NovelToon NovelToon
Friendzone Tapi Menikah

Friendzone Tapi Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Persahabatan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama / Nikah Kontrak
Popularitas:817
Nilai: 5
Nama Author: B-Blue

Menikahi sahabat sendiri seharusnya sederhana. Tetapi, tidak untuk Avellyne.
Pernikahan dengan Ryos hanyalah jalan keluar dari tekanan keadaan, bukan karena pilihan hati.

Dihantui trauma masa lalu, Avellyne membangun dinding setinggi langit, membuat rumah tangga mereka membeku tanpa sentuhan, tanpa kehangatan, tanpa arah. Setiap langkah Ryos mendekat, dia mundur. Setiap tatapannya melembut, Avellyne justru semakin takut.

Ryos mencintainya dalam diam, menanggung luka yang tidak pernah dia tunjukkan. Dia rela menjadi sahabat, suami, atau bahkan bayangan… asal Avellyne tidak pergi. Tetapi, seberapa lama sebuah hati mampu bertahan di tengah dinginnya seseorang yang terus menolak untuk disembuhkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon B-Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1

Hampir semua mata tertuju pada sudut ruangan di mana pada meja tersebut terdapat sepasang kekasih berada. Sang wanita menyandarkan kepalanya pada bahu sang pria sambil menangis tersedu-sedu. Sementara si pria hanya bisa menghela napas sambil sesekali memakan stik kentang.

"Loe bisa diam enggak, sih?!" Dengan sedikit kasar pria itu menyingkirkan kepala wanitanya.

"Gue cuma pinjam sebentar bahu loe, Yos."

Eits... Sepasang anak manusia itu bukanlah sepasang kekasih. Mereka hanyalah sebatas sahabat dan tidak lebih. Hanya saja orang lain memiliki pandangan berbeda jika melihat keduanya.

Ryos Putra Nalendra dan Avellyne Zachary sudah berteman sejak mereka berada di sekolah menengah atas. Keduanya hampir tidak pernah bertengkar hebat sebagai sahabat.

"Sebentar? Ini sudah hampir satu jam, Vel. Bahu gue pegal dan...." Ryos lagi-lagi menghela napasnya, "Ini bukan yang pertama atau yang kedua kalinya. Kalau lagi kasmaran aja loe enggak ingat gue sama sekali. Giliran loe putus baru deh nangis-nangis di depan gue. Please, jangan lebay. Kali ini sudah ke dua puluh dua kali loe putus cinta, Vel." Ryos mengomel dan masih berusaha menyingkirkan kepala Avellyne dari bahunya yang hampir mati rasa.

"Tetap aja rasanya sakit, Yos. Loe enggak pernah pacaran, jadi loe enggak tahu gimana rasanya diputusin."

"Sudah tahu diputusin rasanya sakit, kenapa loe masih mau pacaran."

"Ryos...!" Avellyne hampir membentak sahabatnya itu, namun tatapannya begitu menusuk saat melihat Ryos.

"Apa?"

"Kenapa loe balikin kata-kata gue, sih! Nyebelin banget." Avellyne cemberut dan mengambil minuman kopinya yang sudah tidak dingin lagi. Es pada kopi tersebut sudah mencair sepenuhnya.

"Loe pesan kopi apaan, sih? Enggak ada manis-manisnya." Meski sedang mengalami putus cinta, dia masih bisa mengomentari kopi yang dipesan oleh Ryos.

"Jelas aja enggak manis. Kan loe anggurin selama satu jam."

Tangis Avellyne yang sempat mereda kini terisak kembali dan membuat Ryos benar-benar muak melihat tingkah sahabatnya yang kekanakan.

"Bahkan kopi ini pun enggak memihak gue, Yos."

Ryos memejamkan mata untuk beberapa saat dan berdoa di dalam hati. Demi sahabatnya, dia harus meninggalkan pekerjaan dan membatalkan semua pertemuan dengan klien.

Padahal ini bukan pertama kali. Tidak jarang dia menjadi cibiran orang asing yang tidak mengetahui hubungan mereka sebenarnya.

"Ini terakhir kalinya, Vel."

Avelyn menyeka air mata dan ingusnya menggunakan tisu. "Terakhir apanya, Yos?"

"Jangan sembarangan terima cowok yang nembak loe. Gue baru pertama kali ketemu cewek seperti loe yang punya mantan lebih dari dua puluh. Loe itu bukan cewek gampangan." Ryos mengelus pipi Avellyne untuk menghilangkan sisa-sisa air mata di sana, selain itu dia menatap Avellyne dengan teduh dan tidak bisa dipungkiri tatapan tersebut cukup membuat si wanita sedikit lebih tenang.

