Melati berubah pendiam saat dia menemukan struk pembelian susu ibu hamil dari saku jas Revan, suaminya.
Saat itu juga dunia Melati seolah berhenti berputar, hatinya hancur tak berbentuk. Akankah Melati sanggup bertahan? Atau mahligai rumah tangganya bersama Revan akan berakhir. Dan fakta apa yang di sembunyikan Revan?
Bagi teman-teman pembaca baru, kalau belum tahu awal kisah cinta Revan Melati bisa ke aplikasi sebelah seru, bikin candu dan bikin gagal move on..🙏🏻🙏🏻
IG : raina.syifa32
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raina Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pulang dari luar kota
"Assalamualaikum sayang, mas pulang," teriak Revan menggema di seluruh ruang tamu yang cukup luas.
Melati melongok ke bawah, lalu turun tergesa menuruni anak tangga, menyuruh suaminya untuk diam, pasalnya putri bungsu mereka baru saja terlelap. Usaha melati untuk menidurkan putrinya yang baru berusia 1 tahun lebih penuh perjuangan yang ekstra.
"Mas jangan berisik, Ayana baru saja tidur."
Revan mendekap istrinya dengan erat untuk menumpahkan kerinduannya.
"Maaf sayang mas terlalu senang, 3 hari di Bandung nggak ketemu rasanya seperti 3 bulan saja." Ucapnya berkelakar.
Melati meninju bahu suaminya dengan rengekan manja. "Gombal!
Revan menangkup pipi istrinya dan melumat bibir Melati yang selalu membuatnya candu. "Serius Mas nggak bohong, suerr!"
"Makanya nggak keseringan usah keluar kota, lagian ngapain sih mas sebulan sekali mas harus ke Bandung. Sudah 3 bulan lho mas kayak gini, nggak capek apa bolak-balik Jakarta Bandung, nyetir sendiri lagi," omel Melati. "Mas tidak menyimpan sesuatu di sana kan?" Tanyanya dengan tatapan menyelidik.
Revan tergagap, perubahan terlihat jelas dari wajahnya. "Ya Ng...nggak sayang, mas ke Bandung murni pekerjaan, kamu pasti mikir aku punya selingkuhan ya?" Ujarnya sambil menoel dagunya.
"Ya siapa tau mas, apalagi kamu dulu gampang tergoda, jujur aku belum sepenuhnya percaya sama kamu mas."
"Hadeh sayangku, kita udah punya anak 5 lho. Masak kamu belum percaya juga sih? Kamu nggak ingat apa gimana perjuanganku buat dapetin kamu, 7 tahun Yank aku harus bersabar. Ya nggak mungkin mas menduakanmu."
Revan kembali memeluk tubuh Melati dan memberikan ciuman bertubi-tubi di wajah cantik istrinya yang terlihat lelah. Lelah karena seharian mengurus 5 anak mereka.
"Siapin air ya, tubuh mas lengket berkeringat, jangan lupa pakai baju dinas yang paling seksi, malam ini mas menginginkanmu," bisiknya sensual di telinga sang istri. Revan selalu begitu, tiap berdua seperti ini selalu berakhir di atas kasur dan Melati pasti akan ngedumel.
"Ngomel tapi nyosor juga." Ledek Revan saat perempuan itu mengalungkan tangannya di leher sang suami.
Hembusan nafas Revan yang hangat membuat bulu kuduk Melati merinding. Wanita itu tersipu malu, menyembunyikan wajahnya di ketiak sang suami.
"Eh...mas bau lho." Tegur Revan, memegang kepala Melati.
"Aku suka wangi parfume-mu bercampur keringat mas, aromanya bikin candu."
Revan terkekeh dan membenamkan kepala Melati ke dadanya, memberikan pelukan hangat. Setelah puas melampiaskan rasa rindunya. Revan pun melepas dekapannya pada sang istri. Melati bergegas masuk ke kamar mandi menyiapkan keperluan suaminya.
"Sudah mas."
"Kamu nggak ikut mandi?" Pancing Revan dengan sebuah kerlingan nakal.
"Enggak!Bisa-bisa kamu mengurungku di kamar mandi."
Revan terkekeh lalu masuk ke kamar mandi, sedangkan Melati masuk walk in closet untuk menyiapkan baju untuk suaminya.
Di dalam walk in closet, Melati tak hanya mengambil baju milik Revan, suaminya. Melainkan dia meraih baju dinas yang tergantung rapi di rak khusus baju dinasnya. Melati bergidik ngeri melihat baju berwarna hitam itu ,sangat seksi dan menggoda.
