Dendam Membawa Cinta

"Lo bisa coba melamar disana, kali aja keterima.

itu akan mempermudah lo buat cari tau tentang Daren de Castello. Lo tau sendiri meskipun posisi gue sebagai asistennya, tapi Daren tidak pernah mengizinkan siapapun masuk ke dalam ruang lingkup pribadinya."

Angen terdiam memikirkan perkataan Adrian. Hatinya sedikit ragu menerima tawaran itu, namun tekadnya untuk membalaskan penderitaan kakaknya sangatlah kuat. Emosi membara terlihat begitu jelas di mata bulat berwarna cokelat terang itu.

Ken menatap Angel dengan diam. ia tidak setuju jika sampai kekasihnya masuk di lingkaran perusahaan iblis milik Dare. ia tahu spek terjang Daren selama ini seperti apa, lelaki itu bukanlah orang yang bisa di ajak main-main.

selain di dunia bisnis yang terkenal. Daren juga terkenal di dunia bawah, psikopat kejam berdarah dingin yang tak kenal ampun. Tidak ada wanita di hidupnya, tidak ada cinta di dalam hatinya.

"aku tidak setuju. " ujar Ken dengan datar. matanya menatap Adrian dengan dingin, meskipun ia tahu Adrian berniat membantu angel tapi hal itu mempunyai resiko yang sangat besar. jika sampai angel kenapa-napa apa yang bisa dia lakukan nanti?

"heyy dude.. jangan ikut campur urusan angel. kau memang kekasihnya tapi ini merupakan hal angel. terserah dia mau melakukan apa. Lagipula kau sudah beristri, manjakan saja istrimu jangan selalu menempel pada Angel." ucapan Adrian terasa menohok di dadanya. Ya Ken memang sudah menikah dengan wanita pilihan keluarganya satu tahun yang lalu. Namun, pernikahan itu adalah pernikahan bisnis yang tidak dia inginkan sama sekali ia melakukan itu semua hanya agar orang tuanya tidak mencelakai angel.

Jangankan mencintai wanita yang berstatus sebagai istrinya bertegur sapa pun dia tak sudi. dia tidak peduli dengan istrinya, ia membebaskan segala tingkah dan kegiatan apapun yang mau di lakukan selama tidak mengganggu kenyamanan angel. Ya baginya prioritas utama adalah Angel.

"cihh. tau apa kau tentang pernikahanku."

Adrian menatap sinis Ken, tentu saja dia tahu segalanya tentang kedua sahabat di depannya ini. sejujurnya hatinya merasa iba pada kedua insan yang berstatus sebagai sahabat ini namun ia juga tidak punya power yang kuat untuk melawan keluarga Ken.

"sudahlah.. apa yang di bilang Adrian ada benarnya juga Ken. jika aku terang-terangan menyerangnya sudah pasti aku akan mudah di bunuh. tapi... " Angel terdiam sesaat pikitannya menerawang jauh mengingat kondisi kematian kakaknya.

"jika kita bisa mengambil kepercayaannya dan menusuknya secara perlahan bukankan itu akan membuatku aman untuk sesaat. lagipula di hancurkan secara perlahan lebih menyakitkan daripada kematian. " tekad angel sangatlah teguh, sorot dendam menyala di mata.

Adriaan menatap angel prihatin, keluarga satu-satunya yang dimiliki Angel meninggalkan dirinya karena pria bernama Daren yang tak lain adalah atasanya sendiri. ia sebenarnya berasal dari keluarga kaya kedua orang tuanya juga memiliki perusahaan besar yang memang terkenal namun dengan rapat dia menyembunyikan identitasnya dari Daren. ia bekerja sebagai asisten di perusahaan itu bukan semata-mata karena menginginkannya tapi karena permintaan Angel untuk membantu mengungkap kasus kematian kakaknya. Seren cate yang meninggalkan tragis 3 tahun yang lalu.

"angel.. jangan gegabah. " Angel menatap Ken dalam diam. ia paham tentang kekhawatiran pemuda itu namun sebelum dendam kak Seren terbalaskan ia tidak akan pernah hidup dengan tenang. Seren harus mendapat keadilan.

Dengan lembut angel meraih pergelangan tangan Ken.

"kamu percaya aku kan Ken? " Ken terdiam sesaat. ia ragu.

"tapi... " belum sempat Ken berbicara angel sudah kembali memotongnya.

"sttt... " jari telunjuk angel menutup mulutnya membuat Ken langsung terdiam.

