NovelToon NovelToon
Nabil Cahaya Hidupku

Nabil Cahaya Hidupku

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Anak Genius / Anak Yatim Piatu
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Nabil seorang anak berkepala besar
bayu ayahnya menyebutnya anak buto ijo
Sinta ibu bayu menyebuutnya anak pembawa sial
semua jijik pada nabil
kepala besar
tangan kecil
kaki kecil
jalan bungkuk
belum lagi iler suka mengalir di bibirnya
hanya santi yang menyayanginya
suatu ketika nabil kena DBD
bukannya di obati malah di usir dari rumah oleh bayu
saat itulah santi memutsukan untuk meninggalkan bayu
demi nabil
dia bertekad memebesarkan nabil seorang diri
ikuti cerita perjuangn seorang ibu membesarkan anak jenius namun dianggap idiot

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

anak yang dibuang saat sakit

"Bang, ayo bawa Nabil ke rumah sakit," ucap Santi dengan suara gemetar. Air matanya terus mengalir di pipi yang pucat, memeluk tubuh kecil Nabil yang panas dingin.

Bayu duduk di depan televisi, matanya menatap layar tanpa ekspresi. Cuek. Seolah tak ada yang lebih penting dari acara TV-nya.

"Bang, ayo dong... Nabil panas tinggi, badannya menggigil. Mukanya pucat. Aku takut, ini bisa DBD atau tipes," suara Santi makin lirih, nyaris putus asa.

"Brisik banget sih kamu, ganggu aku aja!" bentak Bayu, tanpa menoleh sedikit pun.

Santi merapatkan selimut ke tubuh Nabil. "Dia anak kita, Bang... Tolong..."

Bayu menoleh, kali ini dengan tatapan benci. "Udah kubilang dari dulu, bawa aja anak itu ke panti asuhan. Aku gak mau urus dia. Anak idiot kayak dia, buat apa diselamatin?"

Santi tercekat. Kata "idiot" itu seperti pisau, bagi santi nabil adalah segalanya sakit hati rasanya nabil dihina seperti itu dan yang lebih sakit yang menghina alah bapaknya orang yang seharusnya melndungi nabil

"Brisik banget sih! Ada apa lagi sih?" Sinta, ibu Bayu, keluar dari kamar dengan wajah masam.

"Santi maksa aku untuk membawa anak sialan ini ke rumah sakit, aku ga mau keluar uang untuk mengobati nabil dia itu aib untukku bu" Jawab arman dan tentu saja itu sangat menyakiti santi bagi santi nabil bukanlah aib.

Sinta mengangkat alis, lalu mendengus. "Biarin aja lah, kenapa juga di urus anak cacat kayak gitu, cuma menghabiskan uang saja nanti kalau sudah besar juga ga akan ada gunanya, dia itu tidak akan membawa kebanggan pada keluarga."

Santi memandang mertuanya. "Bu... Ini cucu Ibu juga. Jangan berkata seperti itu, tolong..."

"Brisik--brisik, ganggu istitrahat orang saja" ucap nunik adik bayu

"ini Si santi manusia paling tak berguna ini minta uang ke bayu buat berobat nabi" jawab sinta kesal

"Ga usah didengrin bang bayu, dia itu anak cacat ngapain juga di urus, dia hanya akan membawa bencana pada keluarga kita" ucap Nunik

"Stop! Kalau kalian tidak mau nolong, gak apa-apa. Tapi tolong... jangan hina anak saya!" Teriak santi batas kesabaranya sudah di ujung

"Sudah berani melawan kamu sekarang?" suara Bayu tinggi.

Ia bangkit dari kursi, masuk ke kamar dan mulai melempar keluar baju-baju Santi dan Nabil. dan menginjak-nginjak baju santi dan nabil simbol kalau santi dan nabil sudah tidak lagi berharga di matanya.

Dengan mata menyala, ia berteriak, "PERGI KAU DARI SINI! SEKARANG JUGA!"

santi dengan derai air mata memunguti satu persatu baju dirinya dan nabil dan memasukan kedalam keresek hitam santi berjalan keluar rumah

Langkahnya berat, tapi ia terus melangkah. Tanpa menoleh.

"Jangan pernah kembali lagi, Santi!" teriak Bayu dari balik pintu.

Hujan gerimis turun saat Santi menyusuri jalan desa yang sepi. Tubuhnya menggigil, tapi ia terus melangkah dengan membawa Nabil dalam pelukan. Keringat bercampur hujan membasahi wajahnya.

"Nabil... bertahan, ya, Nak. Ibu di sini..."

"Nanti kita cari pertolongan. Pasti ada jalan..."

"Santi?" Sebuah suara memanggil dari kejauhan.

Santi menoleh. Di bawah lampu jalan yang temaram, terlihat Pak Budi, ketua RT.

