Enam bulan pernikahan Anindia, badai besar datang menerpa biduk rumah tangganya. Kakak sang suami meninggalkan wasiat sebelum meninggal. Wasiat untuk menjaga anak dan juga istrinya dengan baik. Karena istri dari kakak sang suami adalah menantu kesayangan keluarga suaminya, wasiat itu mereka artikan dengan cara untuk menikahkan suami Nindi dengan si kakak ipar.
Apa yang akan terjadi dengan rumah tangga Nindi karena wasiat ini? Akankah Nindi rela membiarkan suaminya menikah lagi karena wasiat tersebut? Atau, malah memilih untuk melepaskan si suami? Ayok! Ikuti kisah Nindi di sini. Di, Wasiat yang Menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#01
"Menikahlah, Mas! Nikahi lah kak Desi sebagaimana yang telah kakakmu wasiatkan. Tapi, ceraikan aku."
Deg. Jantung Afi berdetak dua kali lebih cepat dari yang sebelumnya. Bukan dua, tiga atau bahkan empat kali. Yang jelas, jantungnya tidak baik-baik saja sekarang. Mata Afi membulat sempurna. Dia kaget bukan kepalang.
"Nindy. Kamu-- " Ucapan itu langsung tertahankan dari mulut Afi. Tidak bisa keluar sama sekali. Darahnya mengalir terlalu cepat yang membuat lidahnya tiba-tiba tidak bisa berbicara.
Sementara itu, Anindia Syafitri yang duduk di sisi ranjang hanya terdiam sambil menunduk. Wasiat itu terlalu menyakitkan. Dia ingin menolak dengan sekuat tenaga, namun sadar, itu adalah wasiat yang kakak iparnya keluarkan.
Wasiat itu di dukung oleh semua keluarga.
Beberapa hari yang lalu, Hambali, kakak pertama Hanafi mengalami kecelakaan fatal. Dia meninggal di rumah sakit karena kecelakaan tersebut. Dia meninggalkan istri bersama satu anak perempuannya untuk selama-lamanya.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Hambali sempat meninggalkan wasiat kepada adik laki-lakinya untuk menjaga istri dan anaknya itu dengan baik. Permintaan itulah yang membuat semuanya berubah. Karena bagi keluarga Hanafi, cara untuk menjaga Desi dan anaknya dengan baik hanya ada satu. Yaitu, tetap mempertahankan Desi sebagai menantu mereka dengan cara menikahkan Desi dengan Hanafi.
"Ini wasiat dari kakak mu, Afi. Kamu harus menjaga Desi dan Lena dengan baik."
"Aku tahu. Tapi, tidak dengan menikah dengan mbak Desi, Ma."
"Tidak dengan menikah? Lalu dengan apa? Bagaimana caranya kamu bisa menjaga Desi dengan baik jika kamu tidak menikah dengannya, ha?"
"Iya, Kak. Kalau tidak menikah dengan mbak Desi, bagaimana caranya kak Afi mau menjaganya? Mana bisa terus menjaga dia dengan status dirimu sebagai ipar." Hana. Adik bungsu Afi ikut bicara.
Afi terdiam. Benaknya sedang mencerna dengan susah payah apa yang baru saja mama dan adik bungsunya katakan. Namun, belum sempat mencerna dengan baik, sang mama malah angkat bicara kembali.
"Hana. Panggilkan Nindy untuk datang ke kamar. Katakan mama ingin bicara dengannya."
"Ma." Afi langsung meninggikan suara.
"Istri kamu harus diajak bicara. Mama yakin, dia akan setuju dengan usulan pernikahan ini. Karena ini adalah wasiat Hambali. Seharusnya, dia bisa berpikiran terbuka dan menerima keputusan ini dengan lapang dada."
Mama Afi bicara dengan entengnya. Seolah, Nindy tidak punya hati. Wanita mana coba yang mau berbagi suami dengan orang lain. Jangankan suami, barang pun tidak akan ada yang rela.
Selama menunggu Hana kembali bersama Nindy, mama Afi terus mengajak anaknya bicara. Tentu saja orang tua itu terus memberikan penekan pada anak tengahnya agar bersedia menikah dengan menantu pertamanya itu.
Afi yang terus di tekan, merasa tidak punya peluang untuk menolak. Ketika sang istri datang bersama adik bungsunya keruangan tersebut, Afi langsung menyambut dengan wajah putus asa.
Nindy yang tidak tahu duduk permasalahannya, awalnya biasa saja. Namun, setelah tahu, tentu saja dia kaget bukan kepalang.
"Apa? Mengizinkan mas Afi menikah lagi? Dengan mbak Desi?"
"Iya. Karena ini adalah wasiat dari kakak ipar kamu. Kamu setuju bukan?"
"Apa? Bagaimana mungkin?"
"Apanya yang bagaimana mungkin? Kamu gak mungkin tidak setuju bukan, Nindi?"
"Iya, kak Nindi. Jangan bilang kalau kamu gak setuju. Ini wasiat lho, kak." Hana malah ikut-ikutan memberikan penekanan.
Kata demi kata terus saja menusuk batin Nindi. Sungguh, dia tidak lagi bisa bertahan. Dia terpaksa memilih pergi meninggalkan kamar tidur mertuanya dengan perasaan berkecamuk.
