NovelToon NovelToon
Miracle Of Love

Miracle Of Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Romansa Fantasi
Popularitas:451
Nilai: 5
Nama Author: Yulynn

Cerita tentang Dewa dan Dewi Cinta yang awalnya saling mencintai. Mereka bertugas di alam manusia untuk menolong dan meringankan penduduk di bawah bukit cinta. Tetapi semuanya musna ketika Dewi Cinta jatuh cinta kepada manusia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulynn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 1

Alkisah pada jaman dahulu sekitar seribu tahun yang lalu ada sebuah bukit yang dinamai Bukit Cinta karena di percaya merupakan tempat tinggal Sepasang Dewa dan Dewi Cinta. Bukit Cinta adalah bukit terindah di antara semua bukit-bukit yang pernah ada di muka bumi. Di malam hari yang penuh bintang, dari atas bukit akan terdengar suara suling dari Dewa cinta dan alunan musik merdu dari Harpa Dewi Cinta. Lembah di bawah bukit juga merupakan lembah terindah di antara lembah-lembah yang ada di muka bumi. Penduduk di lembah saling menjaga lingkungan tempat mereka tinggal. Mereka bahagia tinggal di dekat Bukit Cinta karena mereka percaya barang siapa yang tinggal di dekat dengan Dewa atau Dewi, seumur hidup akan di berkati dan tidak pernah kekurangan.

Buktinya, mereka punya tanah pertanian yang subur, tidak pernah mengalami kemarau panjang atau musim hujan yang berkepanjangan. Penduduk yang menikah semua di karuniai anak yang lucu dan sehat. Orang-orang berusia lanjut juga kuat untuk bekerja hingga akhir hayatnya. Tidak ada yang meninggal karena sakit parah atau penyakit menular. Karena penduduk hidup berkecukupan dan bahagia, jarang sekali ada kriminalitas yang terjadi di lingkungan mereka.

Setiap minggu ada sekelompok tabib dan asistennya pergi ke bukit untuk mencari tanaman obat selalu hendak sekalian mencari tempat tinggal Dewa dan Dewi cinta. Bertahun-tahun lamanya mereka mencari, tapi tetap tidak pernah menemukannya. Satu-satunya orang yang memberikan kesaksian tentang adanya Dewi adalah seorang tabib Xu yang paling terkenal di lembah tersebut.

Suatu hari, tabib Xu terpencar dari kelompoknya, tersesat hingga di tiga hari dan hampir mati karena kehabisan air minum. Tabib Xu duduk di bawah salah satu pohon yang rindang sambil mendengar nadi di tangannya sendiri. Dia mendiagnosis dirinya sendiri mengalami dehidrasi akut dan hidupnya tidak akan lama lagi. Tabib Xu berdoa semoga saat dia meninggal nanti, ada seseorang yang menemukan jasad nya dan mengambil keranjangnya yang berisi daun-daun langka untuk mengobati pasien batuk berdahak. Selesai berdoa, Tabib Xu merasakan kehadiran seseorang yang menghalangi matanya dari cahaya matahari yang terik di siang hari itu. Tapi dia tidak bisa melihat dengan jelas siapa itu karena sudah terlalu lemah untuk membuka mata dengan lebar. Lalu tiba-tiba dia merasakan ada aliran air yang rasanya sangat manis dan punya wangi yang spesial mengalir masuk kedalam mulutnya kemudian kerongkongannya lalu memenuhi perutnya. Tabib Xu merasa aliran energi kembali memenuhi sel-sel dan saraf-sarafnya. Tabib Xu menyentuh nadi tangannya lagi, detak jantung yang berirama dan kuat, aliran darah di urat juga lancar. Tabib Xu mencoba membuka matanya untuk melihat siapakah yang menolongnya, tapi begitu matanya di buka, sinar matahari sudah tidak terhalang lagi dan langsung menyilaukan matanya. Tidak ada siapa-siapa di dekatnya. Hanya ada hamparan padang rumput yang indah dan segerombol domba dengan gembalanya, bukan lagi tempat dia tersesat tadi. Tabib Xu sudah berada di lembah. Sebagai gantinya, dia menemukan sebuah tusuk konde perak yang sangat indah dan berkilau dengan hiasan bunga Peony terletak di atas pangkuannya. Tabib Xu percaya tusuk konde yang indah ini adalah milik Dewi Cinta. Dia juga percaya Dewi cinta lah yang menyelamatkan hidupnya.

