NovelToon NovelToon
Misteri Desa Lagan

Misteri Desa Lagan

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Hantu / Tumbal
Popularitas:560
Nilai: 5
Nama Author: rozh

Saddam dan teman-temannya pergi ke desa Lagan untuk praktek lapangan demi tugas sekolah. Namun, mereka segera menyadari bahwa desa itu dihantui oleh kekuatan gaib yang aneh dan menakutkan. Mereka harus mencari cara untuk menghadapi kekuatan gaib dan keluar dari desa itu dengan selamat. Apakah mereka dapat menemukan jalan keluar yang aman atau terjebak dalam desa itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9. Penyelidikan

Sadam, Viko, Diro, dan Agung memutuskan untuk memulai penyelidikan mereka tentang teror di desa sambil belajar dan bekerja di proyek dengan hati-hati, bersama Pak Johan dan timnya.

Mereka mulai dengan berbicara dan bertanya dengan orang-orang yang telah melihat penampakan hantu dan mendengar suara-suara aneh.

Mengunjungi rumah seorang wanita tua yang telah melihat penampakan hantu di malam hari di waktu senggang waktu PL. Wanita tua itu terlihat khawatir dan takut ketika mereka tiba.

"Apa yang nenek lihat saat itu?" tanya Viko dengan lembut.

Wanita tua itu menggelengkan kepala. Cemas. "Saya melihat seorang gadis muda dengan rambut panjang dan mata yang kosong. Dia berjalan di depan rumah saya dan tidak berbicara apa-apa."

Diro dan Agung saling menatap satu sama lain dengan khawatir. Mereka tidak percaya bahwa penampakan hantu itu begitu nyata. Bukan mereka saja yang merasa seram di rumah Nek Raisyah, tetapi di sekitar desa ini juga. Sementara Saddam tampak diam, berpikir.

"Kita harus mencari tahu siapa gadis muda itu," kata Diro. "Mungkin ada hubungan antara dia dan teror di desa ini."

Agung mengangguk setuju. "Ya, kita harus mencari tahu. Kita tidak bisa hanya diam dan menunggu teror ini terus berlanjut. Ini mengganggu dan menyeramkan, jika tidak, lebih baik kita pulang lebih awal dan bercerita pada Bu Anisa."

"Gung, kita sudah sepakat untuk bertahan di sini 'kan! Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja," ucap Viko menenangkan. Ya, Agung dan Diro pernah merasakan kejanggalan sebelum desa ini diteror.

Mereka kemudian mengunjungi rumah seorang pria yang telah mendengar suara-suara aneh di malam hari. Pria itu menceritakan bahwa dia telah mendengar suara-suara yang tidak biasa, seperti suara orang yang menangis dan berteriak.

"Suara itu sangat keras dan menakutkan," kata pria itu. "Saya tidak bisa tidur karena suara itu. Ini– seperti kejadian beberapa tahun lalu, sudah lama desa ini aman dan tentram, kini .... ” Bapak itu menghentikan ucapannya, lalu melamun.

Bukan hanya itu, ditempat uni penjual lontong, hampir setiap pagi, saat mereka sarapan, mereka akan bertanya banyak hal, bahkan terkadang ada saja ibu atau bapak yang menceritakan sesuatu hal baru saat di kedai lontong itu.

Di tempat mereka PL juga, beberapa pekerja juga banyak bercerita dan menasehati mereka, terutama Bang Irul dan Pak Johan.

Viko mencatat semua informasi yang mereka dapatkan dari penduduk desa. Mereka berharap bahwa dengan informasi ini, mereka dapat menemukan jawaban tentang teror di desa ini.

Sadam, Viko, Diro, dan Agung memutuskan untuk mengunjungi rumah ibu kepala jorong, seorang wanita tua yang dikenal sebagai penjaga tradisi dan cerita desa. Mereka berharap bahwa Nenek itu dapat memberikan mereka informasi tentang teror di desa ini, karena dari isu, beliau adalah tetua yang sangat disegani dan banyak tau tentang hal.

