NovelToon NovelToon
Ujug-ujug Punya Tiga Suami

Ujug-ujug Punya Tiga Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Nikahmuda / Satu wanita banyak pria / Harem / Mengubah Takdir
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Mega Biru

Duit tinggal ceban, aku ditawarin kerja di Guangzhou, China. Dengan tololnya, aku menyetujuinya.

Kupikir kerjaan itu bisa bikin aku keluar dari keruwetan, bahkan bisa bikin aku glow up cuma kena anginnya doang. Tapi ternyata aku gak dibawa ke Guangzhou. Aku malah dibawa ke Tibet untuk dinikahkan dengan 3 laki-laki sekaligus sesuai tradisi di sana.

Iya.
3 cowok itu satu keluarga. Mereka kakak-adik. Dan yang paling ngeselin, mereka ganteng semua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mega Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Membuka mata perlahan, aku gak lagi melihat kerlap-kerlip lampu mentega yang menari di udara. Yang kulihat hanyalah langit-langit kamar dengan ukiran khas, tampak familiar.

“Kok aku udah di sini?” gumamku lirih.

Perlahan aku bangkit sedikit, memegang kepala yang masih pusing. Tapi begitu pandanganku mulai fokus, jantungku seakan berhenti sepersekian detik.

”Kalian?”

Aku terkejut melihat ke tiga putra Dorjen sedang mengelilingi ranjangku. Sonam di sisi kiri, Tenzin di kanan, dan Norbu di ujung ranjang. Ke tiga pria itu menatapku intens, tak berkedip sedikitpun.

”Kalian sedang apa?” Refleks menyilangkan tangan di dada. ”Kalian gak ngapa-ngapain aku, kan?”

”Ngé tso khyed la nökyön chik yang ma tang,” jawab Sonam.

”Ngé-tso khyed la takché yö ma-re,” sambung Norbu.

”Khyed la dé-po yö-pé?” tambah Tenzin.

”Hah?” Aku mengernyit, gak ngerti apa yang mereka katakan.

”Kok jadi kayak gini? Perasaan kemaren aku ngerti mereka ngomong apa," gumamku bingung, ada sensasi cenut-cenut di kepala.

Tenzin tiba-tiba melangkah mendekat. Ia pun duduk di sampingku. Putra ke dua itu memandangku dengan tatapan yang bisa membuat wanita mana pun klepek-klepek.

”Kamu mau apa?” Aku teepaku pada matanya. Pandangan itu sukses membuatku tenggelam dalam auranya.

Tanpa menjawab, Tenzin tiba-tiba mengangkat satu tangannya, lantas menyentuh telingaku. Membuatku merinding.

”Kamu mau apa, Tenzin?” tanyaku gugup.

Tenzin tetap tak menjawab pertanyaanku. Ia menggerakan lengannya di telingaku, sangat cukup membuat seluruh udara seperti menekan dada. Wajahnya yang selalu tenang itu semakin bikin jantungku berisik, namun tiba-tiba Tenzin memasang ear translator di telingaku.

”Oh iya belum pakai ear translator. Pantes aja mereka ngomong pake bahasa planet,” batinku.

Saat memasang, wajah Tenzin semakin mendekat ke pipiku. Tubuhnya yang tinggi membuatnya harus menunduk sedikit, napasnya pun berhembus hangat di wajahku, lanjut menghidupkan alat di telingaku.

“Kamu harus pakai ini,” ujar Tenzin. Akhirnya aku ngerti dia ngomong apa, karena ucapannya langsung tertranslate di telinga.

”EKHEM!”

Sonam dan Norbu tiba-tiba berdehem kompak, keras dan penuh makna, sampai aku refleks tersentak. Kedua pria itu pun menatap Tenzin dengan tatapan tajam, seperti menyuruhnya menjauh dariku.

“Jangan curi start,” ujar Sonam sambil menatap Tenzin.

Tenzin langsung menegakkan tubuh, mundur perlahan, lalu kembali ke posisi semula seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal jantungku masih berdebar karena ulahnya barusan.

“Kondisimu bagaimana sekarang?” tanyanya Sonam.

“Apa masih pusing? Atau mual?” sambung Norbu.

Aku menggeleng. “Udah mendingan. Cuma sedikit pusing.”

“Semalam kamu sangat parah,” sahut Norbu.

Aku langsung tegang. “Parah kenapa?”

“Kamu bilang, mau daftar jadi istri magang di keluarga Dorjen?” sahut Sonam.

”Aku bilang gitu?” Aku gak ingat sama sekali.

”Kamu juga puji kami tampan,” kata Tenzin.

"Iya, bahkan kamu bilang Tenzin suami ke dua kamu," sambung Norbu.

Aku menggaruk kepala pelan. Gak ingat pernah bicara begitu. Tapi jika dibayangkan, aku pasti kelihatan kayak orang o'on yang mabuk di depan mereka.

”Duh, malunya," gumamku sangat pelan.

”Lupakan saja kalau tidak ingat. Kami berkumpul di sini karena ingin bertanya sesuatu pada kamu,” ujar Sonam.

”Mau tanya apa?” Entah kenapa jantungku jadi deg-degan takut.

”Ini hari ke dua kamu di sini. Kamu masih ingat kesepakatan awal? Kami beri kamu waktu tiga hari untuk berpikir mau jadi istri kami, atau tidak.”

”Iya, aku ingat. Memangnya kenapa?” tanyaku.

”Tolong berikan jawaban itu sekarang. Karena kalau kamu setuju, besok acara pernikahan kita akan dimulai,” jawab Sonam.

Aku terkejut setengah mampus. Bahkan belum sempat memikirkan langkah yang harus kuambil. Namun tiba-tiba pintu kamarku terbuka, ada Deti yang terkejut melihatku dikelilingi tuan rumah.

”Deti,” panggilku berbisik, berharap Deti masuk dan membantuku membuat keputusan.

”Maaf ganggu," kata Deti, tampak tak enak hati.

”Tunggu dulu di luar. Kami sedang membicarakan hal penting.” Sonam mengusir Deti secara halus.

”Baik, maaf sudah mengganggu.”

Deti kembali menutup pintu, membuat jantung kembali terpacu. Ke tiga pria yang ingin mempersuntingku itu pun kembali menatapku, menunggu jawaban yang aku sendiri masih ragu.

”Apa keputusanmu?” tanya Norbu.

Aku terdiam, mencari jawaban di dalam pikiran. Tapi dalam hati, aku ingin hidupku lebih baik, ingin kaya raya tanpa harus banting tulang, dan gak ingin jadi gembel lagi seperti dulu.

”Kamu mau kan, jadi istri kami?” tanya Tenzin.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!