PERHATIAN!!!
Jika ingin membaca cerita ini siapkan mental. Takutnya bisa baper stadium akhir dan yang nulis gak tanggung jawab jika bibir kalian gak bisa berhenti ketawa.
Kata orang menjadi cewek cantik itu terlalu beruntung. Karena dipikir banyak yang demen. Tapi apa jadinya jika seorang cewek kaya Ghea Virnafasya yang jutek dan menjadi badgirl di sekolahnya masihlah jomblo.
Tahukah jika kadar kecantikan dan kejutekannya itu terlalu akurat stadium akhir?
Dia, Ghea Virnafasya cewek cantik jomblo abadi yang gak suka pacaran. Dia inginnya langsung menggelar nikahan.
Tapi apa kejutekan dan kenakalannya akan bisa berakhir? Apa Ghea akan sadar dan bertaubat setelah bertemu dengan seorang guru baru yang tampan nya naudzubillah bak aktor Yang yang, mengajar di kelasnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seizy kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ghea Kabur
Brukk!
"Pak Geri," tegur Ghea kala ia tak sengaja menabrak seorang cowok di depan pintu ruang private. Ia mendongak dengan tatapan nanar.
"Ma-maaf, Pak, saya buru-buru," sahut Ghea. Ia setengah berlari layaknya seorang yang sedang ketakutan membuat Pak Geri yang diam mematung tidak bisa jika tidak mengernyitkan keningnya.
"Hey!" Pak Geri melambaikan tangannya untuk memanggil Ghea. Tapi tak sempat karena langkah Ghea begitu lebar. Pak Geri menghela. Ia hanya melihat punggung Ghea yang lambat laut menghilang dari pandangannya. Kemudian Pak Geri membalikan tumit. Mendorong daun pintu dan masuk ke dalam ruang private. Dimana kedua orang tua dan orang tua Ghea masih berada di dalam.
"Geri, dari mana aja kamu?" Mama Dian bertanya. Ia bangkit menarik tangan Geri untuk duduk di kursi kosong yang telah disediakan di dalam ruangan itu.
"Wah, sekarang kamu udah besar, ya. Om sampai pangling melihatnya loh." Kagum Papa Jordan. Sementara Geri hanya tersenyum menanggapinya. Ia mengangguk seraya memberi salam dan mencium punggung tangan Papa Jordan. Lalu bergantian pada Mama Sora.
Ternyata, Papa Jordan dan Papa Dika bukan hanya sekedar teman bisnis saja. Mereka adalah teman semasa kuliah yang terjalin sampai sekarang ini.
"Dulu terakhir Om ketemu kamu itu waktu kapan, ya? Om lupa. Kalau gak salah itu sebelum kamu berangkat ke Jerman kan, ya, untuk kuliah?" kelakar Papa Jordan membuat semua orang yang ada di ruangan itu tergelak.
Geri yang memang dari dulu punya sifat cuek dan datar. Ia hanya menarik kedua sudut bibirnya. Tersenyum kecil.
"Sekarang kamu udah lulus kan, ya? Udah masuk kerja ke perusahaan Papamu dong?" Papa Jordan bertanya. Yang lagi-lagi ditanggapi gelakan tawa oleh semuanya.
Jadi Geri itu satu minggu yang lalu baru pulang dari Jerman. Ia baru lulus study S2-nya itu di Jerman. Memang putra dari Papa Dika itu sangatlah istimewa. Bagaimana Ghea tidak sangat mendamba cowok itu coba? Selain tampan Pak Geri juga punya otak yang sangat brilian.
"Nggak, Om. Saya sekarang ini mengajar di SMA." Jujur Geri dengan sangat percaya dirinya. Membuat Papa Jordan dan Mama Sora melongo tidak percaya.
"Ah, iya, saya belum bercerita kan, ya, kalau Geri ini punya misi untuk mengajar di SMA Garuda." Jelas Papa Dika tidak ingin terjadi salah paham dengan Geri.
Padahal mah Papa Jordan dan Mama Sora gak akan masalah juga jika Geri belum kerja di perusahaan Papanya.
"Tapi Geri juga gak lupa dengan kewajiban utamanya sebagai calon penerus." Lagi, Papa Dika menjelaskan yang mendapat anggukan mengerti dari Papa Jordan.
"Tapi, ngomong-ngomong, Ghea kemana, ya, kok dia lama sekali ke toiletnya?" Adalah Mama Dian. Kepalanya celingukan ke setiap ruangan di dalam sana.