"Ada apa kamu malam-malam begini bawa Nabil?"

Santi tak menjawab. Air matanya jatuh begitu saja.

Pak Budi segera mendekat, melihat kondisi Nabil. "Ya Allah... Ini gejala DBD, San! Kamu tunggu sini sebentar. Aku ke kantor desa, kita panggil ambulans."

Santi hanya bisa mengangguk. Kakinya lemas, tapi hatinya masih menggenggam harapan.

Tak lama kemudian, suara sirine ambulans kecil desa terdengar. Dua petugas turun dan langsung membawa Nabil masuk.

"Ayo, San. Kita ke rumah sakit. Kamu juga ikut," kata Pak Budi dengan suara hangat.

Santi duduk di dalam ambulans sambil menggenggam tangan Nabil erat-erat. Ternyata... masih ada orang baik di dunia ini.

Sesampainya di rumah sakit, Nabil langsung dibawa ke ruang IGD. Dokter dan perawat bergerak cepat. Tubuh mungil Nabil dipasangi infus, oksigen, dan selimut hangat.

Pak Budi mengurus semuanya. Berkat bantuannya, Nabil bisa dirawat secara gratis melalui jalur bantuan warga dan desa.

"Untung saja datang tepat waktu, Bu," kata dokter perempuan dengan nada tegas. "Kalau lebih lama sedikit, saya tidak bisa jamin. Anak ibu sudah sangat kritis. Kalau nanti ada gejala seperti ini, langsung ke rumah sakit. Jangan ditunda!"

Santi menunduk. Ia ingin menjawab, ingin menjelaskan bahwa bukan karena tak peduli... Tapi bagaimana mungkin ia bisa membawa Nabil tanpa uang, tanpa dukungan, tanpa siapa-siapa?

Ia hanya seorang ibu rumah tangga. Dianggap pembantu. Dihina. Dibuang.

Tapi hari ini, ia memilih bertahan.

Santi duduk di samping ranjang, menggenggam tangan Nabil yang lemah.

Anak itu berusia lima tahun. Kepalanya lebih besar dari anak-anak lain. Tubuhnya kecil. Kurus. Perutnya agak membuncit, bukan karena kenyang... tapi karena terlalu sering lapar.

Jari-jarinya terus bergerak, seolah sedang menggambar sesuatu yang hanya ia bisa lihat. Pandangannya kosong. Terkadang air liur menetes dari sudut bibirnya. Tapi Santi tetap menyeka dengan cinta.

"Anakku... Bertahan ya... Ibu sayang kamu."

Dan Nabil hanya menatap langit-langit... dengan sepasang mata yang seolah menyimpan dunia yang berbeda.

..

“San, kamu di sini ya. Aku mau ngabarin Bayu, suamimu,” ucap Pak Budi.

“Jangan, Pak... Dia sudah mengusir aku tadi,” balas Santi lirih.

Pak Budi terdiam sesaat. Sorot matanya tajam menahan geram.

“Dasar gila... Anak sakit malah diusir.”

Ia menghela napas, lalu menepuk bahu Santi dengan lembut.

“Ya sudah, tunggu di sini, ya. Aku pulang dulu.”

Sebelum pergi, Pak Budi menyelipkan selembar uang lima puluh ribuan ke telapak tangan Santi.

“Ini buat kamu makan. Kamu harus sehat... supaya bisa jaga Nabil.”

Tak ada jawaban dari Santi. Bibirnya gemetar. Ia hanya menunduk dan menangis pelan.

Dalam hati, ia mencatat nama Pak Budi. Bukan sekadar tetangga. Tapi malaikat pertama yang turun untuk anaknya.

Pak Budi pulang. Ia mengetuk satu per satu pintu warga. Memberi kabar, memohon bantuan. Dan karena semua tahu siapa Pak Budi—orang jujur, suka menolong, dan tak pernah pamrih—dalam waktu singkat, sumbangan pun terkumpul.

Sore menjelang. Di bangsal kelas tiga rumah sakit, Santi masih duduk di sisi ranjang, mengusap peluh dari dahi Nabil yang pucat. Enam ranjang berdempetan, aroma obat menyengat, suara detak monitor bergema di antara sunyi.

Tiba-tiba, pintu terbuka keras.

Bayu datang. Matanya merah. Wajahnya penuh amarah.

“Hei, istri enggak tahu diri! Semua orang di rumah kelaparan, kamu malah enak-enakan di sini!, cepat pulang masak di rumah” aneh sekali si sengklek ini padahal dia sendiri yang mengusir santi dan sekarang memintanya kembali

Serumah bayu ada 3 prempuan semejank ada santi semua jadi pemalas, biasa dimasakan oleh santi, bahkan baju merekapun dicucikan santi, kenapa santi bertahan tentu saja demi nabil, berharap suatu saat bayu dan keluarganya menerima nabil yang memang tidak seperti anak pada umumnya

Santi tak menjawab. Ia hanya menatap kosong.

dalam hari dia bertekad akan membesarkan nabil seorang diri, nabil bukan aib, nabil adalah anugerah baginya, setiap anak pasti ada rezekinya, demi menjaga kewarasan dia tidak akan bersama bayu lagi, seorang ayah yang jijik sama anak sendiri. Baginya sekarang nabil adalah segalanya.

