Setelah dikhianti oleh pria yang dicintainya, Vani tidak ingin lagi jatuh cinta, tetapi takdir justru mempertemukan Vani dengan Arjuna.
Seorang CEO yang dikenal dengan rumor sebagai pria gay.
Karena suatu alasan, Vani setuju saat Juna melamarnya, karena berpikir Juna seoarang gay dan tidak mungkin menyentuhnya. Namun siapa sangka jika rumor tentang gay itu salah. Juna adalah sosok suami yang begitu memuja Vani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cinta Halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kita Akan Menikah
Arjuna benar-benar merasa kesal. Dia bergegas masuk ke dalam mobil yang telah menjemputnya dan Dika. "Lacak keberadaan Vani!" titahnya pada Dika.
Baru saja Dika akan melacak keberadaan Vani, dering ponsel Arjuna mengalihkan perhatian mereka. Arjuna yang melihat nama orang tuanya yang menelepon, segera menjawabnya.
"Halo Mah?" ucap Arjuna, lembut.
"Halo, kamu di mana, Juna?" tanya ibu Juna.
"Aku baru tiba di Jakarta, ada apa?"
"Mama di rumahmu, pulang ke rumah sekarang juga!" perintah ibunya yang membuat Arjuna semakin gelisah.
"Ma, aku ada pekerjaan mendesak. Aku akan pulang nanti," ucap Arjuna mencoba menolak.
"Tidak ada penolakan. Mama sudah satu minggu di sini menunggumu. Kamu sudah dua bulan tidak mengunjungi kami, dan sekarang saat kami yang datang mengunjungimu, bisa-bisanya kamu mengatakan sibuk. Mama tidak mau tahu, Pokoknya kamu harus pulang!" tegas Ibunya tak ingin dibantah.
"Ma, apalagi ini? Tolong jangan melakukan itu lagi," ucap Arjuna yang selalu merasa curiga dengan sikap mamanya jika sudah seperti itu.
"Kali ini mama pastikan kamu akan menyukai pilihan Mama. Mama janji ini yang terakhir, jika kali ini kamu tidak juga merasa cocok. Mama berjanji tidak akan pernah mencampuri semua urusanmu lagi. Tapi jika kamu tidak pulang, selamanya mama akan selalu mencampuri urusanmu. Mama tunggu."
"Sial. Tebakanku benar," ucap Arjuna kesal.
Dika dan supir mereka yang sedari tadi memperhatikannya menjadi penasaran.
"Pulang ke rumah!" titah Arjuna sebelum Dika sempat bertanya.
"Tidak jadi mencari Vani?" tanya Dika.
"Aku akan mengurus itu nanti. Aku akan menghukum calon istriku itu," ucap Arjuna menyeringai.
***
Vani tiba ditujuan.
Vani tak henti-hentinya mengagumi bangunan mewah namun tetap terlihat asri yang ada didepannya saat ini.
"Pantas saja setiap hari dia menyetor uang dalam jumlah besar. Benar-benar kaya," batin Vani.
Dari dalam rumah yang tengah dikagumi Vani, terlihat Ajeng keluar dari rumah, siap menyambut kedatangannya.
"Sayang, akhirnya kamu datang," ucap Ajeng tersenyum senang memeluk Vani yang terlihat canggung menyikapinya.
"Terima kasih sudah mengundangku, Tante. Rumah Tante bagus sekali," jawab Vani jujur.
"Tidak. Ini bukan rumah Tante. Ini rumah putra Tante," jawab Ajeng membuat Vani terkejut.
Tadi siang Ajeng berkata anaknya perempuan, lalu kenapa sekarang dia berkata anaknya laki-laki? Semua itu jelas membuat Vani bingung.
"Anak Tante laki-laki. Yang perempuan adalah anak adik Tante yang sudah meninggal, sejak kecil bersama Tante dan seperti putri Tante sendiri," terang Ajeng yang mengerti kebingungan Vani.
"Putra Tante sudah menikah?" tanya Vani pelan, ditanggapi Ajeng dengan gelengan kepala.
Tidak salah lagi. Ternyata benar ada maksud dari semua ini. Siapa Tante Ajeng sebenarnya? Batin Vani.
"Ayo masuk! Tante kenalkan dengan suamu dan anak Tante!" ajak Ajeng merangkul Vani.
Tiba di dalam rumah, Vani kembali menatap kagum pada semua interior di sana.
"Pah, Kenalkan Ini Vani. Teller bank langganan kita itu," ucap Ajeng memperkenalkan Vani pada suaminya yang juga sudah menyambut kedatangan Vani.
