NovelToon NovelToon
Gadis Rasa Janda

Gadis Rasa Janda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengasuh / Ibu susu
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: MahaSilsi24

Hutang pinjol 120 juta menjerat Juwita, padahal ia tak pernah meminjam. Demi selamat dari debt collector, ia nekat jadi pengasuh bayi. Tapi ternyata “bayi” itu hanyalah boneka, dan majikannya pria tampan penuh misteri.

Sebuah kisah absurd yang mengguncang antara tawa, tangis, dan cinta inilah perjalanan seorang gadis yang terpaksa berperan sebagai janda sebelum sempat menikah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MahaSilsi24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesedihan Juwita Kekhawatiran Zergan

Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya. Hujan baru saja reda, menyisakan aroma tanah basah yang masuk lewat jendela kamar. Juwita duduk di tepi ranjang, memeluk boneka Princess yang kini sudah mengenakan kalung kecil berbentuk bintang. Kilauan perhiasan itu membuatnya sesaat lupa pada segala beban yang menghimpitnya.

Namun kenyataan cepat kembali menampar. Pesan-pesan mengancam dari debt collector terus menghantui pikirannya. Kata-kata kasar yang baru saja ia baca masih berputar-putar di kepalanya.

“Nyawa taruhannya.”

Dada Juwita terasa sesak. Ia menutup wajah dengan kedua telapak tangan, berusaha menahan tangis agar tidak terdengar oleh siapa pun. Tapi air matanya menetes juga, membasahi ujung jari.

Di ruang lain, Zergan sedang duduk santai dengan laptop terbuka. Namun bukan pekerjaan yang ia perhatikan, melainkan layar CCTV. Kamera yang menyorot kamar bayi itu jelas memperlihatkan gerak-gerik Juwita. Saat melihat Juwita menunduk, bahunya bergetar, dan tangannya menutup wajah, Zergan spontan menegakkan tubuhnya.

“Ada apa dengan dia?” gumamnya lirih.

Rasa penasaran bercampur cemas membuat Zergan hampir saja berdiri untuk menghampiri Juwita. Tapi langkahnya tertahan. Ia sadar, hubungan mereka hanya sebatas majikan dan pekerja. Masuk terlalu dalam bisa menimbulkan kesalahpahaman.

Meski begitu, hatinya tetap tidak tenang.

Keesokan paginya, suasana rumah tampak normal. Juwita seperti biasa sibuk menyiapkan sarapan Princess dan membereskan kamar. Wajahnya dipaksa ceria, tapi matanya bengkak bekas menangis semalaman.

Desi, yang baru saja turun dari kamarnya dengan pakaian baru hasil belanja kemarin, langsung menyadari perubahan itu.

“Wit, kau kenapa? Matamu kayak panda,” sindir Desi sambil terkekeh.

Juwita tersenyum kecut. “Gak apa-apa, cuma kurang tidur aja.”

“Alah, jangan bohong sama aku. Kau tuh dari dulu kalau ada masalah pasti mukamu keliatan jelas. Jadi, ngomong aja,” desak Desi.

Akhirnya, Juwita menarik napas panjang. Mereka berdua duduk di dapur, menunggu air panas mendidih untuk membuat teh. Dengan suara lirih, Juwita mulai bercerita.

“Des… aku… aku lagi dikejar debt collector kemarin tuh. Hutangku banyak. Saking banyaknya, aku gak tahu harus mulai dari mana. Kemarin mereka ngancam nyawa. Mana mereka makin nambah bunga kalo telat 3 bulan.”

Mata Desi langsung membesar. “Astaga, nambah seberapa banyak sih?”

“Seratus dua puluh juta kan awal. Kalau telat bayar, jadi seratus lima puluh.”

Desi hampir tersedak oleh ludahnya sendiri. “Serius, Wit? Duit segitu mana kau bisa bayar?”

“Aku juga gak tahu,” jawab Juwita lirih, matanya berkaca-kaca. “Aku cuma berharap dengan kerja di sini, aku bisa nyicil. Aku janji kok, pelan-pelan pasti lunas.”

Desi menggigit bibir, tidak tahu harus berkata apa. Dalam hatinya, ada rasa iba. Tapi di sisi lain, ia juga merasa sedikit lega. Setidaknya Juwita punya masalah besar itu artinya kesempatan Desi mendekati Zergan bisa lebih terbuka. Ia ingin tidur di kamar lebih enak terutama kamar Princess.

“Ya ampun, Wit. Tapi jangan bilang siapa-siapa ya. Apalagi sama Tuan Zergan. Nanti kau bisa-bisa dipecat.”

Juwita mengangguk cepat. “Aku tahu, makanya aku gak berani cerita. Aku cuma cerita sama kau, Des.”

Desi menepuk bahu temannya itu, berpura-pura menenangkan meski dalam hati terselip rasa iri sekaligus puas.

Desi memang awalnya tidak ingin memberitahu, siapa sangka debt collector itu datang dengan sendirinya.

Siang harinya, Zergan pulang lebih cepat dari kantor. Alasannya sederhana ia ingin memastikan keadaan rumah. Entah mengapa, sejak semalam pikirannya tidak bisa lepas dari raut wajah murung Juwita.

Begitu masuk, ia mendapati Juwita sedang menidurkan Princess di buaian kecil. Gerakan lembut Juwita, senyum hangat yang ia paksakan untuk bayi itu, membuat hati Zergan terasa aneh.

“Dia selalu tampak kuat tapi semalam jelas-jelas aku lihat dia menangis.”

Tanpa sadar, Zergan melangkah mendekat. “Juwita.”

