NovelToon NovelToon
Kisah Nyata - Harga Sebuah Kesetiaan

Kisah Nyata - Harga Sebuah Kesetiaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikah Karena Anak / Beda Usia / Kontras Takdir / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Sad ending / Janda
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

HARGA SEBUAH KESETIAAN
100% diambil dari kisah nyata
Dewanga hanya ingin diterima. Setelah ditolak berkali-kali karena miskin, ia menikahi Tini—janda delapan tahun lebih tua—dengan harapan menemukan pelabuhan. Yang ia dapat adalah badai tanpa henti. Enam tahun pernikahan menjadi neraka: bentakan setiap hari, hinaan di meja makan, ancaman diusir dari rumah yang bukan miliknya.
Ia terperangkap. Ingin pergi, tapi Aini—putri kecilnya—adalah satu-satunya cahaya dalam kegelapan. Ketika cinta berubah menjadi penjara, dan kesetiaan menjadi racun, Dewanga harus memilih: bertahan hingga hancur, atau berani menyelamatkan dirinya dan anaknya.
Sebuah kisah yang memilukan tentang cinta yang salah, kesetiaan yang keliru, dan keberanian untuk memilih hidup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6: Penolakan yang Menghancurkan

Dewanga tidak menyerah.

Selama seminggu setelah percakapan itu, ia terus mencari Anis. Menunggu di pasar. Menunggu di depan rumahnya dari kejauhan. Mengirim pesan lewat tetangga.

Tapi Anis tidak pernah muncul.

Sampai akhirnya, Dewanga memutuskan.

"Aku harus melamar dengan cara yang benar. Aku harus buktiin kalau aku serius."

***

Dewanga mengumpulkan seluruh tabungannya—hasil kerja keras selama setahun. Tiga ratus ribu rupiah. Jumlah yang sangat kecil, tapi itu semua yang ia punya.

Ia membeli sekeranjang buah. Membeli kue. Membeli baju koko baru—yang pertama sejak bertahun-tahun.

Dan suatu sore, dengan hati berdebar dan tangan gemetar, ia berjalan menuju rumah Anis.

***

Hujan gerimis turun saat Dewanga berdiri di depan pagar rumah sederhana itu.

Ia menarik napas panjang. Mengumpulkan keberanian.

Lalu mengetuk pintu.

Pintu terbuka. Ibu Anis muncul—wajahnya langsung berubah dingin saat melihat Dewanga.

"Ada apa?" tanyanya ketus.

"Selamat sore, Bu. Saya Dewanga. Saya... saya ingin bertemu dengan Bapak dan Ibu. Saya ingin melamar Anis."

Ibu Anis tidak menjawab. Ia hanya menatap Dewanga dengan pandangan meremehkan, lalu memanggil ke dalam. "Pak! Ada orang!"

Bapak Anis muncul—pria tegap dengan wajah keras. Ia menatap Dewanga dari atas ke bawah.

"Kamu siapa?"

"Saya Dewanga, Pak. Saya... saya datang dengan niat baik. Saya ingin melamar Anis."

Bapak Anis mendengus. "Kamu kerja apa?"

"Saya kuli bangunan, Pak."

"Kuli bangunan?" Bapak Anis tertawa—tawa yang meremehkan, yang menusuk. "Kamu pikir dengan kerja kayak gitu kamu bisa nafkahin anak saya?"

"Pak, saya akan bekerja keras. Saya janji—"

"Janji?" Ibu Anis menyela dengan nada nyinyir. "Janji gak bisa buat kenyang, Nak. Kamu masih muda. Sekolah aja gak tamat. Yatim lagi. Masa depan kamu apa? Mau bawa anak saya sengsara, dasar bapa juga kamu gak punya?"

Kata-kata itu seperti cambuk.

Dewanga terdiam. Bibirnya bergetar.

"Pak, Bu... saya memang belum punya banyak sekarang. Tapi saya punya niat baik. Saya cinta Anis. Saya akan—"

"Cinta?" Bapak Anis memotong dengan keras. "Cinta gak bisa bayar listrik, Nak! Cinta gak bisa beli beras! Anak saya udah ada yang lamar—orang yang punya pekerjaan tetap, punya rumah sendiri, punya masa depan jelas!"

"Tapi Pak, Anis—"

"Anis udah setuju! Dia akan nikah sama orang itu tiga bulan lagi!"

Dunia Dewanga runtuh.

"Tapi... tapi Anis bilang dia cinta sama saya..."

Ibu Anis tertawa sinis. "Cinta? Anak muda sekarang gampang banget bilang cinta. Tapi nikah itu bukan cuma soal cinta, Nak. Nikah itu soal tanggung jawab. Soal masa depan. Kamu gak punya itu semua."

Dewanga menatap mereka dengan mata berkaca-kaca. "Boleh... boleh saya ketemu Anis? Saya mau dengar langsung dari dia."

"Gak perlu!" Bapak Anis melangkah mundur, tangannya sudah di gagang pintu. "Anak saya gak mau ketemu kamu lagi. Kamu pikirin masa depan kamu sendiri dulu sono. Jangan mimpi yang muluk-muluk."

BRAK!

Pintu ditutup keras.

Dewanga berdiri di sana, terpaku.

Keranjang buah dan kue masih di tangannya yang gemetar.

Dari dalam rumah, ia mendengar suara tangis—tangis Anis.

Dan suara Bapak Anis yang keras. "Jangan nangis! Kamu harus realistis! Mau hidup susah selamanya sama cowok kayak gitu?!"

Dewanga menutup mata. Air matanya mengalir deras.

Hujan turun lebih kencang.

Perlahan, ia meletakkan keranjang buah di depan pintu.

Lalu berbalik. Berjalan gontai menjauhi rumah itu.

Setiap langkah terasa berat.

Setiap tetes hujan terasa dingin menusuk tulang.

Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Dewanga merasa...

Tidak berguna.

Tidak cukup.

Tidak layak untuk dicintai.

"Mungkin mereka benar," bisiknya parau di tengah hujan. "Mungkin aku memang gak cukup untuk siapa pun."

**[Bab 6 Selesai]**

1
Chanikya Fathima Endrajat
umur adeknya 20, dewa 22, telah bekerja 5 th sejak umur 17. wkt dewa kls 9, adiknya msh SD. setidaknya selisih umur mereka 3 th.
Seroja_layu
Astagfirullah nyebut Bu Nyebut
Dri Andri: nyata nya gitu kak
total 1 replies
Chanikya Fathima Endrajat
umur dewangga membingungkan, ketika ingin melamar anis umurnya br 19th, ketika falshback 10th yll, dewa sdh kls 9 (SMP) tdk mungkin umurnya wkt itu 9th kan thor
Dri Andri: ya saya salah maaf yaa...
karena kisah nya kisah nyata jadi saking takut salah pada alur intinya
alur di minta sama
peran, tempat di minta di random
maaf ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!