NovelToon NovelToon
Kultivator Koplak

Kultivator Koplak

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Sistem / Tokyo Revengers / One Piece / BLEACH / Jujutsu Kaisen
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: yellow street elite

seorang pemuda yang di paksa masuk ke dalam dunia lain. Di paksa untuk bertahan hidup berkultivasi dengan cara yang aneh.
cerita ini akan di isi dengan kekonyolan dan hal-hal yang tidak masuk akal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yellow street elite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Suara dentuman logam bertalu-talu menggema dari dalam bengkel, berpadu dengan desiran angin lembah yang terus berhembus. Di atas landasan besi, Rynz sedang memalu bilah baja berwarna kebiruan yang mengeluarkan percikan cahaya setiap kali terkena palunya.

Bahan dari Ikan Baja Sirip Angin tak mudah ditempa. Tapi kali ini, dengan bantuan rumput spiritual dan kendali panas yang jauh lebih baik, Rynz perlahan berhasil membentuknya menjadi sepasang pedang ganda bergerigi, berujung tebal namun melengkung tajam seperti rahang monster air.

Setelah beberapa jam tanpa henti, akhirnya pedang itu jadi. Ia mengangkatnya perlahan, lalu menyapunya dengan lap kain khusus hingga kilau logamnya memantulkan api dari tungku. Di ujung gerigi-geriginya, aura samar berbentuk sisik biru seperti ilusi air mulai menyelimuti.

Tak lama setelah itu, Rynz meletakkan sepotong bulu Elang Angin Timur ke atas busur yang sudah ia bentuk dari gabungan kayu roh dan tulang elang. Saat busur itu selesai, lekukannya melengkung elegan, ringan, dan tampak hidup.

Ia menyerahkannya langsung kepada Miya. Gadis itu menerima busurnya dengan penuh rasa kagum. Saat ia menarik anak panahnya dan mengarahkan ke langit, seberkas cahaya perak menyambar mengikuti arah bidikannya.

Begitu anak panah itu lepas, seolah-olah muncul siluet elang perak, berkelebat bersama proyektil itu menuju sasaran. Bahkan sebelum suara siulan angin mereda, suara ledakan kecil terdengar dari titik bentur.

Rynz tersenyum kecil. "Itu... roh spiritual dari Elang Angin. Busurnya sudah sinkron denganmu."

Miya menatap busur itu dengan mata berbinar. "Ini... luar biasa."

Namun kebahagiaan itu tidak bertahan lama.

"Hey!" seru Chen Mo sambil mengangkat sepasang pedang miliknya. "Apa-apaan ini bentuknya?! Kau yakin ini pedang? Ini... lebih mirip rahang ikan hiu daripada senjata!"

Rynz menatapnya santai, lalu bersandar ke dinding.

“Itu pedang ganda bergerigi. Ujungnya memang tidak simetris karena setiap sisi punya fungsi. Yang kiri untuk menebas. Yang kanan untuk mengunci dan menahan serangan balik.”

Chen Mo memutar salah satu pedang dan memperhatikannya. "Tapi... tidak ada pedang yang seperti ini di sekte manapun."

"Justru karena itu kau harus mencobanya," sahut Rynz ringan. "Cobalah serang boneka latihan besi itu."

Chen Mo mencibir, namun akhirnya menuruti. Ia menebaskan pedangnya ke arah salah satu target latihan. Begitu gerigi itu menghantam, suara “KRRKK!” terdengar, dan sisi besi target langsung terbelah—bukan hanya terpotong, tapi terkoyak seperti kulit tipis.

Zhou Lan yang menonton dari kejauhan mendecak kagum. “Senjata itu mencabik, bukan menebas. Ini lebih cocok untuk medan perang jarak dekat.”

Chen Mo masih menatap pedang di tangannya dengan sorot ragu. Meskipun tebasan tadi membuatnya sedikit terkesima, ia tetap merasa ada yang kurang.

"Aku masih belum puas," ujarnya sambil mengerutkan kening. "Pedang biasa juga bisa memotong besi, asal tajam dan digunakan oleh orang yang cukup kuat. Apa bedanya ini?"

Zhou Lan mengangkat bahu, tetapi Rynz tidak menjawab. Ia hanya duduk kembali ke kursinya dan menatap Chen Mo seperti menantang.

Dengan napas berat, Chen Mo melangkah ke depan. Ia memanggil salah satu boneka pelatihan tipe baja berat yang biasa digunakan oleh murid-murid Lembah Angin untuk melatih pukulan bertahan. Boneka itu dilapisi oleh dua lapis pelindung—bagian luar dari besi tuang, dan bagian dalam dari paduan spiritual lunak yang menyerap energi.

Chen Mo menggenggam erat kedua pedangnya. “Kalau ini bisa kutebas, barulah aku percaya senjata ini memang berbeda.”

Ia menarik napas, mengayun satu pedang dengan cepat ke arah bahu boneka.

