Hidup bagaikan sebuah misteri. kata bahagia apakah ada dalam hidup aku? aku menanti kebahagian itu akan hadir, namun bisakah aku mendapatkannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rii_ ch, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1.
Clarisa menghela napas dan sambil memikirkan kenapa dia harus hidup di keluarga ini.
"Kenapa takdir begitu tidak adil bagiku," ujar Clarisa.
Setiap harinya terasa akan berat dijalani, hidup dengan serba kekurangan dan harus saling berbagi,
dan harus membantu ayah dan ibu di pasar.
Seharusnya di usiaku sekarang aku fokus belajar dan menikmati masa remajaku, tetapi itu bukan berlaku bagi masa remeja ku.
Bukannya aku tidak bersyukur, namun aku hanya ingin mengharapkan kehidupan yang lebih baik dari sekarang. Apakah aku terlalu egois?
Ketika clarisa termenung, teriakan seorang ibu memanggilnya.
"Nak apakah kamu sudah selesai memasak?" ujar Ibu.
"Aku sudah menyiapkan sarapannya bu," ujar Clarisa sambil menghampiri Ibu Tere".
"Segera bangunkan adik-adik mu dan suruh mereka mandi setelah itu sarapan. Dan kamu juga segera beres-beres ini sudah waktunya berangkat ke sekolah. Ibu sebentar lagi akan berangkat ke pasar, ingat ya clarisa setelah jam pulang sekolah ingat kamu datang ke pasar untuk membantu ibu dan ayah, " ujar Ibu.
Clarisa mengangukkan kepalanya dengan senyum yang terpaksa.
Setelah itu ayah dan ibu pergi kepasar dengan membawa segala keperluannya.
"Dek kalian apakah sudah selesai beres-beresnya? Ayo sarapan sebelum berangkat kesekolah," teriak Clarisa.
Clarisa sudah memakai seragam Sma membawa tas ditangannya dan meletakkan tasnya dikursi kosong.
Suara pintu kamar terdengar terbuka, keluarlah Samanta dengan seragam Smp langsung duduk dikursi meja makan.
Lalu Revano adik bungsunya keluar juga menggunakan seragam Sd dan mengambil posisi duduk dikursi.
Clarisa memberikan masing-masing piring yang sudah terisi makanan dan segelas air putih.
Mereka bertiga diam tanpa ada yang bersuara sambil menikmati sarapan.
Setelah selesai sarapan, mereka bertiga keluar dari dalam rumah dan berangkat kesekolah.
Jarak rumah kesekolah lumayan jauh, itu pun mereka harus jalan kaki.
Kebetulan sekolah mereka searah semua, jadinya mereka selalu berangkat kesekolah bersama-sama.
Tanpa terasa setelah sudah beberapa menit berjalan clarisa tiba di sekolahnya. Dan berpisah dengan adik -adiknya yang melanjutkan berjalan menuju sekolah masing-masing.
Sebenarnya lokasi sekolah mereka tidak terlalu jauh hanya jarak 100 meter dari sekolah clarisa.
Clarisa menuju tempat duduknya dan menyapa teman-teman dikelasnya. Clarisa termasuk siswi yang pintar, ramah dan baik.
"Selamat pagi Clarisa," ucap Sandra dengan suara cemprengnya.
"Selamat pagi, apakah kamu sudah mengerjakan tugas?" tanya Clarisa sambil meletakkan tasnya.
"Aku menunggu mu Clarisa, seperti biasa aku akan menyalin punya mu," ucap Sandra.
"Kamu ini ya bukannya dikerjakan sendiri, aku tau kamu bisa mengerjakannya Sandra," ucap Clarisa.
"Memang bisa tapi aku malas berpikir dan menggunakan kepintaran ku ini. Nantinya kamu tidak bisa juara 1 lagi jika aku menggunakan kepintaranku," ujar Sandra sambil tertawa kecil.
Clarisa hanya menggelengkan kepala dengan jawaban temannya itu.
Bel sekolah pun berbunyi pertanda jam pelajaran akan segera dimulai. Para murid pun duduk dibangku masing-masing dan mengeluarkan keperluan belajarnya.
"Selamat pagi anak-anak," sapa Guru.
"Apakah ada tugas? Tolong dipersiapkan tugasnya dan mari kita bahas sampai selesai.Apakah semua mengerjakan tugasnya? Jika ada yang belum mengerjakan, silahkan berdiri di depan," ucap Guru.
Namun tidak ada yang berdiri berarti semua mengerjakannya. Siapa yang berani tidak mengerjakannya, guru di depan mereka ini salah satu guru kiler disekolahnya.