Suara beratnya membuat Juwita kaget. Ia menoleh cepat, hampir menjatuhkan botol susu dari tangannya.

“T-Tuan, sudah pulang?” tanyanya gugup.

Zergan menatapnya dalam. “Kau kelihatan lelah.”

“Gak kok, Tuan. Saya baik-baik aja,” jawab Juwita cepat, matanya menghindar.

“Tapi semalam aku lihat…” kalimat itu hampir meluncur, tapi Zergan buru-buru menahannya. Ia tak mungkin bilang kalau ia mengawasi lewat CCTV. “Maksudku, semalam aku dengar kau gelisah.”

Juwita tercekat. Jantungnya berdegup kencang. Apakah Zergan tahu? Tidak, tidak mungkin. Ia harus menutupi semuanya.

“Ah, cuma mimpi buruk, Tuan. Gak ada apa-apa.”

Zergan menatapnya lama, seakan ingin menembus kebohongan itu. Tapi akhirnya ia hanya mengangguk pelan.

“Kalau begitu istirahatlah sebentar. Aku jaga Princess dulu.”

Juwita ingin menolak, tapi Zergan sudah duduk di kursi, mengayun buaian dengan hati-hati. Tatapan mata pria itu serius, namun ada kelembutan yang sulit dijelaskan.

Untuk sesaat, Juwita merasa aman.

Malam kembali tiba. Setelah semua pekerjaan selesai, Juwita masuk ke kamarnya. Ia memberanikan diri menyalakan ponsel. Tak lama, notifikasi pesan masuk bertubi-tubi.

“Jangan coba-coba lari.”

“Kami tahu kau kerja di rumah orang kaya. Siap-siap aja.”

“Ingat, tiga bulan. Kalau tidak, polisi pun gak bisa menolongmu.”

Juwita gemetar membaca itu. Kata-kata terakhir membuatnya merinding seolah debt collector itu akan datang ke rumah majikannya.

“Apa mereka mengintai aku?”

Air matanya menetes lagi. Ia merasa seluruh tubuhnya lemas. Ketakutan semakin menjadi-jadi. Ia menutup wajah dengan bantal, mencoba menahan isak tangisnya agar tidak terdengar siapa pun.

Namun tanpa ia sadari, Zergan kembali menatap layar CCTV dari ruang kerjanya. Ia melihat Juwita terisak lagi, tubuhnya bergetar, wajahnya tenggelam di bantal.

“Ini sudah bukan sekadar masalah biasa. Dia benar-benar tersiksa,” gumam Zergan, hatinya makin tak tenang.

Untuk pertama kalinya, Zergan berpikir haruskah aku ikut campur?

Keesokan paginya, suasana rumah mendadak ramai. Seseorang mengetuk gerbang keras sekali, membuat semua orang kaget. Santi yang kebetulan sedang membersihkan teras buru-buru melihat ke luar.

Dua pria asing berdiri di depan pagar. Wajahnya kasar, tatapannya tajam.

“Kami mau ketemu Juwita!” teriak salah satunya.

Santi bingung. “Siapa kalian?”

“Temannya. Suruh dia keluar!”

Satpam yang menjaga rumah itu pun ikutan marah. "Kenapa kalian bisa masuk ke komplek ini? Pergi sana jangan ganggu keamanan rumah ini!" mengingat jika masuk komplek ini perlu izin dari pos depan. Anehnya mereka malah masuk sembarangan.

Zergan yang sedang sarapan langsung berdiri. Wajahnya berubah dingin. “Ada apa ini?”

Pria itu menatap Zergan dengan sinis. “Oh, jadi ini benar rumah majikan dia, ya? Suruh Juwita keluar sekarang juga!”

Desi yang mendengar ribut-ribut itu bergegas menghampiri, sementara Juwita yang baru turun dari tangga langsung pucat pasi. Tubuhnya gemetar hebat.

“Tuan … itu … itu mereka …” bisiknya, hampir tanpa suara.

Zergan menoleh cepat, menatap Juwita dengan tajam. Hatinya langsung menghubungkan semua potongan puzzle, tangisan malam, wajah murung, sikap gelisah.

“Jadi ini masalahmu?”

Juwita menunduk, air matanya jatuh tanpa bisa ditahan. Ia tidak sanggup menjawab.

Zergan mengepalkan tangan. Ia tidak suka melihat siapa pun membuat rumahnya kacau, apalagi mengganggu Juwita dan anaknya.

Dengan langkah tegas, ia berjalan ke arah pintu depan.

1
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
Zainab Ddi
🤣🤣🤣🤣emang enak Juwita ketahuan ngomongi xergan
Hesty
ka bikin desi diusir.. jgnada pelakorrrr...
Zainab Ddi
wah Juwita kelabakan nih mau dipecat 🤣🤣🤣
Zainab Ddi
sama author aku suka ceritanya lucu kadang bikin ketawa sendiri 💪🏻💪🏻💪🏻
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah xergan terima lg deh
Zainab Ddi
author makasih Uda update banyak ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
mami Malinau dan papinya bahagia melihat zergan
Zainab Ddi
author seneng banget update nya banyak🙏🏻🙏🏻😍😍😍💪🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita pake acara nyanyi lg gimana zergan ngak kerawa
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah Juwita lansung bertindak demi utang Uda dikubasin bikin Desi tambah iri nih
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah jangan Juwita disuruh jdi istrinya nih semoga ya
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
callyouMaijoi: makasih ya udah setia menunggu ceritanya 🥰
total 1 replies
Zainab Ddi
kaysky Desi nih ngasih tahu def kolektor biar Juwita di usir Dedi kan iri
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!