NovelToon NovelToon
Dunia Yang Indah

Dunia Yang Indah

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Spiritual / Persahabatan / Budidaya dan Peningkatan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Di balik gunung-gunung yang menjulang,ada dunia lain yang penuh impian. Dunia Kultivator yang mampu mengendalikan elemen dan memanjangkan usia. Shanmu, seorang pemuda desa miskin yang hidup sebatang kara, baru mengetahuinya dari sang Kepala Desa. Sebelum ia sempat menggali lebih dalam, bencana menerjang. Dusun Sunyi dihabisi oleh kekuatan mengerikan yang bukan berasal dari manusia biasa, menjadikan Shanmu satu-satunya yang selamat. Untuk mencari jawaban mengapa orang tuanya menghilang, mengapa desanya dimusnahkan, dan siapa pelaku di balik semua ini, ia harus memasuki dunia Kultivator yang sama sekali asing dan penuh bahaya. Seorang anak desa dengan hati yang hancur, melawan takdir di panggung yang jauh lebih besar dari dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kemewahan dalam Kesendirian

Setelah meninggalkan bengkel senjata, Shanmu kembali ke jalanan utama Kota Lama. Namun, keberadaannya kini terasa lebih hampa. Ia bagai sebutir debu yang tersesat di tengah arus sungai manusia yang deras. Langkahnya terhuyung-huyung, kepalanya terus menoleh ke kanan dan kiri, matanya menangkap setiap detail namun otaknya tak mampu memproses semua informasi baru ini dengan cepat. Ia tampak seperti orang yang kebingungan, tubuhnya yang perkasa dan pakaiannya yang lusuh menjadi kontras yang menyedihkan di tengah keramaian yang mulai bergerak sesuai ritme mereka masing-masing.

Kecelakaan terjadi ketika ia, karena terlalu asyik melihat ukiran di sebuah toko alat-alat tulis, tanpa sengaja membelok dan menabrak bahu seseorang.

"Gah! Dasar sampah buta!"

Orang yang ditabrak itu adalah seorang kultivator muda, mengenakan jubah hijau dengan pinggiran emas, ekspresinya angkuh. Tanpa berpikir panjang, ia mengayunkan tendangan keras ke paha Shanmu. Tendangan itu mengandung sedikit Qi, lebih kuat dari tendangan orang biasa.

Shanmu terjatuh ke tanah, debu jalanan menempel di pakaiannya yang sudah kotor. Rasa sakit tajam menjalar di pahanya. Namun, dengan refleks yang cepat, ia segera bangkit dan tersenyum, membungkuk.

"Maafkan saya, Tuan! Saya tidak sengaja! Maafkan kelalaian saya!"

Namun, permintaan maaf yang tulus itu hanya dibalas dengan pandangan jijik yang dalam. "Jauh dari sini, kotoran desa. Kau mengotori jubahku," hardik kultivator muda itu, lalu meludah ke tanah dekat kaki Shanmu sebelum berjalan pergi dengan langkah besar. Beberapa orang di sekitar melihat dengan ekspresi acuh tak acuh atau bahkan sedikit menghina. Bagi mereka, ini adalah pemandangan biasa.

Rasa sakit fisik di paha itu tidak seberapa dibandingkan dengan tusukan kecewa yang terkumpul di hatinya. Namun, Shanmu menarik napas dalam-dalam. Ia mengusap debu dari pakaiannya dan mencoba untuk memahami.

"Aku yang menabraknya. Tentu saja dia marah. Aku harus lebih berhati-hati," bisiknya pada diri sendiri, memaksakan sebuah logika untuk menerima perlakuan tidak adil itu. Ia tidak membiarkan kepahitan itu bersemi.

Dia mengangkat kepalanya, memandang langit. Matahari telah mulai terbenam, menyapu langit dengan warna jingga, ungu, dan merah muda. Bintang-bintang pertama mulai berkedip lemah.

