Follow ig~ mazarina_asrifaris
Kesalahan satu malam yang membuat kehidupan Disya Anggita jungkir balik menata kehidupannya.
Melewati satu malam dengan kekasihnya mungkin sedikit tidak masalah dan dibilang wajar. Namun melewati satu malam bersama pria asing yang tidak dikenalinya ini konyol namanya.
Gara-gara salah masuk apartemen tetangganya Disya harus kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam dirinya. Disya syok seketika mengetahui pria tersebut?
"What! Kamu?" tentu saja keterkejutan itu hanya boleh ia ucapkan dalam hati.
"Aku akan bertanggung jawab!" ~> Daharyadika Ausky
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30
"Nah itu dia Rayyan datang," seru Gerald semangat. Semua mata tertuju pada seseorang yang baru saja mendekati lapangan.
"Hai bro, sorry ... nunggu lama ya?" sapa Rayyan seraya ber fist fight dengan teman-temannya.
"Wih ... bawa cewe lo, makin bening aja," ujar Gerald genit. Mereka berdua menjabat tangan Disya secara bergantian.
Berbeda dengan seorang pria nampak termangu syok di tempat dengan raut muka keruh dan tanda tanya. Menatap Disya dengan pandangan yang sulit diartikan, membuat gadis itu menunduk kaget, cukup terkesiap, malu dan bingung dalam bersikap. Seperti seseorang yang tengah tertangkap basah selingkuh padahal sudah jelas tidak ada hubungan apapun di antara keduanya selain hubungan dosen dan mahasiswa.
"Sayang ini kenalin sahabat aku, kalau Gerald dan Bara kan udah pernah lihat kan kalau yang ini sahabat aku juga, namanya Sky, dia dosen di kampus kamu sayang," jelas Rayyan.
"Sky ... kenalin ini calon istri gue? Barang kali lo ngajar di kelas Disya jangan galak-galak dia cewe gue," ujarnya bangga.
"Hai ... aku Sky, kamu mahasiswi aku, 'kan?"
Sky mengulurkan tangannya meminta dijabat. Manik mata hitamnya menyorot tajam dan dingin, membuat perempuan itu bisa merasakan aura yang terasa begitu mencekam dan kaku. Disya terlihat bingung dan rasanya ingin nangis guling-guling saja.
Poor you Disya Anggita ....
"Disya." Gadis itu menyebut namanya sendiri namun tidak membalas uluran tangan Sky, sehingga pria itu menarik tangannya kembali.
"Sayang aku main dulu ya, kamu bisa tunggu di sana." Rayyan menunjuk kursi penonton. "Atau di mana pun yang penting kamu nyaman," ujarnya seraya mengacak rambut Disya pelan, mulai berjalan menjauh dengan tatapan penuh cinta dan senyum sayang.
Disya hanya mengangguk patuh lalu berjalan mendekati kursi penonton. Di sana juga lumayan ramai, kebanyakan cewe-cewe mereka yang tengah menjadi supporter untuk pacarnya.
Sementara Sky menatap tajam gadis yang sejak kedatangannya tidak berani menatap matanya. Rayyan dan teman-temannya sudah berbaur menjadi satu di lapangan, mereka tengah melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum mulai permainan.
Mata dan gerakannya awas mengenai bola, tapi hatinya fokus pada cewe yang terlihat gusar duduk di tribun penonton. Babak pertama dimulai dengan santai. Pertandingan random mengisi kegiatan dengan olahraga di waktu luang jadi seharusnya cukup enjoy untuk tim keduanya. Dua puluh menit berlalu kini mereka tengah beristirahat sebentar.
Rayyan langsung menghampiri Disya yang terlihat membawa botol air mineral. Diikuti Sky dan teman-temannya menuju pinggir lapangan.
"Minumnya kak?" tawar Disya menyodorkan air mineral ke arah Rayyan.
"Aku mau dong, haus."
Sky langsung menyambar minuman yang dibawa Disya. "Sorry bro, buat gue ya ... panas!" ucapnya seraya menatap Disya datar. Gadis itu menelan salivanya gugup, antara kesal dan juga takut.
"Oh ... ya nggak pa-pa, gue juga nggak terlalu haus," ujar Rayyan cuek. Disya mendelik kesal ke arah Sky yang nampak santai meminum minuman yang ia sediakan untuk Rayyan.
"Sayang ... keringetan, lapin dong," ujar Rayyan tersenyum manjah.