"Saya Vani, Om. Senang bertemu kalian." Vani dengan sopan menundukan sedikit kepalanya.
"Selamat datang, Vani. Terima kasih sudah datang kemari," balas Abimanyu tersenyum ramah.
"Hai Kakak ipar. Aku calon adik iparmu yang cantik," ucap seorang gadis seusia Vani tiba-tiba datang memeluk Vani.
"Aura!" tegur Ajeng melihat tingkah putrinya.
Ajeng tadi mengatakan putrinya sulit dekat dengan orang, tetapi yang terlihat justru berbeda, hal itu membuat Ajeng sedikit gelagapan.
"Mama sendiri yang bilang calon mantu akan datang. Jadi aku benar. Dia kakak iparku," jawab gadis bernama Aura itu.
Vani yang melihat dan mendengar semua itu hanya diam, sebab pikirannya tengah berkecamuk memikirkan apalagi yang akan terjadi selanjutnya.
"Sayang, silahkan duduk. Kita ngobrol dulu sembari menunggu putra tante pulang!" ajak Ajeng berusaha mengalihkan pembicaraan, tapi justru membuat Vani semakin tak tenang.
"Terimakasih, Tante." Vani tersenyum kaku.
"Vani. Om dengar kamu bukan asli Jakarta," ucap Abimanyu.
"Benar Om. Aku merantau ke Jakarta, belajar mandiri," jawab Vani tersenyum.
"Wah.... Itu keren, Kak. Aku mana mungkin boleh seperti Kakak," sahut Aura mengeluh.
"Kenapa tidak? Selagi bisa jaga diri, harusnya tidak masalah," tanya Vani.
"Mereka tidak ada yang mengizinkanku pergi jauh. Kuliah saja aku masih di dalam negeri," ucap Aura terus saja mengeluh, tapi semua justru terlihat menggemaskan.
Obrolan mereka terus berlanjut, Vani juga sudah bisa menyamankan dirinya berada disana. Disaat mereka sedang asik mengobrol, langkah kaki seseorang berjalan menghampiri mereka tentu saja mengalihkan fokus semuanya mengarah keasal suara langkah kaki tersebut kecuali Vani. Entah apa yang terjadi, Vani tiba-tiba kembali merasa gugup dengan jantung yang berdebar kencang.
Vani perlahan ikut menoleh, dan wajah terkejutnya terlihat jelas.
Dia, bagaimana bisa? Ya Tuhan, harusnya aku curiga saat melihat wajah om Abi yang mirip dengan pria gila ini. Rutuk Vani dalam hati.
Arjuna yang awalnya tiba dengan perasaan kesal dan gelisah, sekarang tersenyum melihat kejutan yang ada di depan matanya.
"Kalian sudah mengenal calon Istriku?" tanya Arjuna dengan santai menghampiri Vani yang masih terdiam membeku, seketika tersadar saat Arjuna mengecup dahinya.
Vani menatap tajam pada Arjuna yang justru tersenyum menggenggam tangannya.
"Jadi benar?" sahut Aura ikut bertanya.
"Tentu saja benar," jawab Arjuna lantang.
"Kenapa kamu tidak bercerita jika kamu sudah punya pasangan?" Ajeng yang tidak ingin Vani tahu jika dia sudah merencanakan semua itu, mulai bersandiwara seolah-olah dia tidak tahu.
"Aku pikir kalian tidak mungkin tidak tahu. Aku mengumumkannya pada publik di hari pernikahan seseorang. Kejadian itu sempat viral," jawab Arjuna tenang.
"Kamu tahu mama tidak pernah menonton berita," sangkal Ajeng.
"Jadi benar kalian sedang dalam menjalin hubungan?" tanya Abimanyu memastikan semuanya.
"Tidak."
"Iya."
Vani dan Arjuna menjawab bersama.
Ajeng dan Abimanyu yang mendengar itu, sekarang mulai mengerti apa yang terjadi. Sebab, sikap Arjuna persis seperti sikap Abimanyu dulu saat mengejar Ajeng.
Ajeng yang tidak ingin memberikan kesempatan untuk Vani menyangkal ucapan Arjuna, kembali beraksi. "Ya sudah, Nanti saja kita bahas lagi. Sekarang kita makan dulu ya. Mama sudah lapar!" ucap Ajeng lebih dulu bangkit diikuti oleh mereka semua.
Vani berusaha melepas tangannya dari gandengan Arjuna, tetapi pria itu justru semakin mengeratkan pegangannya dan berbisik. "Orang tuaku sudah tahu. Tinggal restu dari orang tuamu, lalu kita akan menikah."