Tabib Xu kemudian menceritakan kisahnya dan menunjukkan bukti tusuk konde tersebut kepada penduduk. Akhirnya kabar pun beredar ke seluruh penduduk di lembah. Mereka semua percaya dan setiap dua minggu sekali mereka akan memberikan persembahan bunga, buah dan kue-kue di bawah pohon tempat tabib Xu membuka matanya. Di ranting-ranting pohon tersebut juga akhirnya banyak terikat tali merah yang berisikan permohonan dan doa.

Lalu, siapakah Dewa dan Dewi Cinta yang dipercaya penduduk di lembah ?

Dewa Cinta yang gagah, berwibawa dan mempunyai wujud yang tampan bernama Lu Feng. Lu Feng adalah keturunan dari Dewa Phoenix dan Dewi Angin. Lu Feng mendalami seni peperangan dan pernah mengikuti beberapa pertempuran sebelum bertemu dengan Dewi Cinta.

Dewi Cinta bernama Fei Yi. Fei Yi adalah keturunan dari Dewa Air dan Peri bunga. Fei Yi di karuniai kekuatan sihir untuk pengobatan, kesuburan, dan asmara. Tugas mereka adalah tinggal di Dunia Fana bersama manusia dan mensejahterahkan penduduk lembah. Karena penduduk di lembah adalah orang-orang yang reinkarnasi dengan kehidupan lampau dari orang yang baik dan sering berdana. Dewa Langit memutuskan orang-orang kehidupan lampau yang memiliki kebaikan yang tinggi akan di lahirkan kembali di lembah ini dan di jaga oleh Lu Feng dan Fei yi.

Lu Feng dan Fei Yi adalah sepasang kekasih yang saling mencintai, mereka tidak keberatan mau tinggal di mana, asal tetap bersama dan tidak terpisahkan. Mereka bahagia bisa membantu orang dan membantu orang-orang menemukan pasangan mereka dan mengkaruniai keturunan yang sehat. Sebagai ganti, Lu Feng dan Fei Yi selamanya tidak akan mempunyai keturunan karena mereka mengemban tugas menyangkut kesejahteraan dan keturunan penduduk lembah.

Lu Feng dan Fei Yi tinggal di sebuah puri yang sederhana dan tidak terlalu besar tapi punya halaman yang besar dan luar biasa indah. Fei Yi selalu punya akal untuk membuat halaman mereka menjadi sangat enak di pandang. Dia membuat kolam menyerupai sungai kecil dengan jembatan di atasnya. Di sisi sepanjang kolam di tanami bunga poeni warna warni kesukaannya. Di sisi kanan kolam ada pohon sakura yang mekar sepanjang tahun. Dia juga menanam sebuah pohon kesemek di bawah tempat duduk batu di depan puri. Di situlah mereka sering duduk saling berbalas puisi cinta sambil menikmati bulan dan bintang pada malam hari.

"Sejuta kali matahari terbit dan tenggelam, kita selalu melihat bersama. Sejuta kali sudah kita nikmati bulan dan bintang bersama, kamu masih saja menawan bagiku." Lu Feng menatap Fei Yi dengan penuh cinta di taman mereka.

"Sejuta kali cangkir kita terisi, kita selalu tak lupa untuk bersulang. Sejuta kali aku tertawa akan candaanmu, kamu tetap gagah bagiku." Balas Fei Yi sambil mengisi cangkir keramik dengan teh dari teko lalu di berikan kepada Lu Feng.

"Kamu cantik sekali malam ini." Ucap Lu Feng.

