Apa itu Pernikahan?

Riana merebahkan diri setelah selesai menata barang-barangnya. Nyaman sekali. Bahkan terlalu nyaman. Riana mulai memikirkan tentang kehidupannya setelah menikah dengan Barra. Sudah dapat dipastikan dia akan tinggal di rumah Barra yang sudah tentu mewah.

'Mungkin kamar tidurnya akan sebesar kamar kost ini,' batin Riana.

Mata Riana terasa berat. Mungkin karena kemarin malam tidurnya tak begitu nyenyak. Riana menatap langit-langit kamar barunya. Sepertinya semakin gelap. Riana tertidur pulas.

Pintu kamar Riana dibuka. Riana tidak mengunci pintunya. Belum. Karena Riana belum ingin tidur sebenarnya. Seseorang memasuki kamarnya, melihat-lihat barang-barang Riana yang sudah tertata rapih. Lalu menemukan Riana tidur tanpa pertahanan apapun.

'Gadis ceroboh! Bisa-bisa tidur sepulas ini tapi pintu nggak dikunci,'

Seorang pria berdiri di samping tempat tidur Riana. Menatap wajah tidurnya yang tenang. Seakan terhipnotis, pria itu lalu mengamati lebih dekat wajah Riana. Riana perlahan membuka mata, merasa terganggu dengan nafas yang terhembus ke wajahnya. Betapa terkejutnya Riana ketika melihat Barra menatapnya saat dia membuka matanya.

"Apa yang Tuan lakukan? Bagaimana Tuan bisa masuk?" tanya Riana sambil terduduk.

"Pintu kamarmu nggak dikunci, tentu saja siapapun, termasuk saya bisa masuk," jawab Barra sambil berjalan sedikit menjauh.

"Lalu, ada perlu apa Tuan kesini? Apa disini siapa saja memang bebas keluar masuk?" tanya Riana penuh selidik.

"Perlu? Saya harus ada perlu untuk menemui calon isteri saya? Dan disini tidak boleh sembarang orang masuk, makanya saya nyuruh kamu pindah kesini karena sudah jelas aman," kata Barra.

"Kalo gitu kenapa Tuan bisa kesini?" tanya Riana heran. Barra tersenyum licik. Lalu berjalan mendekati Riana yang masih terduduk di tempat tidurnya.

"Itu karena saya pemilik tempat ini," bisik Barra tepat di depan wajah Riana. Mata Riana terbelalak. Pantas saja Rei punya kunci cadangan kamarnya.

"Sepertinya kamu sudah merasa nyaman. Jangan lupa kunci pintu," kata Barra lalu berlalu keluar kamar, meninggalkan Riana yang masih membatu. Ternyata, tanpa Riana sadari, dia telah masuk ke dalam sangkar milik Barra.

'Ternyata, aku udah masuk perangkap,'

***

Barra keluar dari kamar Riana dengan senyum puas. Dia merasa telah menangkap mangsanya. Entah mengapa Barra semakin tertarik mempelajari Riana. Barra merasa Riana sangat ingin menolak dan lari dari pernikahan ini. Tapi, Riana hanya tak bisa. Barra tidak pernah menyangka ancamannya soal pekerjaan sangat mempengaruhi Riana.

Saat pertama kali Barra melihat Riana masuk ruang departemen pengembangan game waktu itu, entah mengapa Barra merasa Riana akan menjadi wanita yang cocok untuk melawan ayahnya. Padahal saat itu Barra belum mengetahui apapun tentang Riana. Bagaimana bisa Barra memilihnya tanpa pertimbangan? Sedangkan dia adalah orang yang sangat hati-hati dan pemilih. Entah. Barra hanya mengikuti intuisinya saat itu.

"Sepertinya, Tuan tidak salah pilih," komentar Rei ketika Barra sudah masuk ke dalam mobil. Barra mengangkat satu alisnya.

"Begitu pendapat mu?" tanya Barra. Rei mengangguk.

"Saya rasa juga begitu. Cukup lega mengetahui dia gadis yang bisa diandalkan dalam hal kecerdasan otak dan emosional," kata Barra.

"Saya sempat khawatir. Tapi, sepertinya Nona wanita yang cukup tangguh," kata Rei.

"Well, kita lihat saja bagaimana reaksi ayah nanti," kata Barra. Mobil lalu melaju perlahan meninggalkan apartemen mini yang ditempati Riana.

