airin mencubit pipi Julian gemas lalu mencium kening Julian.
"Kalo kamu seperti ini bunda jadi gak bisa marah loh!" ujar Airin kesal.
"B-bunda"
Airin menatap kearah orang yang memanggil nya, disana berdiri ketiga anak kembar yang menatap nya dengan pandangan berbeda.
Julian memeluk Airin lalu mencium pipi gembul Airin.
"Anak bunda" ujar nya lalu melepaskan pelukan.
Airin menghampiri ketiga anak nya itu, ia tersenyum haru melihat anak nya sudah tumbuh besar, namun senyum itu luntur saat melihat anak perempuan nya memakai infus ditangan kirinya.
"Kalian" Airin tak sanggup untuk berbicara, hatinya senang namun juga sedih saat melihat ketiga anak nya.
Airin langsung memeluk mereka bertiga dengan penuh sayang.
Ketiga anak kembar nya itu membalas pelukan Airin, nyaman. Itulah yang mereka rasakan.
Airin melepaskan pelukannya, ia mengusap airmata nya lalu mengusap air mata ketiga anak nya.
"Ayo makan, kalian pasti lapar dan belum makan kan? Bunda udah masakin makanan kesukaan kalian" ujar Airin mengajak keempat anak nya kemeja makan.
Airin mengambil makanan untuk keempat anak nya dan mereka makan dengan tenang.
"Masakan nya tidak enak?" tanya Airin pasalnya ketiga anak nya itu hanya menatap makanan nya dan tidak memakan nya.
"I-ini sangat enak bunda" ujar Meteo.
Airin tersenyum manis lalu mencium kening Meteo membuat tubuh anak itu mematung dan mata berkaca-kaca.
Meteo melanjutkan makan nya dengan lahap,namun tidak dengan kedua anak nya yang lain, mereka mengepal tangan mereka kuat saat melihat adik mereka mendapatkan Ciuman dari sang Bunda.
Cup!
Cup!
"Makan yang banyak sayang, bunda mau anak-anak bunda sehat" unar Airin setelah mencium kedua anak nya.
Rissa dan Jendral mengangguk kaku lalu memakan makanan mereka dengan lahap, Julian tersenyum tipis melihat interaksi Ibu dan anak itu.
______
Airin dan keempat anak nya kini sedang berada di ruang tamu, Airin memijit pelipisnya saat melihat perdebatan keempat anak nya itu.
"Kalian ini minggir sana, abang juga mau di elus Bunda!" Ujar Julian geram.
Sekarang dia menyesal membawa ketiga cecuruk ini bertemu dengan Airin, ketiga cecuruk itu sekarang malah memonopoli sang Bunda untuk mereka.
"Bunda Ian juga mau di elus bunda" rengek Julian.
Ketiga anak kembar itu menatap ngeri dengan Julian, Abang dingin dan triplek mereka bisa merengek seperti itu.
"Bunda kepala Teo sakit, kemarin dipukul abang" aduh nya pada Airin sembari memeluk Airin.
Julian melototkan matanya, hei kapan dia melakukan nya bukankah salah si cecuruk itu.
"Bunda Bang Ian juga narik tangan Ry kuat-kuat sehingga merah" aduh nya pada Airin.
"Dia menyuruh ku mengerjakan tugas sekolah nya" ujar Jendral dengan dingin ikut menistakan Julian.
Julian melotot sehingga matanya hampir keluar, berani sekali ketiga curut ini menistakan nya, mereka pikir mereka siapa.
Sedangkan Airin hanya tersenyum tipis melihat keempat anak nya itu.
Julian berjalan menuju kamar nya meninggalkan Ketiga adik durjana nya itu dengan menghentakkan kaki kesal.