"Aku juga sudah mendengarnya sejuta kali." Fei Yi tertawa kecil

"Aku akan mengatakannya sejuta kali lagi."

"Sebegitu cantiknya kah aku?" tanya Fei Yi sambil mengelus jari Lu Feng yang sedang memegang cangkir.

"Mata besarmu yang selalu berkilau, bibir merah mu seperti warna bunga peoni yang mekar sempurna. Kulit mu yang putih dan bersih, rambut mu yang hitam dan sehalus sutra. Bagaimana aku bisa bosan mengatakannya jika setiap hari aku melihat diri mu."

Fei Yi tersenyum, memamerkan deretan gigi putihnya dan lesung pipit di pipinya yang menambah kecantikannya.

"Kalau aku bagaimana? Apakah aku tampan bagimu?" tanya Lu Feng

"Tentu saja. Kamu adalah pria paling sempurna bagi aku. Di Dunia langit dan di dunia fana, tidak ada yang bisa menandingi ketampanan mu dan kegagahanmu."

Lu Feng bahagia mendengar sanjungan dari Dewi yang di cintainya. Lu Feng berdiri di hadapan Fei Yi dan menggengam tangannya.

"Mau kemana?" tanya Fei Yi

"Terbang."

Lu Feng dan Fei Yi terbang dan menari-nari di bawah cahaya bulan dan bintang. Sungguh indah pemandangan di atas. Sayang sekali penduduk di bawah lembah tidak ada satu orang pun yang bisa melihatnya karena sihir penutup membuat tempat tinggal Lu feng dan Fei Yi dan sekitarnya sejauh dua ratus meter tidak akan terlihat. Itulah alasan mengapa tidak ada orang yang bisa menemukan tempat tinggal mereka. Padahal selama ini Lu Feng dan Fei yi selalu berbaur di pasar bersama penduduk. Tentu saja dengan wujud manusia biasa dan pakaian yang tidak mencolok.

Keesokan harinya, Fei Yi turun ke lembah dan berbaur di pasar yang menjual ikan. Seorang Ibu yang menggendong bayi berusia delapan bulan di punggungnya dan harus mengangkat keranjang besar berisi ikan untuk di jualn. Fei Yi membantu Ibu tersebut mengangkatnya.

"Terima kasih Nona. Mau beli ikan?" Tanya Ibu itu penuh harap.

"Iya. Mau seekor yang ukuran sedang saja." Fei Yi menyerahkan keranjang tangannya beserta beberapa uang perak. "Dimana suami Ibu? Biasanya dia yang jualan."

"Ah. Dia pergi melaut. Pamannya yang biasanya melaut hari ini harus pergi merawat Ibu nya yang sakit. Jadi sementara suami saya yang pergi biar setiap hari ada ikan yang bisa di jual." Jelas Ibu itu bersemangat walaupun Fei Yi bisa melihat peluh telah membanjiri keningnya.

"Ibu yang sakit tinggal dimana? Apakah sakitnya parah?" Tanya Fei Yi

"Tidak jauh dari sini, masuk dari hutan sebelah timur dan rumahnya ada di sebelah kanan hutan bambu. Aku tidak tahu dia sakit apa. Sepertinya tidak begitu parah." Ibu tersebut menunjuk ke arah yang di maksud lalu menyerahkan keranjang tangan berisi ikan kepada Fei Yi.

Setelah mengucapkan salam perpisahan, Fei Yi langsung berangkat ke hutan di sebelah timur dan mencari hutan bambu. Tidak susah mencarinya karena ada jalan setapak di sepanjang hutan sampai di hutan bambu. Di sebelah kanan ada sebuah rumah yang jerami di atapnya hampir botak dan tiang penyangganya tampaknya sudah tidak kokoh karena di makan rayap. Fei Yi mengibas tangannya, melakukan sedikit sihir pada rumah tersebut. Sekejap, jerami di atap terisi kembali, tiang-tiang yang hampir patah dan di makan rayap kini sudah tampak baru dan kokoh lagi.