"Aduh ... panas-panas, main lagi yok!" ujar Sky langsung menyeret Rayyan ke tengah lapangan. Disya yang sudah bergerak dengan handuk di tangannya pun cukup dibuat melongo dengan sikap pria itu.
Pluto ngeselin banget sih ....
"Eh bentar bro, gue belum sempet dilapin nih. Bentar ya sayang aku main lagi!" teriaknya semangat. Disya hanya tersenyum simpul.
Sky benar-benar kesal, babak kedua ia main dengan sangat buruk. Tendangan selalu meleset dan terlihat tak tenang. Sudut matanya menangkap bayangan Disya yang tengah duduk dengan santai.
2 x 20 menit pertandingan diakhiri, dan mereka memilih untuk beristirahat sembari ngobrol akrab. Ada yang langsung pulang, ada juga yang lanjut jalan. Rayyan yang sudah selesai pun langsung menghampiri Disya.
"Kak, aku ke toilet bentar ya," pamit Disya lalu berjalan keluar dari penonton dan seketika Sky juga meminta waktu untuk keluar lapangan dengan alasan ingin ke toilet.
Sky berjalan cepat menuju toilet, di mana Disya tengah berada di dalam salah satu toilet wanita. Sementara gadis itu nampak tenang mencuci tangannya. Toilet wanita tampak sepi bahkan nyaris tak ada orang yang berlalu lalang di sana. Selain Disya hanya ada satu, dua orang yang terlihat.
Sky tidak peduli yang ia masuki adalah toilet wanita. Ia begitu tenang menunggu Disya di pintu keluar.
Disya yang baru keluar dari toilet pun nampak begitu tenang, berjalan keluar dengan santainya.
Grep
Seseorang tengah menarik tangan Disya dan langsung membawa masuk ke dalam salah satu ruang ganti wanita. Disya yang mendapat serangan tak terduga pun hampir menjerit karena kaget.
Shhhtt
"Jangan teriak Sya, ini aku," ujar pria itu melepaskan tangannya yang menutup mulut Disya.
"Bapak apa-apa sih?" Disya mendelik kaget begitu menyadari itu Sky.
"Sudah berapa lama kamu jalan sama Rayyan? Kamu tahu dia adalah sahabat aku?" ujarnya mengurung tubuh Disya di dinding tembok.
Kepo banget sih, urusannya apa coba?
"Minggir nggak, saya mau keluar!" ujar Disya galak.
Sky bergeming menatap mata Disya lekat.
"Lihat aku Sya, tatap mata aku?" ujar Sky mengikis jarak.
Disya tetap membuang muka ke samping, tidak berani menatap mata pria yang berjarak beberapa centi meter itu.
"Besok aku mau ke rumah kamu dan bilang sama orang tua kamu, kita akan menikah secepatnya," bisiknya dengan serius mengendus wajah Disya dengan aura dinginnya.
Disya terkekeh mencemooh. "Bapak sudah gila, kan saya sudah bilang saya tidak mau menikah sama Bapak. Saya mau menikah dengan calon suami saya Pak?"
"Iya, calon suami kamu saya, Disya? Kamu bahkan sedang hamil anak saya."
Disya mendelik kesal, "Siapa yang hamil sih? Nggak usah ngadi-ngadi deh?"
"Aku mau tanggung jawab," ujar Sky serius.
"Bapak nggak perlu repot-repot, karena aku nggak ham—!"
"Sya ...!" Itu suara Rayyan yang menyerukan nama Disya.
"Saya juga bakalan bilang sama Rayyan tentang kita, saya yakin Rayyan tidak bisa menerimanya," ujarnya dengan nada penuh penekanan.
"Bapak apa-apa sih, jahat tahu nggak?" Disya mendorong tubuh Sky agar berjarak.
"Jangan banyak bertingkah, kita akan segera menikah dan pastikan kamu bersedia," ujar pria itu menyeringai.
"Sya! Sayang ... Disya!" teriak Rayyan memanggil kekasihnya.
Pria itu nampak cemas mencari Disya, karena gadis itu tak kunjung kembali dan terasa lama. Rayyan pun sampai menyusul ke toilet perempuan.
Sky meletakkan jari telunjuknya di mulut Disya, menyuruh gadis itu tetap diam dan jangan menyahut panggilan Rayyan.
Tok tok tok
"Sya, kamu di dalam!" teriak Rayyan cemas.
sungguh mantap sekali 🌹🌹🌹🌹
terus lah berkarya dan sehat selalu ✌️
knp gak jd sm rayyannnn