"Ini adalah malam pertamaku di kota," gumamnya, suaranya penuh dengan tekad yang dipaksakan. "Aku tidak boleh bersedih. Kepala Desa pasti tidak ingin melihatku seperti ini. Keteguhan hati... itulah yang harus tetap ada dalam diriku."

Dengan semangat yang dikokohkan kembali, ia memutuskan untuk mencari tempat bermalam. Ia mendatangi seorang wanita tua yang berjualan kue kukus di tepi jalan.

"Permisi, Nenek. Bisakah Nenek memberitahuku di mana ada penginapan dengan harga yang murah?"

Wanita tua itu memandanginya lama, matanya yang keriput menelusuri pakaiannya yang lusuh, wajahnya yang masih polos meski berdebu, dan tubuhnya yang kuat. Ada sedikit belas kasihan di matanya.

"Ada dua, Nak," katanya, suaranya parau. "Satu di lorong sebelah kiri setelah toko pakaian itu. Tapi hati-hati, tempat itu agak kumuh. Satunya lagi di lorong kanan, dekat sumur umum. Itu sedikit lebih baik."

Shanmu membungkuk hormat. "Terima kasih banyak, Nenek!" Ia memutuskan untuk mencoba yang pertama dulu.

Lorong sebelah kiri ternyata sempit, gelap, dan berbau tak sedap. Penginapan yang dimaksud hanyalah sebuah rumah petak dengan papan nama yang hampir lepas. Saat Shanmu masuk dan bertanya pada pria kurus dengan mata sipit di balik konter, pria itu langsung mengernyit. Matanya menyapu Shanmu dengan tatapan merendahkan.

"Kamar? Tidak ada!" hardiknya, tanpa basa-basi. "Pergi! Jangan mengotori tempatku!"

Shanmu terkejut, tetapi ia hanya mengangguk, tersenyum kecil, dan pergi. Ia tidak marah. Di hatinya, ia berpikir mungkin kamarnya memang benar-benar habis.

"Masih ada satu harapan terakhir," bisiknya pada diri sendiri, mencoba tetap optimis.

Ia kembali ke jalan utama, lalu berbelok ke lorong kanan yang ditunjukkan wanita tua tadi. Lorong ini memang lebih terang, ada beberapa warung kecil yang masih buka, dan beberapa orang lalu lalang. Mereka sibuk dengan urusan sendiri dan tidak terlalu memperhatikan Shanmu. Penginapan di ujung lorong terlihat lebih terawat. Papan namanya bertuliskan "Penginapan Bintang Senja" dengan cat yang agak pudar.

Dengan hati berdebar, Shanmu mendorong pintu masuk. Sebuah bel kecil berdering. Ruang depan sederhana namun bersih, dengan beberapa meja dan kursi. Seorang pria paruh baya dengan wajah ramah sedang menghitung sesuatu di belakang konter.

"Selamat sore, Tuan," sapa Shanmu dengan sopan. "Berapa biaya untuk menginap semalam?"

Pria itu, bernama Tuan Gong, mengangkat kepalanya. Matanya yang cerah menilai Shanmu. Ia melihat kemiskinan dari pakaiannya, tetapi juga melihat kerendahan hati dari sikapnya dan kekuatan yang terpancar dari posturnya.

"Dua koin emas untuk semalam, termasuk sarapan sederhana," jawabnya.

Shanmu mengangguk, lalu dengan hati-hati ia mengeluarkan kantong kain pemberian Kepala Desa dari pinggangnya. Ia membuka ikatannya dan mengintip ke dalam. Di dasar kantong itu, sepuluh keping emas kecil bulat berkilau lemah dalam cahaya lampu minyak. Rasa haru yang mendadak menyergapnya. Kebaikan orang tua di desa itu begitu tulus.

Terima kasih, Tuan Kepala Desa, gumamnya dalam hati.

Ia mengambil dua koin emas dan menyerahkannya pada Tuan Gong. "Ini, Tuan."