"Gimana kalau loe jadi pacar gue aja?"

Avellyne bergeming, dia merasa dunia seakan berhenti berputar. Ini bukan pertama kali Ryos memintanya menjadi seorang kekasih.

Avellyne memukul dada Ryos dengan kuat dan tentu saja membuat pria itu meringis.

"Menyebalkan. Loe selalu aja kayak gini setiap kali gue putus. Loe selalu aja ngambil kesempatan. Loe cuma sahabat gue, Yos. Gue sudah anggap loe seperti kakak laki-laki gue."

"Mending loe cari calon istri sana. Umur loe sudah tiga puluh tiga tahun."

"Gue nungguin loe. Gue enggak bakal nikah kalau bukan sama loe." Lagi-lagi tatapan serius ditunjukkan Ryos.

Avellyne mendecih mendengar perkataan sahabatnya itu, dia tidak bergetar sama sekali sebab sudah ratusan kali mendengar kalimat tersebut dan membuat kuping serta hatinya kebal. Ryos hanya bercanda, Avellyne yakin itu.

Ryos memang begitu baik, hangat dan perhatian sebagai sahabat. Akan tetapi, dia tidak yakin apakah perlakuan tersebut tetap sama jika status mereka berubah dari pasangan sahabat menjadi pasangan suami-isteri.

"Gue mau pulang, capek nangis terus dari tadi." Avellyne segera berdiri, namun dengan cepat Ryos menarik tangan sahabatnya sehingga wanita itu kembali duduk di tempat semula.

"Egois banget," ucap Ryos.

"Egois. Siapa? Maksud loe, gue yang egois?" Avellyne bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Setelah tenang loe tiba-tiba mau pulang tanpa memikirkan perut gue yang lapar. Gue ninggalin pekerjaan karena loe meminta gue datang, seenggaknya loe harus kasih balasan. Gue enggak minta yang muluk-muluk, temani gue makan di sini. Kita pesan makanan baru dan kopi. Bagaimana? Seenggaknya loe harus menghargai usaha gue." Ryos melihat Avellyne penuh harap, bahkan sorot matanya tampak memohon.

"Gue lapar banget, Vel."

"Ya, sudah. Enggak perlu merengek kayak anak kecil gitu." Avellyne mengedarkan pandangan lalu dia memanggil salah satu waiterss untuk memesan makanan baru.

Seperti inilah Avellyne, dia tidak perlu waktu lama untuk meratap akibat putus cinta. Seperti yang dikatakan Ryos, ini bukan kali pertama atau kali kedua. Bukankah seharusnya hati wanita itu sudah kebal? Entah apa yang membuat Avellyne tidak pernah jera untuk menjalin kasih dan entah apa yang dia cari sehingga tidak pernah bertahan dengan satu pria. Rata-rata masa hubungan Avellyne dengan para kekasihnya hanya bertahan satu tahun saja, lalu tidak butuh waktu lama baginya mendapatkan pria baru.

Avellyne begitu anggun, dia wanita karir dan sangat mandiri. Tetapi, jika bersama dengan Ryos, dia berubah menjadi wanita manja.

Banyak pria yang antre untuk mendekati, itulah sebabnya dia dengan mudah menjalin kasih. Akan tetapi, di sisi lain dia juga mudah putus cinta.

...

"Loe enggak mau mampir dulu?" Avellyne bertanya sebelum dia turun dari mobil dan sudah pasti Ryos yang mengantarnya pulang.

"Loe sudah lama enggak ketemu mama," ucap Avellyne lagi.

"Titip salam sayang aja ke tante. Gue buru-buru karena mau keluar kota. Marsha sudah nungguin gue di stasiun kereta."

"Masih banyak cowok ganteng di luaran sana, salah satunya gue. Jadi loe harus move on. Jangan tidur terlalu malam, habis ini loe langsung mandi biar badan dan pikiran loe segar. Jangan mantengin HP terus. Besok makan tepat waktu karena besok gue sibuk banget dan mungkin enggak bisa pesan makanan untuk loe–"

"Berisik banget sih, Yos!" Avellyne menyela dengan suara ketus, "Gue bukan anak kecil lagi. Mama aja enggak secerewet loe." Avellyne buru-buru membuka pintu mobil dan pergi begitu saja tanpa pamit. Dia bahkan menutup pintu mobil dengan kuat.

