CHAPTER 20

Eileria naik ke atas dan pergi mengambil ramuan yang dia maksud.

...----------------...

Lorong istana.

Aku keluar dari kolam pemandian untuk mengambil ramuan. Ramuan obat disimpan di ruangan khusus.

Sebenarnya dari kolam pemandian jaraknya cukup dekat, tapi entah kenapa rasanya langkah ini sangat berat.

" Aku harap dia belum menyadari lukanya. " Aku bergumam berharap Callisto belum menyadari lukanya, jika dia tahu, dia pasti akan marah.

Andai saja waktu itu aku tidak sembarangan masuk ke istana sebrang, mungkin kehidupanku tidak akan sesial ini.

Menjadi pelayan pribadi pria yang terkenal kejam, narsis, yang paling penting, dia keras kepala, dan pemaksa.

" Aku tahu tidak baik mengeluh, tapi....haah rasanya aku ingin menghampiri dewa dan menyuruhnya untuk menulis ulang takdirku. " Sekali lagi aku bergumam.

Langkah demi langkah sudah ku jalani, kini tiba lah aku di depan pintu ruang ramuan. Tentu saja ruangan itu di jaga ketat oleh penjaga.

Belum lagi di dalamnya akan ada tabib istana dan beberapa orang yang mengerti tentang ramuan-ramuan.

" Saya pelayan pribadi putra mahkota, beliau meminta saya mengambil beberapa ramuan. " Aku berbicara kepada dua penjaga yang berdiri di depan pintu ruangan.

Mereka tidak merespon perkataanku, yang mereka lihat adalah pakaianku yang basah. Saat ini aku memang terlihat buruk, tanganku memegang ujung rok karena pakaianku basah, aku tidak mau karpet merah yang aku lewati basah.

Jika itu sampai terjadi, aku sendiri yang harus menggantinya.

" Apa kalian tidak mendengar? Saya di perintah mengambil ramuan. " Tegasku kepada kedua penjaga.

" Untuk apa yang mulia meminta ramuan? Beliau tidak pernah terluka atau pun sakit selama ini. " Penjaga dengan rambut hitam berbicara dengan tatapan ragu.

" Saya tidak tahu untuk apa ramuan itu, tapi yang jelas beliau membutuhkan ramuan itu. " Jawabku tidak sabar.

" Kami berdua butuh bukti kuat mengenai perintah itu. Siapa tahu kau berbohong dan mengaku-ngaku sebagai pelayan pribadi yang mulia. " Mereka berbicara dengan nada meremehkan, kedua penjaga itu mengira aku berbohong, bahkan mereka meminta bukti.

Saat ini aku benar-benar tidak tahan, rasanya aku ingin menjambak wajah mereka dan menerobos masuk.

" Saya benar-benar pelayan pribadi yang mulia putra mahkota. Jika yang mulia Callisto tahu titahnya tidak di laksanakan beliau pasti akan murka. " Aku mulai memakai nama pria kejam itu hanya untuk melewati kedua penjaga di depanku.

" .......Aku masih ragu...." Mereka masih ragu, keduanya saling bertatapan seolah berdiskusi.

Beberapa saat kemudian mereka berbicara lagi.

" Lebih baik, kau kembali dan bawa surat perintah dari yang mulia. " Ucap mereka berdua.

" Saya sudah bilang itu tidak perlu, yang mulia akan marah jika saya kembali tanpa ramuan! " Jawabku sedikit kesal.

Saat aku berdebat dengan mereka berdua, tiba-tiba pintu ruangan ramuan terbuka, dan keluar lah pria dengan wajah lelah berambut hitam, bermata hijau menyala.

Kalau aku tidak salah mengira, dia adalah Jimmy Hansel. Ahli ramuan istana, sekaligus peneliti obat-obatan.

Yah, di istana ini apa yang tidak ada semuanya ada.

Ketika aku terus memandangi Jimmy, dia membuka mulutnya dan menatap kedua penjaga yang menghalangi aku masuk.

" Berisik sekali..." Ucapnya seraya menggaruk kepalanya.

" Kenapa kalian tidak membiarkan dia masuk.. " Ucapnya seraya berbalik dan masuk.

Kedua penjaga itu diam dengan wajah menunduk takut, lalu mereka pun menyingkir dan memberiku jalan untuk masuk. Di sini aku terdiam sejenak.

| Apa aku masuk saja? Tapi, pria itu tidak mengatakan apapun lagi. | Fikirku bingung.

Saat aku memikirkan hal yang tidak berguna, Jimmy kembali berbalik dan menatap ku.

" .....Kenapa kau tidak masuk...." Ucapnya lesu.

" Cepat masuk....

" Aku tidak mau manusia berambut arang itu berteriak lagi. " Ucapnya seraya menggarauk kepalanya yang tidak gatal.