Tuan Gong menerimanya, sedikit terkejut melihat Shanmu membayar tepat tanpa tawar-menawar. Ia mengambil kunci dari rak.

"Mari, aku antar kamu ke kamarmu."

Kemudian Tuan Gong berjalan dengan di ikuti Shanmu, Tuan Gong naik ke tangga menuju lantai dua. Setelah sampai, kamar itu berada di lantai dua dan di ujung koridor. Saat Tuan Gong membuka pintu, Shanmu terkesiap.

Bagi standar kota, kamar itu biasa saja, bahkan sederhana. Hanya ada sebuah tempat tidur kayu dengan kasur kapuk dan selimut bersih, sebuah meja kecil dengan cermin retak, sebuah kursi, dan sebuah jendela kecil yang menghadap ke atap rumah tetangga. Namun, bagi Shanmu yang seumur hidup tinggal di gubuk bambu reot yang bocor jika hujan, dan yang selama setahun terakhir hanya tidur di bawah akar pohon atau gua batu, kamar ini terasa sangat mewah. Tempat tidur yang empuk! Meja! Cermin! Atap yang kokoh!

"Wah..." keluar desisan takjub dari mulutnya. Matanya berbinar. "Ini... ini sangat bagus."

Tuan Gong tersenyum melihat reaksi polosnya. "Istirahatlah. Jika ingin makan malam, turun saja dan pesan. Dapur masih buka."

"Tentang itu, Tuan," tanya Shanmu, antusias. "Berapa harga makanan di sini?"

Tuan Gong menjelaskan beberapa pilihan, bubur, mie, nasi dengan lauk sederhana. Shanmu mendengarkan dengan saksama. Lalu, tiba-tiba, sebuah pertanyaan yang telah lama mengendap di hatinya meluncur keluar. "Dan... bagaimana dengan sup spiritual? Sup untuk kultivator?"

Tuan Gong tertegun, lalu tertawa ringan. "Nak, sup spiritual termurah di kota ini harganya lima koin emas. Dan yang benar-benar berkualitas bisa mencapai ratusan koin emas. Itu bukan untuk kita, orang biasa."

Lima koin emas! Hampir setengah dari seluruh hartanya! Shanmu menggaruk-garuk kepalanya, tersenyum malu. Impiannya untuk mencicipi makanan kultivator harus ditunda sangat lama. "Kalau begitu, saya pesan sup biasa saja, Tuan. Yang ada daging dan sayuran."

"Sup daging sayur biasa harganya lima koin perak," kata Tuan Gong.

Wajah Shanmu langsung murung. "Saya... maaf, Tuan. Saya tidak punya koin perak. Saya hanya punya ini." Ia menunjukkan delapan koin emas yang tersisa di kantongnya, wajahnya penuh dengan kekhawatiran polos bahwa ia tidak bisa membeli makanan.

Tuan Gong tersentuh oleh keluguan itu. Hatinya yang baik tersentuh. Ia tersenyum lebih lebar. "Nak, satu koin emas setara dengan sepuluh koin perak. Jadi jika kau bayar dengan satu koin emas untuk sup yang lima koin perak, aku akan mengembalikan lima koin perak sisanya padamu."

Ekspresi di wajah Shanmu berubah total. Dari murung menjadi cerah bagai matahari terbit. "Benarkah? Oh, terima kasih, Tuan!" Ia segera mengulurkan satu koin emas. "Saya pesan dua mangkuk, ya!"

Tuan Gong tertawa terbahak-bahak, suaranya hangat memenuhi kamar kecil itu. "Dua mangkuk? Kau lapar sekali, rupanya! Baiklah, sebagai ucapan selamat datang, aku akan perintahkan koki untuk membuatkan satu mangkuk besar khusus untukmu. Isinya akan lebih banyak. Bagaimana?"

Shanmu langsung membungkuk berulang kali, rasa senangnya tak terbendung. "Terima kasih, Tuan! Terima kasih banyak! Nama saya Shanmu. Saya tidak akan melupakan kebaikan Tuan."