Apalagi nenek ini dekat dengan Nek Raisyah, yang sering digosipkan beberapa warga yang tidak suka padanya, ditambah kabarnya anak Pak Jorong meninggal karena teror putri sulung Nek Raisyah beberapa tahun lalu.

Ketika mereka tiba di rumah Nenek, mereka disambut dengan hangat oleh wanita tua itu. Beliau meminta mereka untuk duduk dan mendengarkan cerita yang akan dia ceritakan.

"Desa ini memiliki sejarah yang panjang dan beberapa hal," kata Nenek itu dengan suara yang lembut. "Yang mana yang ingin kalian ketahui dulu, tentang adat istiadat? Tentang Tambo? Tentang silsilah? Atau tentang cerita rakyat?"

"Jika boleh dan nenek tidak sibuk, kami ingin mengetahui dan mendengar semuanya Nek, agar kami tidak melakukan kesalahan dalam bersikap dan bertindak," jawab Saddam tegas.

"Ah, begitu. Baiklah. Kalian pasti tahu 'kan adat kita? Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, yang arti secara sederhananya, menjelaskan bahwa adat, aturan dan tradisi dalam masyarakat Minangkabau harus sejalan dengan syariat Islam, dan syariat Islam itu sendiri berlandaskan pada Al-Qur'an dan Sunnah (Kitabullah)."

"Iya, itu kami semua tahu Nek," jawab Diro, dan yang lain pun mengangguk.

"Baguslah jika kalian paham tentang ini, jika berbicara gunakan bahaso nan ampek," lanjut Nenek.

"Apa itu kata yang empat, Nek?" tanya Agung. Viko mencolek Agung, jika itu juga dia ketahui, namun Agung menepis tangannya dengan wajah serius menunggu Nenek menjelaskan.

“Satu, kato Mandaki, cara bertutur kata kepada orang yang lebih tua atau dihormati, seperti orang tua, guru, atau tokoh adat. Dua, kato Manurun, cara bertutur kata kepada orang yang lebih muda, seperti orang tua kepada anak, guru kepada murid, atau kakak kepada adik. Tiga, kato Mandata, cara bertutur kata kepada teman sebaya atau orang yang sederajat. Empat, Kato Malereang, cara bertutur kata kepada orang yang dihormati, seperti mertua, tokoh agama, atau tokoh adat, seringkali menggunakan peribahasa atau kiasan untuk menjaga kesantunan," jelas Nenek.

Agung dan yang lainnya mengangguk. Kemudian, Nenek kembali melanjutkan cerita, sampai membahas Tambo, silsilah di di desa ini, menunjukkan beberapa peninggalan dan foto usang dari tahun-tahun sebelumnya.

Ada beberapa suku di desa ini, namun ada dua suku berkuasa di desa ini, salah satunya suku Nek Raisyah dan sukunya. Ya, di desa ini, garis keturunan di bawa oleh perempuan, jadi beliau dan Nek Raisyah adalah dua wanita Bundo kanduang yang disebut pariuak timbago. Orang tua paling tua yang dihormati disukunya dan suaranya sangat berarti dalam pemutusan musyawarah penting.

Mereka berempat mengangguk paham, setiap daerah pasti berbeda cara, salah satunya di desa ini.

Setelah bercerita tentang silsilah dan lainnya, Saddam mulai bertanya tentang cerita rakyat. "Nek, kami dengar dari ibu dan bapak sekitar sini, kami dilarang makan sembarangan dan jangan berkeliaran di simpang tiga itu, kenapa bisa begitu, ya?"

Nenek tampak berdehem sejenak, lalu minum. "Kalian minumlah dulu juga, ceritanya cukup panjang, kalian butuh tenaga dan energi untuk mendengarkan, hehehe." Nenek tertawa ringan di ujung kalimat.