Fei Yi memutar tubuhnya dan melakukan sihir penghilang diri. Dia masuk ke dalam rumah dan seorang pria berkumis dan jenggot sedang memeras kain yang berserat kasar kemudian di letakkan di dahi seorang wanita tua yang tampak lemah dan nafasnya yang sudah tidak teratur.

"Anda tidak boleh menolongnya." Ucap sebuah suara gaib yang hanya bisa di dengar oleh Fei Yi.

"Siapa?" Tanya Fei Yi kaget.

"Saya, Dewi." Seorang Dewa berjenggot hitam panjang dan alis mata yang panjang dengan pakaian jirah hitam memberi hormat pada Fei Yi.

"Ah, Dewa Penjemput Arwah rupanya." Fei Yi kembali memberi salam.

"Nenek ini sejak kehilangan suaminya menjadi sakit-sakitan. Namanya sudah tertulis di buku saya dan sejam lagi akan saya jemput arwahnya. Saya menunggu di sini karena saya tahu mungkin saja Anda akan datang kesini menolongnya."

"Oh, baiklah. Kalau begitu saya tinggal." Fei Yi membungkuk sedikit dan hendak pamit.

"Tadi perjalanan kemari, ada seorang Ibu muda akan segera melahirkan di tengah-tengah hutan bambu. Mungkin sebaiknya Anda segera kesana."

"Oh baiklah. Terima kasih sudah memberitahu. Saya pamit dulu yah." Fei Yi melakukan teleportasi dan sampai di tengah hutan bambu. Seorang wanita hamil sedang memanggul keranjang berisi potongan bambu. Di sebelah tangannya memegang curut untuk memotong bambu dan sebelahnya lagi memegang tongkat dari ranting untuk membantunya berjalan.

Fei Yi bisa melihat Janin di perutnya sudah mendorong-dorong jalan keluar dan akan segera lahir. Fei Yi membiarkan dirinya terlihat dan memapah wanita itu untuk duduk.

"Kakak, apakah perut kakak sakit? Saya melihat kakak sedang hamil besar dan tampaknya akan segera melahirkan."

"Iya, dek. Perut saya dari pagi terasa sakit. Berputar-putar seperti sedang mengalami diare." Ngaku wanita tersebut yang kini sudah duduk bersandar di pohon bambu yang tumbuh berkelompok.

"Kakak akan segera melahirkan. Kalau tidak keberatan, biar saya yang membantu kakak melahirkan di sini." Pintanya

"Benarkah? Baiklah. Kurasa saya tidak kuat untuk naik. Rumah saya ada di atas gunung ini. Tidak jauh, tapi saya tidak sanggup lagi." Wanita ini kini tampak ngos-ngosan. Keringat sudah membasahi kening dan bajunya.

Fei Yi mengelus perut wanita tersebut sambil melakukan sedikit sihir agar bayi tersebut keluar sendiri berbalut air ketuban. Wanita tersebut berbaring sambil meringis pasrah pada nasib dia dan bayinya kepada Fei Yi. Beberapa menit kemudian, seorang bayi laki-laki yang gemuk lahir dan masih berbalut air ketuban. Fei Yi membungkus bayi tersebut dengan kain bersih dan di serahkan pada wanita yang saat ini sedang tersenyum bahagia.

"Selamat yah, Bayi Anda tampan sekali. Dia pasti akan tumbuh menjadi pemuda yang cerdas. Sampai di rumah nanti, pelan-pelan lah menyobek air ketuban tersebut lalu di mandikan."

Fei Yi memapah Wanita tersebut dan berjalan ke atas gunung menuju rumahnya. Tentu saja Fei Yi juga melakukan sihir agar perjalanan menuju sampai ke rumahnya menjadi lebih cepat sampai. Wanita tersebut di sambut gembira oleh Ibu dan Ayah mertuanya. Wanita tersebut hendak berterima kasih pada Fei Yi, tapi Fei Yi sudah tidak menampakkan dirinya lagi.

1
suhardi wu
ceritanya menarik, gaya bahasanya mudah dimengerti. mantap lah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!