NovelToon NovelToon
The Painters : Colour Wars

The Painters : Colour Wars

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sci-Fi
Popularitas:844
Nilai: 5
Nama Author: Saepudin Nurahim

Rahmad Ajie, seorang mekanik body & paint di Jakarta, tak pernah mengira hidupnya berubah drastis karena ledakan cat radioaktif. Tubuhnya kini mampu mengeluarkan cat dengan kekuatan luar biasa—tiap warna punya efek mematikan atau menyembuhkan. Untuk mengendalikannya, ia menciptakan Spectrum Core Suit, armor canggih yang menyalurkan kekuatan warna dengan presisi.

Namun ketika kota diserang oleh Junkcore, mantan jenius teknik yang berubah menjadi simbol kehancuran lewat armor besi rongsoknya, Ajie dipaksa keluar dari bayang-bayang masa lalu dan bertarung dalam perang yang tak hanya soal kekuatan… tapi juga keadilan, trauma, dan pilihan moral.

Di dunia yang kelabu, hanya warna yang bisa menyelamatkan… atau menghancurkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ledakan Di Bengkel

Rahmad Ajie mengangkat kepala, menatap bagian bawah kap mesin yang terbuka lebar. Sinar matahari pagi menyelinap lewat jendela bengkel yang besar, memantulkan kilau logam dan cat yang belum kering. Di tangannya, sebuah amplas sudah mulai aus setelah berjam-jam dipakai menghaluskan bodi mobil yang baru selesai dicat.

“Setengah jam lagi, ini bisa selesai,” gumamnya pelan, matanya fokus pada lekukan bodi yang mulai mulus sempurna.

Di sekelilingnya, bunyi ketukan palu, suara obeng, dan mesin las memenuhi udara. Bengkel itu seperti sarang kehidupan, penuh aktivitas dan tawa dari para mekanik yang sudah seperti keluarga. Tapi Ajie? Dia lebih suka menyendiri, menyelesaikan pekerjaannya dengan tenang dan tanpa banyak bicara.

“Ajie, lihat! Mobilnya sudah kelihatan kayak baru lagi, bro!” teriak seorang rekan dari ujung bengkel.

Ajie hanya mengangguk kecil, tanpa melepas konsentrasinya.

Dia tahu, pekerjaan ini bukan cuma soal mesin dan cat. Setiap goresan, setiap lapisan warna yang dia poles, adalah bagian dari karya seni yang dia banggakan. Tapi juga beban, karena hidupnya gak pernah semulus cat yang dia poles.

Dia menatap jam tangan di pergelangan. Waktu istirahat hampir tiba. Momen yang dia tunggu untuk melepas penat. Tapi pagi itu berbeda.

Ketika dia melangkah ke ruang penyimpanan cat, bau kimia dan cat yang kuat langsung menyeruak. Di sana, beberapa kaleng cat berjejer—ada yang sudah terbuka, sebagian lagi disegel rapat.

“Pak Rahmad, tolong periksa tabung baru itu. Ada eksperimen baru dari supplier,” suara bos bengkel terdengar dari balik pintu kaca.

Ajie mendekat, memeriksa tabung cat dengan label yang agak mencurigakan: “Radioactive Paint Prototype.” Wajahnya berubah sedikit waspada.

Dia tahu, cat ini bukan cat biasa. Eksperimen ilegal yang katanya bisa membuat warna lebih hidup dan tahan lama. Tapi juga berbahaya.

Seketika, alarm kecil berbunyi nyaring di sudut ruangan. Suara ledakan kecil mengguncang bangunan. Ajie terhuyung mundur, debu dan asap mengepul di udara.

“Api! Cepat keluar!” teriak seseorang.

Instingnya langsung bereaksi. Dia berlari ke sumber ledakan, di mana tabung cat besar meledak, menyemburkan cairan berwarna-warni dan asap pekat yang berkilau seperti pelangi beracun.

Tubuhnya tersiram cat aneh itu. Tubuhnya bergetar, mata berkedip-kedip, dan dunia di sekelilingnya berputar.

Ajie terjatuh ke lantai, napas terengah-engah, dan detik-detik itu seperti melambat. Sesuatu dalam dirinya berubah—bukan hanya fisik, tapi sesuatu yang jauh lebih dalam.

