Nikah Kontrak?

'Kenapa Tuan Barra ngotot banget pengen nikah? Dan kenapa calonnya harus aku? Nggak bisa ganti siapa aja gitu yang mau?' Riana masih sibuk dengan pikirannya disepanjang koridor kembali menuju ruangannya. Kepalanya terasa sangat pusing, sehingga dia berjalan terhuyung-huyung.

"Bruk..."

"Maaf..." Riana meminta maaf sambil membungkukkan badannya.

"Hari ini kamu udah menabrak saya dua kali. Sepertinya kita jodoh," kata seseorang yang ditabrak Riana, sambil tersenyum. Riana dengan cepat mengangkat kepalanya. Dilihatnya seorang pria mengenakan setelan kemeja abu-abu dengan dasi putih. Tampaknya pria itu bukan sembarang pria.

"Dua kali? Anu, maaf..." kata Riana sambil menundukkan kepalanya.

"Sepertinya hari pertama mu berat ya?" tanya pria itu sambil melirik ke arah datangnya Riana, ruangan CEO.

"Bisa dibilang begitu,"

Pria itu maju lebih mendekat ke Riana.

"Barra memang suka sekali tipe-tipe cewek seperti kamu," katanya sambil tersenyum.

"Hah?"

'Mungkin aku yang salah masuk gedung. Kenapa orang-orang di dalam gedung ini aneh sekali?' pikir Riana.

"Iya. Cewek yang terlihat lemah, padahal sebenernya kuat di dalam. He likes it," jelas pria itu.

"Omong-omong, saya Arka. Wakil CEO. Kalo ada masalah soal Barra, kamu bisa langsung tanya saya," kata pria itu memperkenalkan diri.

"Saya Riana. Dari departemen pengembangan game,"

"Selamat bergabung, Riana," kata Arka sambil hendak berlalu.

"Tunggu,"

Arka membalikkan badannya.

"Tuan Barra tidak punya pacar atau tunangan?" tanya Riana dengan nada berbisik.

"Bukankah bulan depan kalian tunangan?" tanya Arka sambil mengerutkan alis.

'What? Secepat itu berita menyebar?'

"Anda tidak curiga kenapa Tuan Barra tiba-tiba ingin bertunangan? Terlebih dengan saya," tanya Riana pada Arka.

Arka melihat Riana dari ujung kepala sampai ujung kaki. Lalu menggelengkan kepalanya.

"Kamu sudah sesuai selera Barra. Untuk apa saya curiga?"

"Tapi, Pak. Saya ini karyawan baru. Dan saya belum pernah bertemu Tuan Barra sebelumnya. Kenapa Anda sama sekali tidak curiga?" Riana berusaha menjelaskan kebingungannya. Arka kembali berjalan mendekati Riana.

"Saya tahu kamu bingung. Tapi, Barra tak pernah main-main dengan perkataannya. Dia bilang dia ingin menikah dan itu dengan kamu. Anggap saja kamu mendapat durian runtuh. Kapan lagi bisa dinikahi oleh Barra Adiguna? Tak perlu mengkhawatirkan apapun. Kamu akan tetap bekerja sebagai karyawan pengembang game seperti semula. Jadi tak perlu terlalu dipikirkan," kata Arka lalu berlalu meninggalkan Riana yang tambah pusing dengan obrolannya bersama Arka.

Arka menggelengkan kepalanya. Seolah tak percaya Barra, CEO yang juga sahabatnya, memilih gadis seperti Riana untuk dinikahi. Arka tak menduga Barra akan secepat itu mengambil tindakan. Ancaman kepada Barra dari ayahnya baru diterimanya kemarin lusa. Dan kini, Barra sudah menetapkan pilihannya.

"Lo bener-bener gila. Kenapa lo pilih cewek kek dia?" tanya Arka ketika memasuki ruangan Barra.

"Dia tipe cewek yang nggak akan mudah menyerah. Gue butuh cewek tangguh. Dan lagi dia tahu bagaimana cara pegang komputer. Itu lebih penting," kata Barra.

"Soal penampilan?"

"Penampilan bisa diubah, Bro. C'mon! Buat apa cewek cantik tapi nggak bisa ngapa-ngapain," komentar Barra.

"Background keluarga?"