" Ah...baiklah. Terima kasih. " Ucapku seraya mengikuti Jimmy masuk.

" Tu-tunggu! " Aku tiba-tiba berhenti dan melihat keadaan ku yang basah kuyup.

" Kenapa lagi? " Tanya Jimmy.

" Pakaian saya basah, saya takut akan mengotori karpetnya. " Jawabku.

" Tidak masalah, lagi pula di dalam tidak sebagus yang kau pikirkan. " Ucap Jimmy seraya melangkah masuk.

Mendengar ucapannya aku pun tidak lagi takut, dan segera mengikuti Jimmy masuk ke dalam.

Saat aku masuk ternyata ruangannya cukup berantakan, tentu saja ini pertama kalinya aku memasuki ruangan ini.

Banyak botol-botol ramuan, dan alat-alat yang di gunakan untuk penelitian.

" Berantakan bukan? " Jimmy tiba-tiba berbicara memecah lamunanku.

" Yah, saya tidak pernah menyangka akan seperti ini. " Jawabku.

" Ini baru ruangan depan, belum ruangan tengah dan belakang. " Ucap Jimmy.

" Hah? masih ada ruangan tengah dan belakang. " Ucapku kaget.

" Yah, ini ruangan ku. Jika kau mencari ramuan, seharusnya kau pergi ke ruang paling belakang. " Ucap Jimmy lesu.

" Kenapa pula mejaku di taruh di ruang depan, setiap kali ada orang yang memaksa masuk, orang pertama yang mendengar teriakan mereka adalah aku.....Itu membuatku tidak bisa berkonsentrasi. " Gumam Jimmy seraya berjalan menunjukkan arah ke ruang belakang.

Aku tahu bagaimana menjadi dirinya, sebenarnya aku merasa bersalah karena suaraku cukup kencang tadi, sehingga membuat Jimmy tidak bisa berkonsentrasi.

" Maaf, saya tidak tahu jika anda mendengar pertengkaran saya dengan penjaga tadi. " Ucapku menyesal.

" Ck, tidak perlu meminta maaf. " Ucapnya seraya mendecakkan lindah.

" Itu sudah sering terjadi, suaramu tidak terlalu kencang, tapi suara kedua penjaga itu yang menggangguku. " Ucapnya.

" Ini ruangan tengah. " Jimmy tiba-tiba berhenti.

" Siapa orang itu. " Hal pertama yang aku lihat bukan ruangan, tapi orang yang duduk dengan mata yang menatapku.

Dia seorang pria dengan rambut putih sedikit panjang, memakai kacamata, bermata biru sedikit keabuan.

" Hallo Lady...." Sapanya kepadaku, seraya mengedipkan matanya sebelah.

" Kalein, berhenti menggoda perempuan! " Jimmy tiba-tiba berteriak, dia bahkan mengambil buku kemudian melemparkannya ke arah Kalein.

' Tak! ' Buku itu di tangkap dengan sempurna.

" Diamlah Jimmy, itu adalah satu usaha untuk bisa mendapatkan pendamping hidup. " Ocehnya seraya berdiri, dan menghampiri diriku.

Aku mundur, sedikit.

" Lady? Siapa namamu? Kenapa gaunmu basah? " Kalein sekarang tepat di depanku.

" Jangan hiraukan dia, sejak dia tidak tidur selama dua malam, otaknya jadi kacau. " Ucap Jimmy seraya berjalan pergi, dia bahkan meraih tanganku, dan menyeretku pergi dari Kalein.

" Jimmy! Kau tidak boleh memegang tangan seorang Lady sembarangan! " Teriak Kalein dari belakang.

" Cerewet! " Gumam Jimmy.

" Maaf, aku akan melepaskannya. " Ucap Jimmy seraya melepaskan tanganku.

" .....Tidak masalah. " Ucapku.

" Dia Kalein Lancester, seorang ahli sihir. Di istana ini banyak penyihir hebat tapi dia yang paling hebat. " Ucap Jimmy menjelaskan siapa Kalein.

" Apa ada satu orang lagi. " Tanyaku penasaran.

" Yah, ada. Kau harus lebih hati-hati dengan orang ini. Dia Ansel, penjaga ruang belakang. "

Ruangan belakang, tempat di mana ramuan-ramuan yang sudah jadi di simpan. Jelas sekali banyak ramuan yang tertata rapih di rak.

" Ansel! " Jimmy memanggil Ansel.

" Di mana bocah itu?..." Ucapnya kesal.

" .....Sialan berisik sekali! " Tiba-tiba suara kecil terdengar dari sisi kiri Jimmy.

Di sana ada satu kursi kayu, di sana pula Ansel berada. Dia terlihat baru bangun tidur.

Terpopuler

Comments

$uRa

$uRa

semoga sehat selalu tor..biar nulis ceritanya lancar

2023-01-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!