Tebasan pertama — “CLANGG!!” — hanya membuat goresan dangkal. Pedang terpental sedikit, membuat Chen Mo mengerutkan dahi.

Namun ia tak berhenti. Ia berputar, menggunakan pedang satunya, yang bagian geriginya lebih dalam, lalu menghantam sisi pinggang boneka.

“KRAAKK!!”

Bukan hanya retakan yang terdengar kali ini—gerigi pedang itu menyantap baja lapis dua seperti gigitan binatang buas. Bagian yang terhantam hancur tak beraturan, dan saat Chen Mo menarik kembali pedangnya, sebagian logam menempel pada geriginya seperti daging robek.

Zhou Lan melangkah maju, matanya menyipit. “Kau lihat itu? Pedang ini bukan hanya memotong, tapi juga merobek struktur dari dalam. Bahkan pelindung energi spiritualnya tak aktif sepenuhnya.”

Miya menambahkan, “Seolah ada semacam... getaran di dalam logamnya saat ditebas.”

Chen Mo menatap kedua pedang itu dengan mata yang lebih serius. Kini ia bisa merasakannya—semacam arus kecil, seperti aliran air yang bergerak pelan di antara gigi-gigi logam.

Rynz akhirnya angkat bicara. “Itu bukan pedang biasa. Aku mencampur bubuk tulang Ikan Baja ke dalam aloi logamnya. Dan saat kau ayunkan dengan ritme tertentu, gerigi itu menghasilkan frekuensi yang bisa meretakkan struktur logam yang padat, bahkan yang diperkuat oleh energi spiritual. Tapi kau harus menguasai alirannya.”

Chen Mo menatap pedangnya dalam diam.

“…Aku akan melatihnya,” katanya akhirnya. “Sampai pedang ini jadi perpanjangan dari tubuhku.”

Rynz mengangguk pelan.

Namun saat mereka kembali ke aktivitas masing-masing, dua pasang mata dari celah bebatuan jauh di seberang lembah mengawasi dengan diam.

Bayangan penyusup dari Klan Huang…

Mereka telah melihat cukup.

Di sebuah ruang pertemuan berselimut dupa dan tirai merah keemasan milik Klan Huang, dua orang berpakaian kelabu berlutut dengan kepala tertunduk. Mereka adalah Bayangan Merah—mata-mata terlatih yang ditugaskan untuk menyelidiki Lembah Angin secara diam-diam.

Di hadapan mereka, Tetua Huang Tai duduk dengan tenang, didampingi oleh Putri Huang Yue yang mengenakan jubah biru lembut. Sorot matanya tajam, tapi penuh rasa ingin tahu.

“Kami sudah kembali, Tetua,” ucap salah satu dari mereka. “Kami menghabiskan beberapa hari di sekitar wilayah lembah, mengamati aktivitas sekte itu dari jarak aman.”

“Dan hasilnya?” tanya Huang Tai tanpa basa-basi.

“Lembah Angin... hanyalah sekte kecil biasa. Bangunannya sederhana, jumlah muridnya tak lebih dari sepuluh, dan sebagian besar dari mereka hanyalah petani atau warga desa biasa yang tidak memiliki akar spiritual tinggi. Tidak ada tanda-tanda kekuatan besar, tidak ada pengaruh politik atau hubungan dengan klan-klan besar.”

Orang kedua menambahkan, “Pemimpinnya seorang pria paruh baya bernama Lu Ban. Sepertinya dulunya adalah pandai besi keliling yang memilih hidup damai di sana. Ia memang memiliki sedikit kekuatan, tetapi bukan tipe ambisius.”

Putri Huang Yue masih memperhatikan dengan cermat. “Dan... bagaimana dengan pria itu? Sosok yang menyelamatkanku, yang menyebut dirinya Angin Hitam?”

Salah satu mata-mata menggeleng.

“Kami tidak menemukan siapa pun dengan julukan itu. Ada seorang pemuda yang tampaknya seorang pandai besi, namun dia tampak seperti murid biasa. Tidak menunjukkan kekuatan mencolok ataupun teknik khusus. Bahkan, kami tidak melihatnya berkultivasi secara terbuka.”

“Jadi…” gumam Huang Tai sambil mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja, “...mereka bukan ancaman.”

“Tidak, Tetua. Kami yakin. Jika mereka memang memiliki kekuatan, mereka menyembunyikannya dengan sangat dalam, tapi tidak ada aktivitas yang mencurigakan. Bahkan penduduk desa sekitar hanya mengenal mereka sebagai tempat berkumpul anak-anak muda yang tak diterima di sekte besar.”

Putri Huang Yue diam sejenak, menunduk.

Namun entah kenapa, ada sesuatu dalam dirinya yang tak bisa percaya sepenuhnya. Sosok misterius yang muncul di tengah hujan badai, palu raksasa yang melayang seperti bayangan, dan suara itu…

Dia masih mengingatnya.

“Bolehkan aku... menyelidiki langsung?” ucapnya tiba-tiba.