Namun, baru beberapa langkah menjauh dari mobil Ryos, dia kembali dan mengetuk jendela pintu mobil.

"Enggak ada barang loe yang ketinggalan," ucap Ryos.

"Hati-hati di jalan. Jangan lupa kabari gue kalau loe sudah sampai Bandung dan... terima kasih untuk hari ini." Pada akhir kalimat suara Avellyne begitu pelan sehingga Ryos hampir tidak bisa mendengarnya dengan jelas.

"Loe ngomong apa, gue enggak dengar."

"Terima kasih karena sudah mau nemani gue." Kali ini Avellyne berteriak lalu dia langsung balik badan dan benar-benar meninggalkan sahabatnya itu.

Melihat tingkah wanita itu, Ryos hanya bisa tersenyum. "Umur loe emang udah kepala tiga, tapi kelakuan masih bocah." Ryos menggeleng pelan dan mobil yang dikendarainya pun melaju meninggalkan pekarangan rumah Avellyne.

...

"Avel?" Langkah yang hendak menaiki anak tangga terhenti karena mamanya memanggil.

"Ada yang mau Mama bicarakan."

"Bisa nanti aja, Ma. Avel capek banget."

"Enggak bisa ditunda. Ini masalah penting." Cintya menunjukkan raut wajah yang begitu serius sehingga mau tidak mau Avellyne pun mengikuti langkah mamanya dari belakang.

Hanya butuh waktu kurang dari lima menit, mereka sampai di ruang santai.

"Mama mau bicara apa?" Avellyne bertanya ketika dia sudah duduk di depan mamanya.

"Nanti malam ikut Mama makan malam. Ada seseorang yang mau Mama kenalkan ke kamu–"

"Perjodohan lagi. Sudah Avel bilang, Avel enggak mau dijodohkan."

"Kamu enggak bisa cari sendiri. Sekarang umur kamu sudah tiga puluh lebih, Vel."

"Avel sudah punya pacar, Ma." Cara berbicara Avellyne berubah, menunjukkan kalau dia tidak berminat melanjutkan perbincangan ini.

"Mau sampai kapan dan mau sampai berapa banyak kamu ngoleksi mantan pacar. Kata Ryos mantan kamu dua puluh lebih, Vel."

"Dasar tukang ngadu." Avellyne ngedumel sambil mengingat sahabatnya itu.

"Tapi enggak pernah sekali pun kamu mengenalkan mereka ke Mama. Jadi kali ini Mama putuskan menjodohkan kamu dan tidak ada kata penolakan seperti sebelumnya. Kamu tidak punya pilihan." Cintya menatap putrinya begitu dalam dan begitu serius sehingga Avellyne memalingkan wajah untuk beberapa detik.

"Kalau Avel menolak?"

"Tidak ada warisan untuk kamu. Tidak sepeser pun."

"Avel satu-satunya anak Mama, kalau warisan Mama tidak jatuh ke Avel terus untuk siapa?" Avellyne tidak menganggap serius ucapan sang Mama, perkataan itu pasti hanya gertakan semata.

"Untuk yayasan." Cintya memberikan amplop kepada putrinya dan Avellyne pun mengeluarkan isi amplop tersebut.

"Umur tidak ada yang tahu. Bisa jadi Mama akan meninggal besok, jadi Mama sudah membuat surat wasiat. Seperti yang tertera pada surat itu, semua harta Mama, termasuk rumah dan butik akan Mama sumbangkan ke yayasan. Surat yang kamu pegang itu asli dan memiliki kekuatan hukum yang tidak bisa kamu ganggu gugat. Mama membuatnya dengan kesadaran penuh. Kecuali kamu menikah, maka Mama akan mengubah semua isi surat tersebut. Bagaimana?"

Avellyne bergidik ngeri, dia tidak menyangka jika kali ini sang mama bersungguh-sungguh.

"Kalau kamu memang punya pacar, suruh dia datang hari ini dan Mama akan bertanya kesiapannya untuk menikahi kamu secepatnya. Kalau dia tidak datang sampai pukul tujuh malam, maka kamu harus menerima pria yang akan Mama kenalkan ke kamu." Cintya mengambil surat wasiat dari tangan putrinya lalu dia keluar dari ruang santai menyisakan Avellyne seorang diri yang sedang dilanda kebingungan.

1
edu2820
Kepincut sama tokohnya. 😉
B-Blue: terimakasih sudah mampir 😊
total 1 replies
✿ O T A K U ✿ᴳᴵᴿᴸ࿐
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!