Semua orang terkejut saat bos besar mereka muncul dengan menggandeng seorang wanita muda. Karyawan pria terpesona karena lekuk tubuh dan aset besar yang terpampang itu, sementara karyawan wanita merasa cemburu pada sosok yang berjalan bersama atasan mereka.
"Turunkan pandangan kalian!" desis Vino dengan nada dingin. Banyak yang berbisik-bisik tentang Sea menyebutnya sebagai perayu ulung. Mendengar itu, David merasa darahnya mendidih. Ia berhenti, berputar, dan menatap tajam mereka yang berani menggunjing istrinya.
"Berani-beraninya kalian menyebut istriku penggoda!Kalian ingin mencari masalah, ya?"
Semua orang kaget saat tahu bahwa wanita yang mereka bicarakan ternyata adalah istri dari atasan mereka.
"A-ampun, Tuan. Kami tidak tahu kalau Nyonya adalah istri Anda!" kata salah satu dari mereka dengan nada takut.
David mendengus kesal. Wajahnya menjadi lebih lembut saat merasakan usapan halus di tangannya.
"Jangan emosi, sayang. Nanti mereka bisa ketakutan," bisik Sea den
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atik's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 1
B 1
"Nama kamu siapa?" tanya David memecah kesunyian.
Sea merasa tegang. Lidahnya terasa kelu saat atasannya bertanya.
"Nona, Tuan Muda sedang berbicara denganmu!" kata Sang asisten mengingatkan.
Sea menoleh perlahan ke arah pria yang menuntunnya ke ruangan tersebut. Ia berusaha membuka mulutnya, meski terasa sulit.
"S-saya...!",
Asisten menahan senyum. Mengapa gadis kecil itu begitu menggemaskan? Jika dia tidak bisa bicara, lalu suara apa yang baru saja keluar dari bibirnya?
"Siapa namamu?" tanya David sekali lagi.
Aneh. Itulah kesan pertama yang David dapatkan dari gadis kecil tersebut.
"Emmmm, itu... bos. Nama saya Sea," jawab Sea dengan gugup tanpa berani menatap wajah atasannya.
'Jadi, namanya Sea? Indah, seperti dirinya!'
"Mengapa kau terus menunduk? Apa kau tidak khawatir lehermu patah?" tanya David dengan nada bercanda.
Vino memalingkan wajah, merasa geli mendengar gurauan aneh bosnya.
"Hah?" Sea menjawab dengan bingung.
Dengan sigap, Sea menegakkan kepalanya. Kemudian, ia memegang lehernya untuk memastikan tidak ada yang salah.
"Leherku baik-baik saja, bos!" kata Sea dengan polos.
David menahan tawa. Kepolosan gadis kecil itu sangat menggelitik hatinya. Ia hanya bergurau, tetapi Sea menanggapinya dengan serius. Sungguh lucu. David merasa terhibur dengan tingkah laku Sea yang lugu.
"Siapa juga yang bilang kalau lehermu patah?"
Sea membeku, tampak linglung.
"Anda tadi yang bilang begitu," jawab Sea.
David terkekeh. Merasa gadis kecil itu begitu polos dan jujur.
"Vino, apa kamu dengar aku berkata seperti itu?" tanya David mencoba berkelit.
Vimo6 menggeleng. Ia tidak mengerti mengapa namanya ikut terseret dalam permainan bosnya yang sedikit aneh ini.
"Tidak, Tuan Muda."
Sea menoleh ke arah pria bernama Vino, lalu beralih menatap atasannya yang dipanggil Tuan Muda. Tiba-tiba dadanya bergemuruh menyadari siapa sebenarnya sosok yang sedang duduk di hadapannya.
"Bos, maaf mengganggu, bolehkah saya bertanya sesuatu?" Sea bertanya dengan ragu-ragu.
"Kalau mau bertanya padaku, kamu harus siapkan uang yang banyak!"
David tiba-tiba merasa tertarik untuk menggoda Sea yang polos. Ia jadi penasaran dengan celetukan lucu apa yang akan keluar dari bibir mungil itu.
"Tapi, Bos, saya tidak punya uang. Ada sih sedikit, tapi sudah saya anggarkan pas untuk beli makan sampai akhir bulan!" jawab Sea.
Tiba-tiba, ruangan itu diliputi keheningan. David tidak menyangka akan mendengar jawaban yang begitu menyayat hati dari Sea. Matanya lalu meneliti tubuh Sea yang ternyata sangat kurus, nyaris tanpa lekukan. Bahkan, pergelangan tangannya lebih kecil dari tiga jarinya. Ia baru menyadari fakta itu setelah Sea menjawab pertanyaannya.
"Kenapa kamu sampai harus menghitung uang untuk membeli makanan?" tanya David dengan rasa ingin tahu yang besar.
Sea merasa malu dan menunduk, tangannya meremas ujung bajunya.
"Itu satu-satunya cara saya bisa bertahan hidup, Bos. Saya harus pintar-pintar mengatur keuangan supaya semua kebutuhan saya bisa tercukupi!" jawab Sea dengan suara pelan.
David berjalan mendekat ke arah Sea, lalu menariknya dengan lembut untuk duduk di sofa.
"Vino, tolong ambilkan obat!" pinta David sambil menyingkap pakaian yang menutupi lengan Sea yang melepuh.
Sea terkejut dengan tindakan tiba-tiba dari bosnya. Dengan cepat, ia berusaha menutupi kembali lengan bajunya yang tersingkap.