Alhasil, inilah keputusan yang Nindi ambil setelah dia tiba di kamar tidur miliknya bersama Afi. Sang suami yang langsung menyusul istrinya itupun langsung menerima jawaban yang mengejutkan.
Badai rumah tangga mereka datang terlalu cepat. Padahal, mereka baru menikah selama enam bulan. Masih sangat muda usia pernikahan mereka. Bak kata pepatah, baru seumur jagung.
Sungguh sangat malang. Pernikahan yang masih sangat amat muda harus diterpa badai yang sangat dahsyat. Sampai-sampai, Anindia tidak punya pilihan lain selain melepaskan Hanafi gara-gara sebuah wasiat yang sangat menyakitkan.
"Mas Afi. Menikahlah! Karena ini adalah wasiat. Jadi, menikahlah dengan mantan kakak ipar mu itu."
Mata Afi yang sudah membulat itu kini berkaca-kaca. Dia yang duduk tak jauh dari Nindi, langsung beranjak bangun.
"Aku akan menikah. Tapi, tidak akan pernah bercerai dengan mu."
Deg. Kali ini gantian mata Nindi yang membulat. Tatapan matanya lurus ke arah Afi. Pria itu dulu sudah susah payah mengejar Anindia. Berusaha keras untuk mendapatkan cinta, lalu setelah itu, berjuang untuk mendapatkan restu dari kedua belah pihak.
Ya. Menikah dengan Anin, Afi butuh banyak perjuangan yang harus ia lewati. Mulai dari mendapatkan hati Anindia, hingga mendapatkan restu dari kedua belah pihak. Jadi, mana mungkin dia rela melepaskan Anin hanya karena sebuah wasiat. Sebisa mungkin, dia akan tetap berusaha keras untuk mempertahankan istri tercintanya itu agar tetap berada di sisinya.
"Aku akan menikahi mbak Desi hanya karena wasiat dari mas Ali. Tapi istriku, orang yang aku cintai, tetap kamu satu-satunya, Anin."
"Tidak, Mas. Aku tidak akan pernah siap berbagi suami dengan siapapun. Karena itu, lepaskan aku sebelum kamu menikah lagi."
"Aku rela kamu menikah. Tapi kamu harus menceraikan aku sebelum pernikahan itu berlangsung," ucap Anin lagi.
"Anindia! Aku tidak akan melepaskan dirimu. Kau tetap istriku sampai aku mati."
"Tapi aku tidak akan pernah sudi jika harus berbagi suami, Mas. Tidak akan pernah. Kamu bisa menikah lagi. Tapi aku tidak akan pernah jadi istrimu lagi."
"Baik kalau begitu. Maka wasiat yang mas Ali berikan padaku tidak akan pernah aku jalankan. Karena aku tidak akan pernah mau bercerai dengan mu."
"Afi!" Lantang suara Nisa memenuhi ruang kamar milik Nindi dan Afi.
Wanita tua itu ternyata sudah tidak tahan lagi. Dia tidak akan pernah membiarkan anak keduanya itu menolak apa yang dia katakan. Merestui pernikahan Afi dengan Nindi juga karena terpaksa. Karena bagi Nisa, Nindi sama sekali tidak cocok untuk anaknya.
Nindi datang dari keluarga sederhana. Anak tunggal yang hanya dibesarkan oleh seorang ayah. Karena setelah melahirkan Anin, ibu kandung Anin malah menghembuskan napas terakhir karena kehilangan banyak darah.
Nisa berpikir, wanita dari keluarga sederhana yang kehilangan kasih sayang dari sang mama, tidak akan pernah cocok untuk anak keduanya yang cukup luar biasa. Anaknya adalah pemuda yang berpendidikan tinggi. Anak kebanggaan yang bisa ia andalkan dalam menjalankan bisnis keluarga.
Itu terbukti dengan kemampuan Afi yang bisa memajukan bisnis keluarga setelah sang papa meninggal beberapa tahun yang lalu. Anak yang berbakat seperti Afi, harusnya menikah dengan orang yang luar biasa juga. Bukan orang yang biasa-biasa saja seperti Nindi ini.
Tapi sayangnya, mata dan hati Afi malah sudah terpaku pada Nindi. Sekeras apapun penolakan Nisa, tetap saja tidak berhasil membuat anak keduanya itu menyerah. Yang pada akhirnya, Nisa lah yang harus mengalah. Terpaksa memberikan restu pada gadis yang sama sekali tidak ia sukai sebagai menantunya.
anak selingkuhan desy..
kmu pasti bisa melewatix ,ad x
dukungan ayah mu nin...
sdh gk layak dipertahan kan rmh tangga mu nin...
tinggalkan afi .sdh gk ad yg pantas
pertahan kan ,jangan paksakan untuk
melewati kerikil2 itu ...
semoga pd menyesal ntt x setelah pisah sma nindi...biar tau rasa
itu karma mu.desi enak kan, dah rahim rusak gk bisa punya anak pelakor lagi. iuhh amit amit.
mnikah diatas derita wanita lain kok mau bhgia, nyadar lah kau itu pelakor.