Pertemuan singkat yang tak disengaja itu yang akhirnya menyatukan Nabilla dan Erik, tanpa rencana apa pun dalam pikiran Nabilla tentang pernikahan namun tiba-tiba saja lelaki asing itu mengajaknya menikah.
Lamaran yang tak pernah dibayangkan, tanpa keramaian apapun, semua serba tiba-tiba namun membawa kebahagiaan.
Pertemuan menyebalkan itu telah membuat Nabilla dan Erik terikat seumur hidup, bahagia hanya itulah yang mereka rasakan.
Merangkai kisah rumah tangga yang bahagia meski selalu ada saja masalah, Erik dan Nabilla menciptakan kisah bahagianya sendiri di tengah gangguan menyebalkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali
Dengan seabrek barang yang dibawanya Nabilla mendatangi motornya, ia menata semua barang belanjaannya di depan dan belakang. Nabilla baru saja membeli segala kebutuhan Laundry yang sudah habis, seperti biasa Nabilla selalu melakukannya sendiri.
"Bila, ini ketinggalan."
Nabilla menoleh dan menerima nota belanjaan yang tak sengaja ditinggalkannya tadi, setelahnya Nabilla menaiki motornya dan melaju pergi. Perjalanannya harus terhalang oleh keributan beberapa orang disana, Nabilla sempat berhenti untuk berpikir sejenak.
"Woy!" Bentak seseorang.
Tiba-tiba saja Nabilla dikejutkan oleh seseorang yang naik di motornya, padahal sudah jelas motornya itu penuh dengan barang.
"Jalan!" Titahnya tergesa.
"Tapi itu-"
"Jalan!" Titahnya sedikit membentak.
Nabilla melajukan kembali motornya, dengan sedikit tegang Nabilla menjerit meminta mereka yang menghalanginya menyingkir. Nyaris saja Nabilla menabrak salah satu dari mereka, beruntung orang itu lebih dulu menyingkir dan membuat Nabilla berhasil lolos.
"Apa kau gila?" Tanyanya sedikit mengumpat.
"Jalan saja!"
Laju mereka sudah cukup jauh, Nabilla meminggirkan motornya dan menghentikan lajunya. Dengan kesal Nabilla meminta orang itu untuk turun begitu juga dengan dirinya, Nabilla menjerit histeris ketika belanjaannya itu berantakan dan nyaris rusak.
"Diam!"
"Diam kamu bilang, ini bahan buat usaha aku malah kamu rusak!"
Lelaki itu hanya berdecak tak perduli, belanjaannya itu hanya plastik saja kenapa harus seemosi itu. Nabilla menghentakan kakinya, ini adalah hari sialnya yang pertama kali karena ulah orang lain.
"Dasar pengacau!" Umpatnya yang kembali menaiki motor.
"Mau kemana?"
"Penting aku kasih tahu?"
Nabilla mendelik dan melajukan pergi motornya, lelaki itu tampak tersenyum seraya menggeleng. Galak sekali wanita itu, tapi dia sudah membantunya tadi tentu saja ia akan membayarnya suatu hari nanti.
Sampai di Laundry Nabilla langsung menurunkan semua barangnya, hari ini hari libur sehingga tidak ada karyawannya disana. Laundry juga tutup dan itu adalah kesempatan Nabilla untuk mengisi kebutuhannya, sekarang semua sudah terpenuhi dengan sempurna.
"Menyebalkan sekali lelaki itu, dasar preman!"
Nabilla tak henti mengoceh seraya mengangkut belanjaannya masuk, menatanya di dalam sesuai dengan yang lainnya. Senyum Nabilla merekah, ia senang karena usahanya semakin naik sekarang.
"Semangat Nabilla, tidak akan ada hasil sia-sia untuk usaha yang sungguh-sungguh."
Kakinya terayun mengecek nama-nama dari barang yang ada di pajangan sana, sebanyak itu dan belum diambil. Seharusnya besok mulai kosong agar pemasukan juga ada, Nabilla hanya menerima pembayaran setelah barang selesai, sehingga sebanyak apa pun barang di laundrynya itu tidak akan menghasilkan uang jika belum diambil pemiliknya.
"Tidak masalah, uang aku masih banyak." Gumamnya yang kemudian duduk.
Dua hari lagi Nabilla harus menggaji 5 karyawannya, dan Nabilla akan siapkan uangnya sekarang. Dibukanya buku catatan Laundry dan mulai memeriksa semuanya, Nabilla selalu hati-hati dalam segala hal dan hasilnya sekarang Nabilla bisa sukses dengan tangannya sendiri.
Nabilla memilih meninggalkan orang tuanya di kampung dan membuka usaha di kota besar, beruntung langkah besarnya itu membuahkan hasil yang maksimal. Nabilla bisa membantu memenuhi kebutuhan orang tuanya, juga kebutuhannya sendiri dan Nabilla jadi lebih dewasa sekarang, lebih mandiri dan mengerti cara hidup.
"Niken gak masuk dua hari ya." Gumamnya.
Tangan itu begitu lihai mencatat semua yang terlontar dari mulutnya dan yang terucap dibenaknya, Nabilla tidak mau membuat kesalahan dengan memberikan gaji yang kurang dari seharusnya. Kelima karyawannya itu sudah sangat baik dalam bekerja, mereka juga jujur dan selalu membuat para costumernya nyaman.
"Baiklah, penghasilan bulan ini seharusnya cukup buat bonus mereka. Tunggu dua hari lagi ya, semoga aku bisa kasih tambahan lagi."