"Jangan bergerak! Akan kupotong tanganmu kalau kau tidak bisa diam!" ancam David sambil menatap Sea dengan tajam.
Tubuh Sea menegang seketika saat diancam seperti itu oleh bosnya. Ia hanya bisa mengangguk.
"Kamu tinggal dengan siapa?" tanya David sambil membersihkan luka di lengan Sea akibat tersiram air panas dari seorang pembeli.
Sea menggigit bibirnya, berusaha menahan rasa perih. Ia sampai lupa menjawab pertanyaan dari bosnya.
"Sea, apa kau mendengarku?".
David terdiam sejenak saat Sea mengerjapkan matanya memancarkan keterkejutan. Sungguh cantik. Mata Sea begitu mempesona. Bola matanya berwarna cokelat cerah dengan bintik hitam pekat di tengahnya.
"Maaf, Bos. Apa yang Bos tanyakan tadi?" tanya Sea dengan polos.
"Aku bertanya, kau tinggal dengan siapa disini?"
'Ya Tuhan, izinkan aku mengakui bahwa aku telah jatuh cinta pada gadis kecil ini!', batin David
"Saya tinggal seorang diri, Bos," jawab Sea.
"Lalu, dimana kedua orang tuamu?"
Kepala Sea tertunduk dalam.
"Saya tidak tahu. Saya tumbuh besar di panti asuhan dan dikeluarkan dari sana setelah lulus dari sekolah menengah pertama,"
Gerakan tangan Gabrielle terhenti. Dia menatap Sea dengan tatapan penuh welas asih.
"Lantas, mengapa mereka sampai tega mengusirmu?", tanyanya dengan nada prihatin.
"Mereka bilang aku ini anak yang membawa kesialan. Padahal, aku tidak seperti itu, Bos. Aku selalu menuruti semua perkataan ibu panti. Aku juga tidak pernah melawan saat teman-teman yang lain merundungku!" jawab Sea sambil menceritakan kisah masa lalunya yang pahit.
David tersenyum lembut. Lalu, dengan penuh kasih sayang, ia mengusap puncak kepala Sea.
"Kamu sama sekali bukan sumber kesialan, Elea. Justru mereka yang pantas disebut sialan. Kamu sudah mengambil langkah yang benar dengan pergi dari sana saat mereka mengusirmu!" puji David dengan nada meyakinkan.
Sea tersenyum tulus. Inilah pertama kalinya seseorang menunjukkan kehangatan padanya.
"Terima kasih banyak sudah bersedia membela saya, Bos. Saya merasa sangat bahagia," ujarnya dengan tulus.
Vino yang melihat Tuan Mudanya tersenyum begitu lepas merasa senang. Ia menyadari betul bahwa Tuan Mudanya menyimpan ketertarikan khusus pada Sea, pelayan kecil yang tanpa sengaja telah memikat hatinya.
"Senang sekali, ya?" ledek David dengan nada gemas.
"Betul, Bos. Bos adalah satu-satunya orang yang tidak mencemooh saya setelah mengetahui kisah hidup saya. Jika orang lain yang mendengarnya, mereka pasti akan langsung mengejek dan menjauhi saya dengan berbagai alasan karena tidak ingin tertimpa kesialan!" ucap Sea seraya mengukir senyum manis di wajahnya.
'Terbuat dari apakah hati gadis ini, Tuhan? Mengapa ia bisa menuturkan segala kepahitan hidupnya dengan senyum yang begitu manis? Apakah ia sudah terbiasa atau memang tabiatnya seperti ini? Ahhhhh, aku jadi ingin membawanya pulang ke rumah!', batin David
Dengan sabar, David mengoleskan salep pada luka di lengan mungil Sea. Ia segera meniup luka itu saat Sea meringis kesakitan. Dengan penuh kelembutan, David membalut luka itu dengan perban, lalu menutupinya dengan seragam yang dikenakan Sea.
"Jangan bekerja lagi setelah ini. Lukamu bisa semakin parah!" ujar David seraya menyandarkan tubuhnya yang tegap ke sofa.
Mata Sea mulai berkaca-kaca.
"Hei, mengapa kamu menangis?"
Sea terkejut bukan main saat wajahnya di sentuh oleh tangan besar sang bos. Ia menelan ludah karena merasa gugup sekaligus malu.
"B, Bos, mohon lepaskan tangan Anda!" pinta Sea dengan perasaan tidak nyaman.
Sorot mata David berubah menjadi dingin. Ia merasa tersinggung dengan ucapan Sea barusan.
"Jangan harap!", jawabnya ketus.
Vino menggaruk-garuk keningnya. Sifat memaksa Tuan Mudanya mulai terlihat. Ini baru pertemuan pertama, bisa dipastikan Sea akan semakin terkejut dengan tingkah laku Tuan Mudanya di pertemuan-pertemuan selanjutnya.
"Katakan padaku, mengapa kamu menangis? Apakah ada perkataanku yang menyakitimu?" tanya David dengan nada datar.
sea menggelengkan kepalanya.
karna cerita anda sama dengan orang lain yg judulnya istri kecil sang pewaris cuma yg beda cm nama tokohnya...klu gak percaya cb cek dia udah ada bab 2 hargailah karya orang tor ...
jangan asal ketik kasihan orang yg udah mikir2 eh gak tau udah d jiplak