NovelToon NovelToon
TOLONG CABUT PAKU DI KEPALA KAMI

TOLONG CABUT PAKU DI KEPALA KAMI

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Mata Batin / Hantu / Tumbal
Popularitas:79.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Tolong cabut paku di kepala kami! Tolong! Argh sakit!”
“Tolong aku! Paku ini menusuk otak hingga menembus batang tenggorokan ku! Tolong!”

Laila baru saja dimutasi ke wilayah pelosok. Dia menempati rumah dinas bekas bidan Juleha.

Belum ada dua puluh empat jam, hal aneh sudah menghampiri – membuat bulu kuduk merinding, dan dirinya kesulitan tidur.

Rintihan kesakitan menghantuinya, meminta tolong. Bukan cuma satu suara, tetapi beriringan.

Laila ketakutan, namun rasa penasarannya membumbung tinggi, dan suara itu mengoyak jiwa sosialnya.

Apa yang akan dilakukan oleh Laila? Memilih mengabaikan, atau maju mengungkap tabir misterius?

Siapa sebenarnya sosok bidan Laila?

Tanpa Laila tahu, sesungguhnya sesuatu mengerikan – menantinya di ujung jalan.

***

Instagram Author ~ Li_Cublik

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tolong : 01

“Kita sudah sampai, Bu Bidan. Ini rumah dinas yang diperuntukkan bagi tenaga medis puskesmas kelurahan Sumberjo.”

Seorang wanita berperawakan langsing, memiliki paras cantik pribumi – turun dari mobil minibus yang disopiri oleh petugas kecamatan.

Laila namanya, ia baru saja dimutasi dari rumah sakit besar ibu kota. Sorot mata tegasnya memperhatikan rumah yang tidak terawat, sampah dedaunan kering memenuhi teras.

‘Ini rumah manusia atau hantu?’ tanyanya dalam hati. Bangunan di depannya jelas sudah lama tidak berpenghuni. Halaman kanan-kirinya begitu kotor.

“Terima kasih, Pak. Silahkan kalau mau jalan lagi!” ucap Laila.

“Baik, Bu Bidan. Saya permisi, semoga Anda betah mengabdi di desa ini!” Sang sopir langsung masuk lagi kedalam mobil dan segera melaju pergi.

Laila menyeret koper besarnya.

“Bu bidan Laila, ya?”

Yang dipanggil pun berbalik.

“Ju_leha ….”

Bugh.

“Anda tidak apa-apa, Pak?” Laila bergegas hendak menolong pria yang terjauh kebelakang ketika melihat parasnya.

Pria berbaju dinas coklat itu berdiri sendiri. Matanya masih memindai wanita berbalut kaos oblong, rambut diikat satu dan mengenakan celana jeans bagian bawah lebar.

“Tadi kalau tidak salah, Bapak panggil saya Juleha, siapa dia?” Laila menelisik wajah laki-laki berkumis tebal.

“Perkenalkan, nama saya Sopyan. Ketua RW sekaligus perangkat kelurahan. Anu_ dia Bidan sebelumnya, kebetulan rumah ini juga bekas ditempati olehnya,” katanya mencoba menutupi kegugupan.

“Lantas di mana Beliau sekarang, Pak?” tanya Laila sambil berjabat tangan perkenalan.

“Sudah pulang ke kampung halamannya. Dia cuma sebentar di sini, belum juga genap setahun.” Pak bayan melepaskan jabat tangan mereka.

“Kenapa begitu singkat, Pak?”

“Kalau itu saya kurang tau, Bu. Dengar kabar dia terpaksa pulang lantaran bapaknya sakit keras.”

“Oh … ngomong-ngomong di puskesmas ada tidak ya fotonya? Saya jadi penasaran se-mirip apa kami?”

“Tidak ada, Bu!” jawabnya begitu cepat.

‘Aneh. Mustahil rasanya kalau sama sekali tidak ada potretnya. Setidaknya foto dokumentasi untuk kepentingan kerja,’ raut Laila terlihat biasa saja, tetapi batinnya begitu berisik penuh praduga.

“Maaf ya Bu bidan, Saya tidak bisa berlama-lama. Harus kembali ke kantor kelurahan lagi. Ini kunci rumahnya. Oh iya, itu rumah saya!” Tunjuknya pada bangunan kokoh di samping kiri rumah dinas Laila, jaraknya 15 meteran.

Ternyata Laila dan pak RW bertetangga.

Selepas kepergian pak bayan, Laila memasukkan anak kunci, lalu mulai membuka pintu bercat putih kusam. Belum sempat kakinya melangkah masuk ….

“Bu bidan Laila, ya?”

Laila pun berbalik, persis kejadian saat Sopyan menyapanya. Wanita berambut keriting dan tubuh sedikit tambun dihadapannya hampir saja jatuh, beruntung ada laki-laki yang menahan tubuhnya.

Laila tersenyum simpul, memberi waktu si wanita yang diperkirakan berumur pertengahan 20 tahunan.