Bayu semakin mendekat.

“Dasar goblok! Diam saja kamu! Kamu tuli, ya?”

Tangannya terangkat, siap memukul.

“Jangan buat keributan di sini!” bentak seorang pria dari ranjang sebelah. “Kamu buta, apa? Istrimu lagi jaga anak yang sedang sakit!”

Bayu melotot.

“Jangan ikut campur! Ini urusan keluargaku!”

Pria itu berdiri. Rambutnya pirang, tubuhnya penuh tato.

“Urusan lo? Anjing! Ini ruang rawat, bukan ring tinju!”

Ia maju dua langkah.

“Kalau mau ribut, ayo keluar. Jangan ganggu istri gue yang lagi istirahat juga!”

Bayu mundur setengah langkah. Tapi lidahnya masih tajam.

“Awas kamu, Santi! Dasar istri durhaka! Kalau kamu nggak pulang malam ini, aku ceraikan kamu!”

Itu jurus andalannya. Biasanya, Santi akan menangis, bersimpuh, dan memohon.

Tapi kali ini berbeda.

Santi berdiri. Matanya berkaca-kaca, tapi sorotnya tajam.

“Ceraikan aku sekarang juga, Bayu Ardiansyah,” ucapnya lantang.

Bayu mengernyit. Ia pikir ini hanya drama Santi di depan umum.

“Kalau itu maumu,” ucap Bayu keras, “Aku, Bayu Ardiansyah, hari ini menceraikan kamu. Kamu bukan istriku lagi!”

Ia menunggu Santi menangis seperti biasa. Tapi yang terjadi justru sebaliknya.

Santi menghadap kiblat. Lalu bersujud di lantai.

“Alhamdulillah, ya Allah,” ucapnya dalam haru, “Aku bebas dari laki-laki kejam ini.”

Tepuk tangan terdengar dari seluruh penjuru ruangan. Penunggu pasien, bahkan beberapa perawat, ikut tersenyum lega.

Pria bertato itu mendekat lagi.

“Hei, bajingan. Sekarang lo bukan siapa-siapa buat dia. Pergi sebelum gue seret keluar!”

Bayu mendengus, memaki, lalu pergi sambil membanting pintu.

Santi memeluk Nabil dengan senyum. Tangisnya masih mengalir, tapi itu bukan air mata putus asa. Itu air mata kemenangan.

mita tolong untuk yang baca silahkan like dan comen, biar autor gajihan

1
Wanita Aries
Kok gak lanjut lg thor pdhl nungguin yg ini upnya
Vina Nuranisa
lanjuttt kakkk
Wanita Aries
Kapan update lagi thor..
karya bagus
Wanita Aries
Cerita baguss
Fasa
Seruuu, lanjutkan thor
Irma Minul
lanjut kak slalu ditunggu upnya
Irma Minul
luar biasa kak 👍👍👍
Wanita Aries
Wkwkwk 🤣🤣🤣 heru2 bisa aj


Up yg byk thor seruu
Arlis Wahyuningsih
mantap om.Heru...sikat aja mak.lampirnya🤭🤭
Nur Syamsiah: menarik pintar
Serenarara: Ubur-ubur makan sayur lodeh
Minum sirup campur selasih
Coba baca novel berjudul Poppen deh
Dah gitu aja, terimakasih /Joyful/
total 2 replies
Devika Adinda Putri
selalu di tunggu upnya
Devika Adinda Putri
dayly up date kak selalu di tunggu
Tata Hayuningtyas
suka dengan cerita nya
Tata Hayuningtyas
up nya lama sekali Thor...tiap hari nunggu notif dari novel ini...kalo bisa jgn lama2 up nya Thor biar ga lupa SM ceritanya
Wanita Aries
Nah yg bertamu ibu2 yg merasa trsaingi jualannya
Wanita Aries: Bner bgt ka sllu nungguin update
Vina Nuranisa: nagih bgt ceritanya wkwk
total 2 replies
Wanita Aries
Mantap santi mnjauhlah dari org2 dzolim
Vina Nuranisa
kapan up lagii dah nungguin bgt😁
Wanita Aries
MasyaAllah nabil hebat pinter
Wanita Aries
MasyaAllah nabil
Yurnalis
cerita yang bagus semangat terus di tunggu lanjitannya
Wanita Aries
Menguras emosi karyamu thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!