"Shanmu," ucap Tuan Gong, mengingat nama itu. Ia mengangguk, lalu meninggalkan kamar, menutup pintu dengan lembut.

Saat berjalan menuruni tangga menuju dapur, tanpa disadari, air mata menetes di pipi Tuan Gong yang biasanya ceria. Ia adalah seorang Pejuang Besi Awal yang mandek, yang memutuskan untuk meninggalkan dunia persaingan kultivasi dan mengelola penginapan kecil ini. Pengalamannya memberinya naluri yang tajam. Di balik senyuman cerah dan sikap sopan Shanmu, ia merasakan sebuah kesedihan yang sangat dalam, bekas luka jiwa yang belum sembuh, dan sebuah ketulusan yang jarang ditemui di kota yang penuh kepura-puraan ini. Pemuda itu telah melalui banyak hal buruk, ia bisa merasakannya.

Sampai di dapur, ia menemui sang koki, seorang pria bertubuh besar dengan wajah sangar. "Lao Zhao, buatkan sup daging sayur terbaikmu. Untuk tamu baru di kamar 7. Dagingnya potong lebih besar, sayurannya lebih banyak. Buatkan dalam mangkuk besar."

Koki Lao Zhao tertegun, menghentikan aktivitas mengulitinya. "Siapa yang memesan makanan mewah seharga lima koin emas?" tanyanya bingung, karena ia tahu harga standar.

"Aku," jawab Tuan Gong dengan sederhana, matanya masih berkaca-kaca.

Lao Zhao memandang bosnya, lalu perlahan mengangguk. Ia mengerti. Tuan Gong, pemilik penginapan yang terkenal lembut dan baik hati, pasti sedang tersentuh oleh seseorang. Mungkin tamu itu adalah seseorang yang sangat membutuhkan kehangatan, bukan sekadar makanan. Tanpa bertanya lebih lanjut, Lao Zhao mengangguk mantap. "Akan kusiapkan yang terbaik, Boss."

Di kamar kecilnya, Shanmu duduk di tepi tempat tidur yang empuk, merasakan kelembutannya dengan tangan yang kasar. Ia memandang keluar jendela, melihat bintang-bintang yang mulai bermunculan. Malam pertama di kota ini penuh dengan penolakan, penghinaan, dan kebingungan. Tapi juga ada kebaikan, dari wanita pedagang kue, dari Tuan Gong, dan dari kenangan akan Kepala Desa yang memberinya emas. Di tengah kesendiriannya yang terdalam, dalam kamar sederhana ini, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia merasa aman. Dan itu adalah kemewahan yang tak ternilai harganya.

1
YAKARO
iya bro🙏
Futon Qiu
Mantap thor. Akhirnya Shanmu punya akar spritual
Futon Qiu
Karena ada komedi nya kukasi bintang 5🙏💦
YAKARO: terimakasih🙏
total 1 replies
Futon Qiu
Lah ya pasti lanxi kok nanya kamu nih🤣
Futon Qiu
Jangan jangan itu ortunya 🙄
HUOKIO
Baik bnget si lancip😍😍
HUOKIO
Mau kemana tuh
HUOKIO
Ini penjaga kocak 🤣🤣
HUOKIO
Angkat barbel alam 🗿
HUOKIO
Makin lama makin seru 💪💪💪
HUOKIO
Gass terus thor💪💪💪
HUOKIO
Mantap thor lanjut
YAKARO: terimakasih
total 1 replies
HUOKIO
Lanjutkan ceritanya thor
HUOKIO
Shanmu kuat banget untuk manusia 😄
HUOKIO
Ohhh i see💪
HUOKIO
Oalah kok gitu 😡
HUOKIO
Mantap thor
HUOKIO
Gas pacari lqci
HUOKIO
Makin lama makin seru
HUOKIO
Lanjutkan 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!