“Maaf kalau respon saya mengejutkan Anda, Bu bidan,” tuturnya sungkan sambil menunduk malu.

“Tidak mengapa, Bu. Sepertinya saya harus membiasakan diri. Dikarenakan sudah dua orang mengira saya mirip bidan sebelumnya,” selorohnya basa-basi.

“Kalian memang mirip, cuma bedanya Anda lebih tinggi dan tidak memiliki lesung pipi. Saya Ida, tetangga kanan bu Bidan. Kalau butuh sesuatu jangan sungkan mengetuk pintu rumah saya.” Ida pun mengulurkan tangan yang langsung disambut hangat oleh Laila.

Laila juga mengulurkan tangan ke laki-laki yang berdiri di samping Ida, tetapi setelah beberapa detik tidak juga disambut, ia menarik kembali uluran tangannya.

Ida tersenyum sungkan. “Ini suami saya, Bu. Namanya Santo.”

Laila sedikit mengangguk, tatapannya bertemu pandang dengan mata tajam pria yang pipi kanannya terdapat bekas luka cukup dalam (codet). Entah mengapa tengkuk Laila langsung meremang, cepat-cepat ia memutus pandangan mereka.

“Terima kasih Bu Ida sudah menyapa saya. Semoga kedepannya kita bisa akrab,” ujar Laila.

“Iya, Bu. Kami pamit dulu ya,” Ida dan suaminya berjalan ke arah rumah mereka, samping kiri hunian Laila.

Kening Laila berkerut, matanya menyipit memperhatikan sepasang suami istri itu. Kemudian dia masuk. Ternyata bagian dalam rumah tidak seperti bayangannya, sangat kotor.

Hunian tidak seberapa besar ini terlihat rapi, tidak berdebu, seperti dibersihkan setiap hari. Perabotannya juga banyak; sofa sudut, satu set meja makan, dapur minimalis yang terdapat kompor gas, rak piring aluminium pun lengkap dengan isi peralatan makan serta memasak.

Kening Laila berkerut dalam, ini sangat aneh. Terlihat ada kehidupan di dalam rumah yang katanya kosong. Tiba-tiba ....

“Siapa …?”

Laila melihat bayangan melintas di area dapur. Kakinya melangkah cepat guna mencari tahu.

Namun, tidak ada siapa-siapa di sana. Dibukanya pintu kamar mandi yang juga kosong.

“Sepertinya perasaanku saja. Mungkin efek lapar dan lelah,” gumamnya lirih, ia kembali ke ruang tamu. Mulai membuka kopernya, mencari peralatan mandi.

Telinga nya mendengar suara gemericik air. Seketika bulu tangan dan tengkuknya meremang. Jelas-jelas ia tidak ada membuka keran air.

Laila kembali ke dapur, air keran bak cuci piring tidak menyala. Begitu juga kamar mandi. Dia menjadi kesal sendiri, fisiknya masih lelah disebabkan perjalanan jauh, kini ada yang ingin menjahilinya.

Tidak mau ambil pusing, Laila berganti baju dengan yang lebih santai. Kemudian dia mulai menyapu lalu mengepel lantai rumah. Teras dan halaman urusan nanti saja, ia sudah kehabisan daya.

Setelahnya membuka nasi bungkus yang tadi dibelinya sewaktu perjalanan kesini. Selesai makan, ia pun mandi.

Hari sudah beranjak mau magrib, Laila menutup gorden jendela, netranya menatap baut teralis banyak yang tidak terpasang.

“Besok aku harus ke kota kecil,” gumamnya pelan.

“Ngantuk nya.” Dia menguap lebar, tak lama kemudian matanya tertutup sempurna. Bukan tidur di kamar, melainkan sofa busa ruang tamu.

***

Tengah malam.

Tok.

Tok.

Hiks hiks hiks.

“Tolong cabut paku di kepala kami! Tolong! Argh sakit!”

“Tolong aku! Paku ini menusuk otak hingga menembus batang tenggorokan ku! Tolong!”

Mata Laila terbuka lebar. ‘Aku nggak salah dengar kan? Seperti ada yang mengetuk pintu, tapi siapa?’

Seketika badannya terduduk, manik hitamnya melirik jam tangan. Pukul 01:00 dini hari.

Kembali dia mendengar rintihan sakit, tapi kini suara tunggal bukan serentak.

"Sakit sekali! Tolong cabut paku ini!"

Srek.

Jantung Laila bergemuruh, ekor matanya menangkap bayangan jubah putih menyapu lantai. Secepat kilat ia memalingkan wajah guna memperjelas penglihatan.

Namun, sosok itu melayang ke bagian dapur. Laila beranjak, ia begitu penasaran ingin melihat wujudnya.

“Siapa?” tanyanya dengan irama jantung berpacu cepat. Tak ada jawaban, Laila melihat lantai yang terdapat tetesan darah merah pekat. Bau anyir seketika menusuk hidungnya.