Bibirnya tampak mengerucut, "ish...baju kayak gini harganya jutaan rupiah, mana setelah di pakai berakhir di tempat sampah lagi, suamiku maniaknya kebangetan." Gerutunya.
Melati membuka penutup kepalanya, dan satu persatu mengganti pakaiannya dengan baju yang dia pegang.
Wanita itu semakin melenguh kesal dengan penampilannya di pantulan cermin.
"Mas Revan...Revan, dia nggak bosen apa selalu seperti ini?"
Tiba-tiba sebuah tangan hangat melingkar di pinggangnya. Melati terjengat, hembusan nafas Revan beraroma mint menyapu lehernya yang putih dan jenjang.
"Sampai mati pun aku nggak pernah bosan. Aku merindukanmu sayang," ujar Revan, lalu mengangkat tubuh istrinya keluar dari walk in closet dibaringkannya diatas kasur.
Keduanya pun terlibat obrolan kecil setelah bersenang-senang melakukan aktivitas malam suami istri di atas kasur.
Melati membelai dada suaminya yang terbuka, sesekali Revan mencium kening Melati dan menyingkirkan anak rambut istrinya yang menutupi wajah.
"Sayang."
"Hemmm?" Jawab Melati, dia merapatkan tubuhnya.
"Kalau kayak gini terus, rasanya mas ingin mempelajari satu ilmu."
" CK...nggak usah nanti kamu tambah sibuk nggak ada waktu buat aku dan anak-anak, bukannya ilmu bisnismu melebihi ambang batas."
Revan terkekeh, melihat istrinya merajuk dia semakin gemas, dia mencubit istrinya.
"Aww... sakit mas." Jerit Melati.
"Maksud mas bukan ilmu bisnis sayang, tapi satu ilmu yang membuat orang tak bisa mati. Karena aku ingin selamanya hidup berdua sama kamu," ungkap Revan dengan penuh penuh cinta.
Melati terlihat melongo. "Haa...emang ada?"
"Ada."
"Ilmu apa itu?" Tanya Melati penasaran, dia melingkarkan tangannya semakin erat pada pinggang sang suami.
"Rawa rontek," jawab Revan berkelakar.
"Itu hanya mitos, tahayul, sihir dan menyalahi takdir, itu sama aja dengan musyrik mas"
Revan tertawa terbahak-bahak.
"Malah tertawa lagi." Dengus Melati.
"Aku hanya bercanda sayang, seandainya ada boleh juga tuh mas mempelajarinya."
Keesokan harinya,
"Aku berangkat kantor dulu ya sayang, kalau kamu kerepotan jemput anak-anak telpon saja suamimu ini, mas dengan senang hati jemput mereka."
Melati mengangguk. "Iya, tapi tumben mas berangkat sepagi ini?"
Revan terlihat gugup mengusap tengkuknya, berusaha menyembunyikan kegugupan dengan senyum mautnya.
"Ada meeting dengan beberapa investor asing dari Jepang. Mereka minta jam di luar kantor. Maaf ya? Mas berangkat." Revan mencium keningnya sangat lama.
Melati memaksakan senyumnya, bagaimanapun juga dia merasa aneh dengan tingkah Revan beberapa hari ini. Sering keluar kota, sering menerima telepon serius tengah malam, membuatnya menaruh kecurigaan yang cukup besar pada suaminya.
Melati menggeleng cepat, menepis kecurigaannya. "Enggak mungkin mas Revan berbuat aneh-aneh diluar."
Melati segera membereskan kekacauan yang terjadi tadi malam, mengganti seprei yang kusut dan kotor dengan yang baru. Lalu memasukkannya ke dalam keranjang khusus pakaian kotor. Dia juga mengambil jas yang kemarin dipakai suaminya saat keluar kota.
Saat dia ingin memasukkan jas itu ke dalam keranjang pakaian kotor, sebuah kertas kecil semacam struk belanja terjatuh dari saku jas. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Melati memungutnya. Kedua bola matanya membulat sempurna, dia membekap mulutnya tak percaya.
"Astaghfirullah mas Revan?"
revan pulsa jgn sembunyikan lg msalah ini terlalu besar urusannya jika km brbohong terus walau dg dalih g mau nyakitin melati ,justru ini mlh buat melati salah pham yg ahirnya bikin km rugi van
sebgai lelaki kok g punya pendirian heran deh sm tingkahnya kmu van, harusnya tu ngobrol baik" sm melati biar g da salah paham suka sekali trjd slh pham ya.