Buku itu ditutupnya lagi, semua sudah siap dan Nabilla sudah merasa tenang. Sekarang sebaiknya Nabilla pulang dan membereskan rumahnya, tadi Nabilla pergi tanpa sempat beres-beres karena khawatir tokonya keburu penuh dan membuat Nabilla harus mengantri.
"Ah panas." Ucapnya seraya menaiki motor dan melaju pergi.
Lima tahun bertahan di kota besar sudah membuat Nabilla berhasil memiliki rumah sederhana, ada tempat Laundry tapi itu masih sewa namun tidak menyulitkan Nabilla. Sepanjang Lima tahu itu Nabilla tinggal sendirian, sesekali orang tuanya datang untuk menjenguk atau sesekali juga berbalik Nabilla yang pulang menjenguk orang tuanya.
Dirumah sederhana ini Nabilla perlahan meraih mimpinya menjadi orang sukses, meski belum jadi pengusaha besar tapi sedikit langkahnya sudah membuahkan hasil. Nabilla memarkir motornya di halaman yang pas-pasan itu, ia segera masuk dan langsung menghabiskan segelas air.
"Jam berapa ini, kenapa panas sekali."
Tanpa menunda Nabilla langsung membereskan apa yang memang berantakan, begitulah Nabilla meski terkadang tubuhnya terasa lelah tapi jika ada pekerjaan pasti akan diselesaikan terlebih dahulu. Nabilla akan merasa tenang istirahat setelah semuanya selesai dengan rapi maka akan membuat nyaman dan kebiasaan itu tidak berubah sampai sekarang.
Kring....
Nabilla menoleh dan meraih ponselnya yang disimpan di meja, rupanya ibu dari kampung yang menelponnya. Nabilla tersenyum dan segera menjawabnya, sudah sejak tiga hari Nabilla tidak mendapatkan kabar orang tuanya karena sulitnya signal.
"Asalamualaikum, Ibu."
"Waalaikumsalam."
Nabilla senang ketika bisa melihat wajah ibunya yang sudah menua, Iya usia orang tuanya sudah masuk kepala lima. Nabilla sebenarnya sedih karena harus selalu berada jauh dari mereka, tapi ini adalah langkah pilihan Nabilla dan harus dijalaninya.
"Ibu gimana sehat kan, Bapak mana?"
"Bapak sedang istirahat, kamu gimana sehat kan?"
"Sehat Bu, syukur kalau Ibu sama Bapak sehat. Rencananya Billa akan pulang minggu depan, do'akan ya Bu biar urusan disini lancar dan Billa bisa pulang."
"Amin, Ibu selalu do'akan kamu."
Nabilla tersenyum seraya mengangguk, panjang obrolan keduanya sampai menghabiskan waktu berjam-jam. Gangguan signal sesekali membuat mereka kesal sendiri, tapi itu tak lantas memutuskan panggilan.
Niat Nabilla untuk pulang sudah sejak bulan lalu, namun harus ditertunda lagi dan lagi karena satu dua hal. Nabilla berharap semoga kali ini ia bisa benar-benar pulang, betapa rindu ia dengan kedua orang tuanya itu.
Tok....
Tok....
Tok....
Suara ketukan pintu itu mengharuskan mereka menghentikan sambungannya, Nabilla yang memutuskan lebih dulu setelah sempat meminta ibunya istirahat. Nabilla segera membuka pintu dan lihatlah siapa yang sedang berdiri di hadapannya saat ini, senyum Nabilla terukir sempurna ketika melihat Tyas sahabatnya itu datang.
"Aaa kangen." sorak keduanya seraya berpelukan.
Nabilla tahu tentang kepulangan Tyas dari luar negeri sejak satu minggu lalu, dan hari ini mereka akhirnya bertemu. Tyas baru selesaikan kuliahnya yang selama 4 tahun, akhirnya sahabatnya itu lulus sekarang ia sukses menjadi sarjana.
"Ayo masuk, aku juga baru pulang." Jelas Nabilla menggiring Tyas masuk.
Sesaat Tyas mengamati rumah Nabilla yang nyaris tidak ada perubahan, hanya cat saja yang sepertinya berubah karena dulu warna putih sedang sekarang jadi pink. Nabilla menyuguhkan suguhan sederhana untuk sahabatnya itu, tapi ternyata Tyas membawa beberapa makanan untuk makan mereka bersama.
"Wah cantik sekali kamu, aku pangling loh." Puji Nabilla.
"Hey, apa kabar dengan kamu. Lihatlah, perubahan kamu juga drastis Billa."
"Sudahlah, kita sama-sama cantik kok."
Keduanya tersenyum dan meneguk minumannya bersamaan, Tyas menawarkan makanannya juga untuk dinikmati oleh Nabilla. Keduanya berbincang hangat setelah bertahun-tahun tak bertemu, Nabilla senang karena sekarang akan ada seseorang yang bisa selalu menemaninya.
"Kamu mau pulang?" Tanya Tyas.
"Rencana minggu depan aku pulang Yas, tapi gak tahu juga soalnya ini rencana sudah dari bulan lalu."
"Baiklah, Bos muda ini memang selalu sibuk."
"Apa kamu ini."
Nabilla menggeleng, sejak dulu Tyas selalu memanggilnya seperti itu meski Nabilla sudah katakan jika tidak menyukainya. Tyas hanya nyengir saja melihat perubahan ekspresi dari sahabatnya itu, apa salahnya bukankah memang benar jika Nabilla memiliki karyawan jadilah dia seorang bos.
"Jadi, kamu mau kerja di Perusahaan mana?"
"Kerja apa, aku mau nikah!"
"Hah?"