"Itu yang baru gue selidiki,"

"Jangan sampe bokap lo ngira lo asal ambil cewek dari jalanan,"

"Tenang aja. Dia lulusan terbaik di kampus nomor satu di negeri ini," kata Barra bangga.

"Serius?" tanya Arka disusul anggukan mantap dari Barra.

"Padahal penampilannya kek nggak begitu encer otaknya," kata Arka.

"Don't judge the book from the cover," kata Barra.

"Lo yakin nggak mau bikin kontrak atau apa gitu biar bisa saling menguntungkan?" tanya Arka memastikan.

"Sudahlah, Bro. Gue mau nikah, bukan mau negosiasi bisnis, ngapain pake kontrak," kata Barra.

"Yaa biar aman aja, Bro. Biar dia tau tujuan lo nikahin dia adalah agar ayah lo mau investasi di perusahaan kita. Trus dia juga nggak bingung kenapa tiba-tiba CEOnya melamar dia di hari pertama dia kerja. Cuma kek ngasih penjelasan aja," kata Arka.

"Malah justru dia jangan sampe tau alasan gue nikahin dia. Biar dia nggak perlu akting di depan bokap nyokap gue. Biar taunya dia gue nikah karena gue mau, bukan karena alasan lain," kata Barra. Arka menghela nafas panjang.

"Well. Kalo itu mau lo, terserah aja lah. Gue cuma ngasih saran aja biar kedepannya aman," kata Arka.

Barra hanya menaikkan bahunya. Lalu fokus pada dokumen di meja kerjanya. Arka sudah akan pergi ketika pintu ruangan Barra diketuk.

"Masuk,"

Rei masuk sambil membawa tablet di tangannya, lalu menyerahkannya pada Barra.

"Semua tentang Nona Riana ada disini," kata Rei singkat, lalu meninggalkan ruangan. Arka yang penasaran tidak jadi keluar dari ruangan Barra.

"Gimana?" tanya Arka.

"Ayah ibunya meninggal saat usianya sekitar sepuluh tahun. Lalu diasuh oleh neneknya yang juga lalu meninggal setahun kemudian. Setelahnya tinggal di panti asuhan selama kurang lebih dua tahun. Lalu diasuh oleh sebuah keluarga sampai usia delapan belas tahun. Setelah itu hidup mandiri dengan berpindah-pindah tempat kos. Kuliah dari hasil beasiswa. Sekarang tinggal di kos daerah sekitar perusahaan dengan biaya kos per bulan lima ratus ribu rupiah," Barra membacakan singkat hasil laporan Rei.

"Kehidupannya keras ya?" komentar Arka.

"Kenapa dia tidak menolak pernikahan ini? Apa karena gue kaya?" tiba-tiba Barra bertanya-tanya.

"Kalo menurut gue, karena dia nggak berani sama lo yang selalu mengintimidasi," kata Arka. Barra mengerutkan alisnya.

"Keluar dari ruangan lo aja dia sampe nggak bisa jalan. Lo bilang apa sama dia?" tanya Arka.

"Lupa,"

Arka hanya mendengus. Sudah tahu kalau sahabatnya akan seperti itu.

"Over all, dia nampak gadis baik-baik dan bukan gold digger. Kalo lo masih ragu, lo bisa bikin kontrak dan bahas ini sama cewek itu. Tapi kalo lo masih pengen kek keinginan lo yang tadi, silakan saja. Gue balik ke ruangan gue dulu," kata Arka lalu meninggalkan ruangan Barra.

Barra sekali lagi melihat tablet yang berisi laporan Rei tentang Riana. Ditinggal ayah ibunya saat masih sangat belia. Tinggal di panti asuhan. Diasuh orang asing dan tinggal selama beberapa tahun. Lalu hidup sendiri. Bagaimana seorang gadis melewati semua ini sendirian? Apa Barra bisa menjalani semua itu? Sepertinya pilihannya bukan sembarang pilihan.

Barra tersenyum melihat slide akhir di tabletnya. Foto Riana tersenyum lepas dengan background langit senja di pantai. Sepertinya seharian ini Barra sudah menghilangkan senyuman itu dari wajah manis Riana. Barra lalu teringat saran Arka tentang membuat kontrak dan sebagainya.

'Perlu? Gue rasa akan lebih seru kalo tak ada kontrak,'

***

Episodes
Episodes

Updated 67 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!