"aku akan baik-baik saja Ken. aku janji setelah aku membalaskan dendam ku aku bersedia kawin lari bersamamu. meninggalkan Indonesia sejauh mungkin. "

"pikirkan baik-baik angel. "

angel menganggukan kepalanya, menatap Adrian untuk beberapa detik.

"adrian gue akan pertimbangkam ini semua.

nanti gue kabarin kelanjutannya. gue pamit dulu."

adrian menganggukan kepalanya. angel dan Ken pamitan lalu beranjak pergi meninggalkan cafe itu. Adrian hanya diam mrmandang punggung mereka berdua yang sudah mulai menjauh.

"maafkan aku angel. " gumamnya dengan lirih.

*****

Ken dan angel sudah berada di dalam mobil namun mesin masih belum dinyalakan. keduanya sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing.

"Aku kurang setuju dengan ide Adrian. " ucap ken tiba-tiba. matanya memandang jalanan yang mulai padat. Angel menoleh namun tidak menjawab perkataan Ken.

"Daren bukanlah orang sembarangan angel. kita tidak bisa mempermainkan dia, harus ada rencana yang matang dengan segala konsekuensinya. "

Angel menatap ken dalam diam. dalam hatinya ia menyetujui perkataan itu, namun tawaran Adrian juga tidak bisa di abaikan begitu saja. ini adalah salah satu kesempatan untuk dirinya agar bisa masuk lebih dekat pada Daren de Castello. Laki-laki misterius yang sangat sulit untuk di jangkau.

"Akun tahu itu sayang. Makanya ini adalah salah satu kesempatanku untuk bisa membalaskan dendam kak seren. jika tidak saat ini, maka kapan? aku rasa tidak ada waktu lagi. Kita bahas ini lagi nanti, untuk saat ini jalankan dulu mobilnya ken, Aku sudah lelah. " Angel menyandarkan kepalanya pada sandaran mobil. kedua matanya terpejam.

Mesin mobil sudah dihidupkan, tapi Ken tidak juga menginjak pedal gas. Ia hanya menatap lurus ke depan, rahangnya mengeras, napasnya tidak stabil. kekhawatiran dan ketakutan menguasai dirinya.

Angel meliriknya, menyadari betapa tegang pria itu.

“Ken,” panggilnya pelan namun menggoda.

Tidak ada jawaban. Ken tetap diam, tetapi jemarinya menggenggam kemudi terlalu keras. Angel tahu pasti apa artinya itu Ken sedang berpikir keras memikirkan perkataan Adrian.

Angel mendekat sedikit. “Kamu mau pulang… atau kamu mau aku yang buat kamu bergerak?”

Ken akhirnya menoleh, matanya gelap, dalam, dan jelas bukan mata seseorang yang sedang tenang. “Angel… jangan mulai lagi. ”

Angel tersenyum kecil, lalu membungkuk mendekatinya menarik kaos hitam yang di pakainya “jika aku tidak memulai, kamu tidak akan pernah jalan.”

Sebelum Ken sempat berkelit, Angel menangkap kerah bajunya lebih kuat dari yang pernah ia lakukan sebelumnya dan menarik wajah Ken mendekat. Tanpa ragu sedikit pun, Angel menabrakkan bibirnya ke bibir Ken.

Ciuman itu langsung beringas.

Angel menekan tubuhnya ke arah Ken, bibirnya bergerak cepat, dalam, tanpa memberi ruang untuk bernapas. Ciumannya berani, menuntut, seakan menuntut Ken mengakui sesuatu yang selama ini ia sembunyikan.

Ken terkejut satu detik.

Detik berikutnya, kendalinya runtuh.

Tangan Ken naik, mencengkeram pinggang Angel dan membalas ciuman itu dengan intensitas yang sama bahkan lebih dalam. Napas mereka saling bertabrakan, panas dan penuh gejolak. Angel menekankan tubuhnya lebih dekat lagi, membuat Ken menahan desahan rendah yang tidak sempat ia sembunyikan.

Angel tersenyum di tengah ciuman, merasakan bagaimana Ken akhirnya menyerah pada dirinya.

“Kamu…” Ken menarik diri sedikit, napasnya memburu, wajahnya memerah karena menahan diri yang sia-sia. “Jangan lakukan itu kalau kamu ingin aku tetap waras. ”

Angel menyentuhkan dahinya ke dahinya, bibirnya masih begitu dekat.

“Aku memang ingin kamu kehilangan kendali, Ken.”

Ia kembali merebut bibir Ken dengan ganas lebih liar dari sebelumnya dan kali ini Ken tidak lagi mencoba menahan apa pun.