"Di, tolong kamu susul Ghea ke toilet!" titah Papa Dika pada Adi yang sedari tadi hanya menyimak asyik saja.
"Toilet wanita, Om?" Bukannya apa, tapi jika Adi menyusul Ghea dan mencarinya ke toilet cewek. Gimana dengan reputasinya yang selama ini ia jaga akan privasi seorang wanita.
"Bukan, Di, toilet cowok. Ya iya dong toilet cewek. Masa Ghea ke toilet cowok. Yang benar saja kamu." celetuk Mama Dian.
"Tapi tadi saya lihat Ghea bukan pergi ke toilet. Tapi ke luar dari pintu masuk restoran," ujar Geri seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang ia duduki.
Spontan, Mama Sora berdecak seraya mengambil ponsel dari dalam tasnya untuk menghubungi Ghea.
Sedangkan saat ini Ghea sedang berada di dalam taksi. Ia kabur dari pertemuan perjodohan orang tuanya.
"Ish ... Mama ngapain sih pake nelponin mulu, bikin mood gue mudar aja deh." Satu panggilan dari sang Mama Ghea rijek. Ia tidak ingin menerima telpon dari siapa pun saat ini. Karena masih menghindari perjodohan tersebut.
"Eh ... tapi, tadi Pak Geri ngapain, ya ke restoran?" Nah kan jadi ingat Pak Geri lagi. Ghea mengesah pelan seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi penumpang. "Andai aja cowok yang mau dijodohin sama gue itu Pak Geri. Bakal langsung gue terima, yakin."
Satu pesan masuk ke ponsel Ghea. Dengan ogah-ogahan Ghea mengambil ponsel lalu membuka pesan masuk itu.
"Kamu kabur? Awas aja nanti di rumah, Ghea!"
Peringatan dari Mama Sora membuat Ghea bergidik ngeri. Siap tidak siap Ghea harus menyiapkan dirinya untuk disidang sang Papa dan Mama di rumah.
**
"Malu-maluin, kamu itu, Ghea. Ya ampun. Apa mau kamu itu sih? Papa malu tahu kamu kabur dari acara makan malam."
Benarkan, Papa Jordan menyidang Ghea.
Iya, pagi ini Ghea tengah duduk menunduk di ruang tengah sembari menutkan jari-jemarinya. Bisa apa lagi cewek itu selain diam?
"Maaf, Pa. Tapi kan aku udah bilang kalau aku gak mau dijodohin. Aku udah suka sama seseorang." Jujur Ghea pada Papa Jordan dan Mama Sora. Ia tidak berani mendongakan wajahnya. Ghea terlalu takut untuk melihat wajah Papa dengan sejuta kemarahannya.
"Ghea, tapi perjodohan ini sudah lama sekali direncanakan. Papa sama Mama gak mungkin membatalkannya. Kamu harus ngerti juga dong, Ghe!" Kecewa, sumpah Ghea tidak bermaksud mengecewakan kedua orang tuanya. Tapi Ghea juga tidak bisa memaksakan perasaannya lalu begitu saja menerima cowok yang sama sekali Ghea gak mau.
"Maaf, Ma, Pa." Hanya itu yang mampu Ghea katakan.
"Sebagai hukumannya, kamu harus minta maaf sendiri sama calon mertua kamu!"
"Hah? Kemana, Ma? aku kan gak tahu keberadaan Om Dika sama Tante Dian."
"Ini," Mama Sora menyodorkan secuil kertas pada Ghea. "Ini apa, Ma?" Ghea bertanya sembari mengambil secuil kertas yang ada di atas pangkuannya.
"Itu alamat Papa Dika. Nanti siang kamu harus pergi ke sana. Minta maaf. Dan jangan malu-maluin Mama sama Papa lagi! Ngerti?"
"Insya Allah, Ma. Ghea gak janji, ya." Lalu cewek itu bangkit dan berlari masuk ke dalam untuk masuk ke dalam kamarnya.
"GHEA!"
Papa Jordan hanya bisa menggeleng dan mengelus dadanya saja. Ia harus lebih sabar menghadapi putri absurdnya itu.
TBC
Wkwkwk sans ya tayang. Neneng selebor sama Babang guru bakal di pertemukan dengan hal yang tak terduga. Makanya jangan lupa untuk di masukan favorit biar gak ketinggalan dengan UP terbarunya. Like komennya tayang. Hikssssss
mengecewakam
Sukses bwt karyanya