Di kamarnya, Riana masih terpaku. Bagaimana dia bisa melawan takdir? Tidak. Dia harus menerimanya meskipun itu bukan pilihannya. Dia bahkan tidak diberi kesempatan untuk memilih. Pernikahan yang sama sekali tidak pernah terbesit dalam pikirannya, kini ada di depan mata.

Bukan. Riana bukan tak ingin menikah. Dia hanya ingin membangun citra dirinya agar dapat diterima calon mertuanya kelak. Menuai kesuksesan yang akhirnya menjadi pertimbangan baik untuk direstui menjadi menantu. Namun, sepertinya Tuhan berkehendak lain. Apakah Tuhan menyayangi Riana? Atau menguji sekali lagi hidup Riana yang sudah begitu pahit dari kecil? Apalah daya Riana. Dia kini hanya mampu terduduk pasrah di tempat tidurnya.

Dalam perjalanan pulang, entah mengapa pikiran Barra dipenuhi wajah tidur Riana yang damai. Bagaimana Barra menjelaskannya? Ada suatu ketenangan ketika melihat wajah Riana yang sedang tertidur. Barra tersenyum tipis. Rei memperhatikan Barra dari kaca spion pengemudi. Rei pun ikut tersenyum. Sepertinya Rei merasakan sesuatu yang baik akan datang dari pernikahan ini.

'Semoga saja,' harap Rei dalam hati.

Mobil telah memasuki halaman rumah Barra. Rumah mewah berlantai dua, bergaya modern minimalis. Barra memasuki rumahnya yang sepi.

'Sebentar lagi tak akan sesunyi ini gue rasa,' pikir Barra sambil tersenyum.

Barra tinggal terpisah dengan kedua orang tuanya sejak Barra sukses mengembangkan perusahaannya. Ayahnya memang tidak menyetujui Barra mendirikan perusahaan sendiri, karena ayahnya ingin Barra menggantikan ayahnya, mewarisi perusahaan ayahnya yang bergerak dibidang elektronik. Barra memiliki keinginannya sendiri. Dan game adalah yang selama ini menemaninya kapanpun. Sehingga begitu Barra menyelesaikan kuliahnya, Barra dan Arka mencoba mendirikan perusahaan sendiri. Meski tak mudah awalnya, namun akhirnya mereka berhasil dan Gameflix menjadi salah satu perusahaan pengembang game yang patut diperhitungkan di negeri ini.

Bukan berarti kendala yang dialami perusahaan Barra sudah berlalu begitu saja. Masih ada kendala pendanaan yang cukup signifikan. Maka, Barra mencoba peruntungannya meminta ayahnya untuk berinvestasi dan menjalin kerjasama dengan perusahaan Barra. Barra kira akan mudah. Namun ternyata, ayahnya malah meminta Barra untuk menikah dalam waktu tiga bulan. Dan Barra harus memilih wanita yang bisa diandalkan dalam segala situasi. Bukan hanya cantik dan memiliki latar belakang yang baik, tapi juga harus cerdas dalam segala hal.

Barra tahu ayahnya hanya menggertak. Ayahnya pikir Barra tidak akan mungkin menikah dalam waktu dekat ini. Tapi, Barra tidak ingin kehilangan kesempatan mendapatkan investasi dari ayahnya yang cukup besar. Jadi, Barra memutuskan untuk mencari calon pengantin wanita segera. Dan pilihannya jatuh pada Riana. Gadis sederhana yang mungkin akan mengejutkan ayahnya.

Barra sudah cukup melihat potensi dari Riana dilihat dari latar belakang pendidikan yang tidak sembarangan. Barra juga melihat bagaimana ketenangan Riana menghadapi tentang pernikahan dadakan ini, meski sebenarnya Barra tahu, Riana ingin menolak dan lari. Barra cukup yakin Riana bisa diandalkan untuk melawan ayahnya yang sedikit arogan.

Barra menjatuhkan tubuhnya ke ranjang besarnya. Memikirkan kegilaannya demi sebuah investasi dari ayahnya. Terlintas di pikiran Barra, apa yang akan dia lakukan setelah menikahi Riana? Tinggal bersama lalu apa? Barra sendiri tak pernah memikirkan soal pernikahan. Dia tidak begitu peduli akan menikah atau tidak. Yang jelas ada dalam pikirannya sekarang adalah mengembangkan perusahaannya agar lebih stabil lagi. Barra menatap langit-langit kamarnya. Merenung, tenggelam dalam pikirannya.

'Apa itu pernikahan?'

***

Episodes
Episodes

Updated 67 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!