Diceraikan di malam pertamanya sebagai pengantin, membuat Embun terdiam dengan seribu bahasa.
Perceraian itu membuat ibunya kembali menjodohkan Embun dengan seorang tuan muda kaya raya. Mengetahui gadis itu pernah menikah dan bercerai, "Apa yang akan kau tawarkan agar aku mau menikahi mu?" seru tuan muda dingin itu padanya.
Waktu pun berlalu, tiga tahun kemudian setelah perceraian dengan Agra, mereka bertemu untuk pertama kalinya, "Milka, lihatlah betapa menyedihkannya dia. Selama tiga tahun ini apakah dia tidak bisa hidup dengan benar?" ejek Agra pada Embun, mantan istrinya.
Dia baru saja melempar bara api kehadapan istri seorang tuan muda Rendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La_Sha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fitting Gaun Pengantin
Kali ini dia melakukan sebuah kesalahan kecil yang mungkin bisa menjadi melebar karena kebodohannya. Sekarang Alister beranggapan jika Embun sedang memikirkan pria lain atau mungkin saja mantan suaminya. Ya, dan itu benar adanya.
Gadis itu sedikit trauma saat mengingat tragedi tak menyenangkan di dalam hidupnya, dia juga takut jika itu akan terulang lagi saat malam pertama nanti dengan tuan muda Rendra, meskipun mereka tak akan pernah melakukan hubungan ranjang.
Langkah kaki Alister berhenti tepat di hadapan gadis yang sedang menunduk itu, jarak yang tersisa hanya setengah lengan saja.
"Berhati-hatilah nona, jangan memancing masalah saat anda sedang bersama dengan tuan muda ataupun keluarga Wilson."
Alister mengulurkan tangannya tepat di hadapan karyawan tadi, meminta gaun pengantin.
"Jika anda punya waktu untuk membayangkan masa lalu, lebih baik nona segera mencobanya," Alister menyerahkan gaun itu kepada Embun, "Jangan membuang waktu berharga milik orang lain."
Aaaaa ya ampun Tuhan ... tolong maafkanlah kebodohan ku ini. Dirinya hanya bisa merutuki kesalahan yang baru saja ia lakukan.
Ball Gown pengantin dengan warna putih yang mendominasi membuatnya tampil layaknya seorang putri, namun pemandangan itu terlihat sangat tidak menyedapkan mata bagi siapapun yang memandangnya.
Mengapa seperti itu? Lihatlah wajah lusuhnya, standar, perbedaan antara langit dan bumi, jauh. Abu-abu di mata pemandang nya.
"Alya, aku ingin MUA kelas internasional yang melakukannya nanti saat upacara pernikahan akan digelar. Aku ingin semuanya berjalan sesuai dengan rencana ... tepat seperti apa yang diinginkan oleh tuan muda."
Alya mengangguk, "Ya baiklah tuan, hal itu tidak- lah menjadi masalah."
Embun menyepakati dua buah gaun, ball Gown itu akan ia pakai di acara pengucapan janji suci, lalu, A-line dress untuk ia pakai di acara resepsi pernikahan.
Melihat dua gaun itu saja bisa terbayangkan akan menjadi seperti apa pesta pernikahan yang akan digelar. Mewah, dan akan ada banyak tamu penting yang datang ditambah lagi dengan MUA kelas internasional yang akan mendandaninya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Akhirnya selesai juga acara fitting gaun pengantin dan sekarang mereka berdua sudah berada di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang.
"Apakah nona membutuhkan sesuatu?"
"Tidak ada," Embun menyandarkan kepalanya di sandaran jok sembari menatap bangunan dan apa saja yang dapat ia lihat, menghela napas pelan berharap semua ini berakhir dengan bahagia.
"Baiklah."
Suasananya kembali hening untuk beberapa menit hingga akhirnya Embun mulai membuka suara, "Tuan?"
"Nona, bisakah anda berhenti memanggil saya tuan?" dia menatap wajah Embun dari spion gantung, tahu jika gadis itu akan membuka suara, lagi-lagi dia memotong dengan cepat, "Panggil saja saya sekretaris Al, nona."
"Alister ... Bagaimana?"
Dia memupuk keberanian agar bibirnya sanggup menyebut nama pria itu, Alister tak menjawab dengan kalimat ya ataupun tidak, bahkan gelengan kepala atau anggukan saja tidak ada.
"Saya bercanda ... baiklah saya akan memanggil seperti apa yang anda inginkan, sekretaris Al."
Mobil masih melaju hingga akhirnya mereka sampai di Brilian Group, mereka turun di parkiran VVIP tak jauh dari tempat itu ada sebuah lift khusus yang akan mengantar ke lantai teratas gedung ini.
"Sekretaris Al, saya lewat lobi."
"Silakan."
Alister masih berdiri tegak pada tempatnya menatap punggung ramping Embun yang semakin menjauh dan menghilang setelah keluar dari parkiran.
wlpn sultan klu aku mah ogah punya suami spt Rendra nih.percuma aja baik" lembut" tapi kepala batu selip dikit salah pasti kena hukuman