Huang Tai menoleh padanya. “Kau ingin turun langsung ke lembah itu?”

“Aku bisa menyamar sebagai murid biasa,” jawabnya mantap. “Mungkin mereka tak akan curiga. Aku hanya ingin memastikan... bahwa mata-mata kita tidak melewatkan sesuatu.”

Hening sejenak memenuhi ruangan. Lalu...

“…Baik. Tapi kau tidak boleh memakai nama keluarga Huang. Dan dua pengawal bayangan akan tetap mengawasi dari luar.”

Putri Huang Yue menunduk dalam.

“Terima kasih, Kakek.”

Asap hitam dan uap logam memenuhi bengkel itu, bercampur dengan suara logam panas yang ditempa tanpa henti. Rynz berdiri di tengah ruangan yang penuh dengan senjata—pedang, tombak, belati, bahkan panah dan perisai. Setiap permukaan kayu di bengkel itu nyaris tertutup hasil karyanya. Sebagian dari senjata itu masih mentah, sebagian sudah diikat rapi, siap dijual.

Tangannya hitam oleh jelaga, otot-otot lengan kirinya menegang oleh tekanan, namun matanya tetap tajam, tidak kehilangan fokus sedikit pun.

Meskipun sebagian besar senjata itu hanya masuk kategori tingkat rendah, cocok untuk para petualang atau penjaga kota, ada pula beberapa yang memancarkan aura kuat—sebuah tanda bahwa senjata itu telah mencapai kelas tinggi, dan mampu menyimpan kekuatan spiritual.

Setelah menempa ratusan senjata, saat ia memukul potongan logam terakhir—sebuah pedang pendek untuk murid muda sekte—sebuah perubahan tiba-tiba terjadi.

Energi hitam dari dalam tubuhnya meledak keluar sejenak, membentuk pusaran di udara, lalu menyerap ke dalam palu miliknya.

“THRANGG!!”

Palu itu bergetar, memantulkan cahaya gelap berpendar keemasan. Rynz mundur setengah langkah, menatapnya dengan dahi berkerut.

Palu spiritual yang selama ini ia genggam... berubah bentuk.

Satu sisinya kini melengkung tajam seperti sebilah sabit, dengan tepi bergerigi yang tampak menyerap cahaya di sekitarnya. Sementara sisi lainnya tetap berbentuk palu tumpul, namun kini permukaannya lebih lebar, dilapisi ukiran rumit yang menyala samar.

Dia mengangkatnya perlahan, mencoba merasakan keseimbangannya. Tapi bahkan dirinya pun tak bisa mengartikan sepenuhnya perubahan itu.

“…Apa ini?” gumamnya.

Rynz mencoba mengayunkannya pelan ke depan. Angin yang tercipta tidak seperti sebelumnya. Kali ini ada dua aliran berbeda—satu tajam dan dingin, satu berat dan menghantam.

“Kenapa satu sisi jadi sabit? Bukankah aku pandai besi…” gumamnya lagi, kini bingung sendiri.

Palu itu tampak seperti perpaduan dua jenis senjata, dan kekuatan spiritual di dalamnya juga terasa terbelah—seperti dua roh berbeda tinggal dalam satu tubuh senjata.

Namun sebelum ia terlalu larut dalam analisis, terdengar suara pintu bengkel diketuk perlahan.

“Rynz, makanan sudah siap,” ujar suara Zhou Lan dari luar. “Kalau kau tidak makan sekarang, mungkin nanti kau pingsan di atas palumu sendiri.”

Rynz menghela napas, menurunkan palunya ke atas meja batu, lalu menatapnya sekali lagi sebelum berjalan keluar.

“…Sabit dan palu, ya?” gumamnya pelan. “Apa ini simbol... kehancuran dan penciptaan?”

1
yayat
tambah kuat lg
yayat
mulai pembantaian ni kayanya
yayat
ok ni latihn dari nol belajar mengenl kekuatan diri dulu lanjut thor
yayat
sejauh ini alurnya ok tp mc nya lambat pertumbuhnnya tp ok lah
‌🇳‌‌🇴‌‌🇻‌‌
sebelum kalian baca novel ini , biar gw kasih tau , ngk ada yang spesial dari cerita ini , tidak ada over power , intinya novel ini cuman gitu gitu aja plus MC bodoh dan naif bukan koplak atau lucu. kek QI MC minus 500 maka dari itu jangan berharap pada novel ini .
Aryanti endah
Luar biasa
Aisyah Suyuti
menarik
Chaidir Palmer1608
ngapa nga dibunuh musih2nya tanggung amat, dah punya api hitam sakti kok masih takut aja nga pantes jadi mc jagoan dah jadi tukang tempa aja nga usah ikut tempur bikin malu
Penyair Kegelapan: kwkwkw,bang kalo jadi MC Over Power dia gak koplak.
total 1 replies
Chaidir Palmer1608
jangan menyalahkan orang lain diri lo sendiri yg main main nga punya pikiran serius anjing
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!