Alviona Mahira berusia 15 tahun baru lulus SMP ketika dipaksa menikah dengan Daryon Arvando Prasetya (27 tahun), CEO Mandira Global yang terkenal tampan, kaya, dan memiliki reputasi sebagai playboy. Pernikahan ini hanya transaksi bisnis untuk menyelamatkan keluarga Alviona dari kebangkrutan.
Kehidupan rumah tangga Alviona adalah neraka. Siang hari, Daryon mengabaikannya dan berselingkuh terang-terangan dengan Kireina Larasati—kekasih yang seharusnya ia nikahi. Tapi malam hari, Daryon berubah menjadi monster yang menjadikan Alviona pelampiasan nafsu tanpa cinta. Tubuh Alviona diinginkan, tapi hatinya diinjak-injak.
Daryon adalah pria hyper-seksual yang tidak pernah puas. Bahkan setelah bercinta kasar dengan Alviona di malam hari, pagi harinya dia bisa langsung berselingkuh dengan Kireina. Alviona hanya boneka hidup—dibutuhkan saat Daryon terangsang, dibuang saat dia sudah selesai.
Kehamilan, keguguran karena kekerasan Kireina, pengkhianatan bertubi-tubi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1: MALAM TERAKHIR SEBAGAI GADIS BEBAS
Alviona duduk di pojok tempat tidurnya, memeluk lutut erat-erat. Gaun tidur pink pucat yang biasa dia pakai sejak SMP sekarang terasa terlalu kecil, terlalu kekanak-kanakan untuk apa yang bakal terjadi besok.
Tangannya gemetar. Gak cuma sedikit—gemetar kayak daun ketemu angin kencang.
"Viona..."
Suara ibunya pelan dari ambang pintu. Alviona gak ngangkat kepala. Dia tau kalau dia ngangkat kepala, dia bakal nangis lagi. Dan dia udah capek nangis.
"Sayang, ibu masuk ya..."
Elviana masuk perlahan, duduk di samping Alviona. Wajahnya pucat, matanya bengkak. Jelas dia juga udah nangis berjam-jam.
"Besok... besok kamu cantik banget pasti," ucap ibunya, suaranya bergetar. "Gaun pengantinnya bagus. Putih, ada brukatnya—"
"Aku gak mau, Bu."
Kalimat itu keluar pelan, tapi dalem banget. Alviona masih gak berani liat ibunya.
"Aku... aku masih 16 tahun. Aku baru lulus SMP. Aku... aku bahkan belum pernah pacaran."
Elviana nutup mulut, menahan isak tangis. Tangannya meraih tangan Alviona yang dingin.
"Maafkan ibu, Viona..."
Alviona akhirnya ngangkat kepala. Matanya merah, basah, tatapannya kosong kayak orang yang udah pasrah.
"Kenapa harus aku, Bu? Kenapa gak ada cara lain?"
"Karena mereka cuma mau kamu," jawab ibunya lirih. "Keluarga Prasetya... mereka udah tetapkan. Daryon Arvando Prasetya butuh istri untuk... untuk alasan bisnis mereka. Dan sebagai gantinya, mereka akan selamatkan perusahaan ayahmu."
"Tapi aku gak kenal dia!" suara Alviona meninggi, panik mulai muncul. "Aku bahkan gak pernah ketemu dia! Dia... dia umurnya 27 tahun, Bu! Itu 11 tahun lebih tua dari aku!"
"Ibu tau, sayang. Ibu tau ini gak adil—"
"Gak adil?" Alviona ketawa, tapi bukan ketawa senang. Ketawa yang getir, pahit. "Ini bukan cuma gak adil, Bu. Ini... ini kayak dijual."
Keheningan mencekik.
Elviana gak bisa jawab karena dalam hati, dia tau anaknya bener.
"Ibu mohon, Viona..." Sekarang ibunya yang nangis, suaranya pecah. "Maafkan ibu. Tapi kau harus menikah dengannya... atau kita semua hancur."
Alviona ngerasain sesuatu pecah di dadanya. Bukan pecah yang dramatis, bukan pecah yang heboh. Cuma... retak. Pelan. Diem-diem.
Kayak sesuatu di dalem dirinya mulai mati.
"Kalau aku nolak," bisiknya pelan, "apa yang bakal terjadi?"
Ibunya diem lama. Terlalu lama.
"Ayahmu akan masuk penjara karena utang. Rumah ini disita. Adikmu gak bisa sekolah lagi. Dan ibu..." Suaranya makin pelan. "Ibu gak tau harus gimana."
Alviona nutup mata.
Jadi ini pilihannya. Pengorbanan atau kehancuran keluarga.
Gak ada pilihan ketiga.
"Dia... dia orang kayak apa?" tanya Alviona pelan, hampir berbisik.
Elviana ngusap air mata. "Ibu denger dia... tampan. Sukses. CEO perusahaan besar."
"Tapi dia orang baik gak?"
Ibunya gak jawab.
Dan dari keheningan itu, Alviona udah tau jawabannya.
Malam itu, Alviona gak tidur. Dia cuma rebahan, natap langit-langit kamarnya yang dia kenal sejak kecil. Langit-langit yang penuh dengan glow-in-the-dark stars stiker yang dia tempel waktu SD.
Besok, dia bakal pindah dari kamar ini.
Besok, dia bakal jadi istri orang asing.
Besok, hidupnya yang baru 16 tahun bakal berubah selamanya.
Dan satu-satunya yang bisa dia lakuin sekarang adalah... pasrah.
Jam menunjukkan pukul 3 pagi ketika Alviona akhirnya berbisik sendiri di kegelapan:
"Maafin aku, Viona."
Dia minta maaf sama dirinya sendiri.
Karena besok, gadis bernama Alviona Mahira—yang suka baca komik, yang masih takut gelap, yang mimpinya jadi dokter—bakal mati.
Dan yang tersisa cuma boneka hidup bernama Nyonya Prasetya.