"Perihal jangan makan sembarangan, itu disarankan untuk kalian yang baru datang, jangan makan di tempat suku itu, karena dulu nenek moyang mereka memiliki ilmu hitam ingin cepat kaya dan bersumpah akan setia sampai seluruh cucu keturunannya, hingga mereka akan mengorbankan atau mengembahkan sesembahan seperti hati hewan atau hati manusia."

"Hati manusia?" Mata Agung dan Diro terbelalak, ngeri.

"Di bunuh?" Viko penasaran. "Maksudnya ... sebelumnya, ada kasus pembunuhan dan hati manusia itu di korbankan kah Nek?" ulang Viko bertanya memastikan.

"Bukan, bukan begitu. Dulu, sebelum desa ini berkembang dan lebih maju, warga percaya hal fanatik dan tahayul terlalu berlebihan, menyembah berhala, memberi sesajen, dan mempercayai hal-hal diluar nalar. Banyak dukun dan orang pintar yang menyimpang dari syariat."

"Bukankah—" Viko menggantungkan kalimatnya, karena merasa sangatlah aneh, menurut info yang mereka ketahui, warganya lebih banyak alim, banyak ustad, ulama, Datuak, tokoh besar, dan cerdik pandai juga.

"Ya begitulah keadaannya, bahkan mereka meneteskan darah di piring tengah malam, lalu meletakkan di teras rumah, agar mendapatkan mimpi untuk mendapatkan harta karun yang tertimbun di suatu tempat."

Agung dan Diro melongo. "Apakah sekuno itu pikiran mereka?" ucap Agung keceplosan, lalu segera menutup mulutnya.

"Dulu, ada banyak hal aneh, dan salah satunya, nenek moyang suku itu bersumpah pada iblis, dirinya dan seluruh keturunannya akan mengabdi dengan imbalan kekayaan."

"Jadi, mereka menumbalkan tetangga mereka dengan cara apa Nek?" Saddam bertanya.

"Jika memakan masakan mereka, maka racun gaib itu telah menggerogoti tubuh orang yang mencicipi hidangan mereka, dan lain-lainnya," jelas Nenek.

Diro yang sedang mengigit biskuit kelapa dari piring yang dihidangkan nenek, langsung terhenti.

"Hahaha, kalau di rumah nenek aman, tidak apa-apa. Nenek dan seluruh keturunan nenek sejak dulu kala, tidak pernah memiliki janji aneh  apalagi menganut ilmu hitam, jadi kalian akan tetap sehat makan apapun di sini jika tidak alergi."

Sadam, Viko, Diro, dan Agung saling menatap satu sama lain dengan khawatir. Mereka tidak menyangka dengan cerita yang barusan mereka dengar.

"Apakah ... Legenda racun gaib itu terkait dengan teror di desa ini, Nek?" Viko bertanya dengan penasaran.

Nenek itu menghela nafas. "Entahlah, sudah lama desa ini damai, kini menjadi janggal kembali. Entah karena pemuda pemudi kembali melupakan masjid, lalai dalam beribadah, dan sibuk di dunia fana, atau hanya ketakutan warga semata."

Sadam, Viko, Diro, dan Agung, mereka harus mencari tahu lebih lanjut tentang legenda racun gaib dan simpang tiga itu, dan bagaimana cara menghentikan teror di desa ini. Apakah mungkin hantu bisa mengganggu manusia ataukah janji nenek moyang bisa bertahan sampai pada cicitnya yang tidak tahu apa-apa?

1
Ubii
Sebenarnya gadis di foto itu siapa ya? kok muncul terus/Speechless/
Ubii
rarww /Skull/
Ubii
merinding, gak bisa bayangin /Sweat/
Ubii
keren ceritanya, dari sekian banyak yang aku baca, ini sangat menarik /Angry/ aku tunggu kelanjutannya ya!
Rozh: Oke, terimakasih, semoga suka dan terhibur sampai cerita ini tamat 🌹
total 1 replies
Ubii
lagi tegang-tegangnya malah di bikin ngakak/Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!