“Jangan bercanda! Kau siapa?!” ia mulai geram sekaligus takut, tetapi tetap tak berlari dari sana.

Sosok berambut panjang dan jubah putih berlumpur, kotor penuh bercak darah itu menembus pintu belakang.

Tanpa ragu Laila membuka grendel pintu.

“Sial. Gelap sekali, aku tidak bisa melihat apapun!” rutuknya, cahaya lampu dapur tidak bisa menjangkau jauh.

Tiba-tiba ada sekawanan kunang-kunang yang menarik perhatiannya. Laila berjalan mendekati cahaya hijau kekuningan itu yang jaraknya 9 meter dari bangunan dapur.

Saat tangannya hendak menangkap seekor Kunang-kunang, tiba-tiba lampu rumah bagian belakang milik Ida hidup.

“Bang, aku mendengar ada orang jalan di belakang. Coba periksa!”

Deg.

“Aku harus bagaimana ini?!”

.

.

Bersambung.

Setting tahun pertengahan 1990-an.

1
Marlina Prasasty
iyyya berperang lah kalian dalam batin,kenapa sulit di lontarkan,apa krn ada k Ida?
Cublik: Laila kan sukanya menggerutu dalam batin Kak 😁
total 1 replies
FLA
awas Laila, kau di incar manusia dakjal ihhh
Alif 33
semangat Laila... balaskan dendam mereka
Reni
eeeyaaaaaa mas duda bawa baju pengantin la mau nikahin kamu alasan Bae biar bisa melindungi
Wanita Aries
Gpp laila ramah sama si gundik sujar demi misi sukses.
🍒⃞⃟🦅Amara☆⃝𝗧ꋬꋊ
orang pahing susah di pelet ,di gendam, sabare sundul langit ,gak macam laila yang ceroboh🤭.
orang pahing tidak pernah lihat penampakan,sebab demit itu bolo ne orang2 pahing.
Cublik: Gak cocok Laila jadi orang Pahing ya Kak 😁
total 1 replies
ora
Laila kalau ngomong. Kata-kata doa loh. Entar kalau mau dinikahi beneran, baru tau rasa deh kamu🤭🤣🤣
Cublik: Kabur kayaknya dia Kak 😆
total 1 replies
imau
apa jadinya kalau mereka menikah 😄
Cublik: Satu makan hati, satu makan empedu Kak 😆
total 1 replies
Reni Septianing
mulut si Laila emang kadang2 ni anak😁 Laila juga kudu waspada nih ma si dodol alias si dul🤔
Cublik: Si Dul mulai meresahkan 🤣
total 1 replies
ora
Kacau memang LailaFacepalm/
jeje kwok 12🌹
😅 predikat duda sebentar lagi sold out nih.. kang mas jangan galak galak ingat cinta dan sebel beda tipis dan si abdul dul setan tengik doyan mek mek itu enaknya di bikin lemper aja kali ya..orang jelek gak bisa ngaca
Cublik: Nggak cemburu ta Kak 😁
total 1 replies
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
🤣🤣🤣🤣 Laila kayaknya cocok nih sama juragan Pram. yg satu dinginnya kebangetan, yg satu nyablaknya gak kira². jodohin aja mereka kak 🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ: gpp. biar hidup mereka semarak dan penuh warna🤣🤣🤣
Cublik: Langsung bumi gonjang ganjing Kak 😁
total 2 replies
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Laila canggung kamu hrs hati" sama Abdul karna dia punya niat buruk ke kamu
Cublik: Siap Kakak ... 🔥
total 1 replies
Lilik Sriyani
si abdul ini orang kah atau orang orangan sawah
Cublik: Orang"an sawah Kak
total 1 replies
isya🌀
Gaun pengantin? Ada benarnya juga juragam pram laila, dgn begitu kau aman smntara dari abdul
Cublik: Betul juga itu Kak 😁
total 1 replies
Jia
Amin omongan adalah doa,klu menurut aq sifat Laila mengingatkan aq pd Dien.
Cublik: Asal ceplos aja ya Kak 😁
total 1 replies
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAndiniAndana🦉☆⃝𝗧ꋬꋊ
menyelam Laila.. menyelam.. kan kau yg minta disiapkan alat2 untuk menyelam.. /Hey//Hey/ kenapa jadi nikah /Facepalm/
Cublik: Nanti pas dia menyelam, tahan kepalanya Kak ... siapa tahu gak eror lagi 🤣
total 1 replies
sukensri hardiati
waaah....orhor pinter menyesatkan imajinasi pembaca....ketipu aku...
!m_mah
jangan nikah dulu la,,kburu ditamatin critanya😅😅😅
Cublik: Betul juga ini Kak 😁
total 1 replies
Betri Betmawati
Laila jgn sampai ketahuan klu masih perawan dan yg lain bisa kn incar Suryo untuk tumbal nya,
nth ilmu apa yg dia anut
Cublik: Kekebalan Kak – biar paling sakti tak tertandingi 😆
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!