Suara obeng yang jatuh ke lantai logam menggema di seluruh bengkel. Udara dipenuhi bau tajam thinner dan sisa asap las. Rahmad Ajie duduk di pojok ruang cat, napasnya berat, tangan kirinya masih gemetar. Di sekelilingnya, serpihan kaca dan logam berserakan. Ledakan tadi bukan cuma menghancurkan ruang kerja—itu seperti membuka gerbang ke dunia lain.

Ajie menyeka wajahnya yang penuh keringat dan noda cat. Jantungnya berdetak tak karuan. "Apa yang barusan terjadi...?" pikirnya. Pandangannya mengarah ke tangannya sendiri. Kulitnya berkilau aneh, seperti dilapisi lapisan tipis cat mengilap yang menyatu dengan pori-porinya.

Lampu utama bengkel berkedip, menciptakan bayangan panjang di dinding. Beberapa rekan kerjanya terdengar berteriak dari ruangan lain, namun Ajie tidak menjawab. Dia masih diam di tempat, mencerna semuanya. Di depan matanya, tabung-tabung cat radioaktif eksperimental kini hancur berkeping-keping. Warna-warna menyala masih meluap dari lantai, seolah punya nyawa sendiri.

"Gila... ini bukan cat biasa... Ini hidup," gumamnya lirih.

Tangannya bergetar saat mencoba berdiri. Tapi bukan rasa sakit yang ia rasakan—justru hangat. Energi. Sesuatu yang aneh berdenyut di dalam dirinya. Seakan-akan tubuhnya sekarang menjadi reservoir dari semua warna yang tumpah tadi.

Ajie melangkah perlahan, menjejakkan kaki di genangan warna. Cat di lantai menyebar seperti kabut ringan ke tubuhnya, menyatu tanpa bekas. Nafasnya terhenti sesaat. Ada sesuatu yang sangat salah… atau sangat luar biasa.

“Ajie! Lo nggak apa-apa?!”

Suara Ferry, kepala tim body paint, terdengar panik. Ia mendekat cepat, terhuyung karena lantai licin.

Ajie hanya mengangguk pelan. “Gue… gue nggak tahu,” jawabnya, suara parau.

Ferry menariknya menjauh dari lokasi ledakan. "Astagfirullah… Ini bukan kecelakaan biasa. Lo liat catnya? Nyala semua, Ji. Lo tadi kena langsung?!"

Ajie tak menjawab. Matanya menatap lantai yang perlahan kehilangan warnanya—seolah semua energi telah diserap tubuhnya.

“Gue harus ke klinik…” ucap Ferry, sambil menyalakan HT. “Panggil ambulans. Ajie kena paparan langsung.”

Tapi Ajie menarik lengan Ferry. “Jangan. Jangan bawa siapa-siapa ke sini dulu. Ini bukan cuma zat kimia biasa. Ini… bisa bahaya kalau kena orang lain.”

Ferry terdiam. Menatap Ajie dengan bingung. "Lo kenapa ngomong kayak gitu, Ji? Emangnya lo siapa sekarang?"

Ajie pun tak tahu. Tapi di dalam hatinya, sesuatu telah berubah. Suasana bengkel kini sunyi. Listrik padam. Hanya cahaya darurat berkelap-kelip merah yang menyinari ruang cat yang porak poranda. Di tengah kehancuran itu, Rahmad Ajie berdiri, tubuhnya berpendar samar, seperti kanvas hidup yang baru saja dilukis ulang oleh takdir.

 

Ajie akhirnya kembali ke ruang ganti, menatap pantulan dirinya di cermin kecil yang terpasang di locker. Bajunya compang-camping, kulitnya tak terlihat luka, tapi bersinar aneh dalam gelap. Ia menyentuh dada, lalu membuka jaketnya perlahan. Di bawah kulitnya, urat-urat kecil berwarna-warni tampak berdenyut.

“Gue… kenapa jadi kayak gini?” gumamnya pelan.

Lalu pikirannya melayang ke masa kecil. Ayahnya yang selalu memaksanya jadi 'orang normal'. “Gak usah aneh-aneh, Ji. Hidup tuh gak tentang warna. Tentang kerja keras.”

Ajie mengepalkan tangan. "Sekarang gue penuh warna, Yah. Tapi bukan warna yang lo mau."

Di luar, suara sirene ambulans mulai terdengar mendekat. Tapi Ajie tahu, ini bukan akhir dari kejadian hari ini.

1
lalakon hirup
suka di saat tokoh utama nya banyak tingkah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!