Waktu berlalu dan bel pun berbunyi pertanda jam pelajaran berganti.
"Baiklah anak-anak sampe disini jam pelajarannya, sampai ketemu di hari berikutnya dan kita akan mengadakan kuis. Diharapkan kalian semua belajar dengan baik," ujar guru.
"Baik Pak," jawab para murid-murid.
"Clarisa setelah jam pulang ayo kita main, sudah lama kita tidak main," ujar Sandra.
"Aku tidak bisa sandra, aku harus membantu ayah dan ibu berjualan," ujar Clarisa.
"Kamu mah nggak asik, kita udah jarang bermain kamu selalu alasan tidak bisa. Kita harus menikmati masa remeja ini," ujar Sandra.
Clarisa ingin mengatakan bukannya tidak mau bermain, tetapi keadaan ekonomi keluarga mereka yang tidak memungkinkan. Tapi Clarisa tidak menyuarakan itu ke sandra.
Dengan diamnya clarisa, sandra merasa bersalah kenapa dia harus mengeluarkan kata-kata itu.
"Maaf Clarisa, bukan seperti itu maksud ku," ucap Sandra.
"Nggak apa-apa Sandra " ujar Clarisa.
Jam istirahat pun tiba,
"Ayo kita ke kantin aku traktir hari ini, uang jajanku dilebihkan oleh ibuku," ujar Sandra sambil menggandeng lengan clarisa menuju kantin.
Segerombolan anak laki-laki berlari menuju ke arah kantin. Salah satu dari mereka menyenggol lengan Clarisa dan hampir terjatuh.
Clarisa pikir dia akan jatuh namun tangan seseorang menarik lengannya, lalu Clarisa menoleh ke belakang tatapan mata mereka bertemu.
"Terima kasih," ucap Clarisa.
"Makanya kalau jalan pakai mata, jangan asik ngobrol di jalan," ucap lelaki.
Clarisa mengernyitkan sebelah mata, yang salahkan temannya kenapa dia menyalahkanku.
Setelah Sandra sadar dari terkejutnya dia menghampiri clarisa, jangan ditanggepin dia clarisa, dasar cowok aneh, yang salah siapa yang disalahkan siapa.
Clarisa menghembuskan napas, pengen rasanya marah tapi ya sudah lah.
Lelaki itu adalah jayden, orang yang jarang ngomong tapi sekalinya ngomong nyelikit. Tidak memikirkan perasaan orang.
Hanya teman segengnya yang bisa menerima dia, walaupun kadang teman-temannya juga mendapatkan perlakuan begitu. Teman jayden yang lainnya juga termasuk orang-orang kepribadian aneh. tapi dengan perbedaan itu mereka tetap bersama-
sama.
Clarisa dan sandra menuju antrian bakso dan es jeruk, antriannya cukup panjang juga. setelah pesanan mereka selesai mereka mencari meja kosong. Ada yang kosong dipojokan.
Clarisa dan sandra mau menaruh bakso dan es jeruk nya diatas meja, namun jayden dan teman-temannya sudah terlebih dahulu duduk dan menaruh makanan dan minuman.
Clarisa menegur jayden beserta temannya bahwa pertama menemukan tempat itu adalah mereka.
Ziko menjawab ini adalah meja yang biasa kita pakai, jadi meja ini adalah tempat kami.
"Tidak bisa begitu ini milik sekolah jadi siapa pun bisa menggunakannya jika kosong," ujar Clarisa dengan emosi tertahan.
"Iya clarisa benar, apa hak kalian mengatakan itu?" ujar Sandra.
Ares berkata, "kamu lupa siapa pemilik sekolah ini."
Clarisa pengen mengeluarkan kata-kata, tapi Sandra membisikan sesuatu ketelinga clarisa bahwa ini milik sekolah orang tua jayden.
Jayden hanya tersenyum tapi senyumnya seolah-olah mengatakan kamu sudah tau. Jayden dan teman-temannya melanjutkan makan dan mengobrol. Diam-diam jayden melihat kearah clarisa sambil nimbrung dengan obrolan teman-temannya.
"Siapa yang kamu lihat?" tanya Ziko sambil menyenggol lengan jayden.
"Aku tidak melihat siapa-siapa," jawab Jayden lalu melanjutkan makanannya.
Ziko hanya menggangguk, namun ares juga memperhatikan kalau jayden melihat kearah clarisa. Tapi ares hanya diam saja, tidak mengatakan ke temannya yang lainnya. Mungkin hanya perasaannya saja kali kalau jayden melihat kearah clarisa.