Ini adalah kisah Si pemeran antagonis di dalam sebuah novel. Wanita dengan sifat keras hati, kejam, dan tidak pernah peduli pada apapun selama itu bukan tentang dirinya sendiri.
Seperti pemeran antagonis dalam sebuah cerita pada umumnya, dia ada hanya untuk mengganggu Si protagonis.
Tujuan hidupnya hanya untuk mengambil semua yang dimiliki Si protagonis wanita, harta, karir, kasih sayang keluarganya, bahkan cinta dari protagonis pria pun, ingin ia rebut demi misi balas dendamnya.
"Aku akan mengambil semua yang Karina dan Ibunya miliki. Aku akan membuat mereka menanggung karma atas dosa yang meraka perbuat pada Ibuku!" ~ Roselina ~
"Apa yang kau lakukan itu, justru membuat mu mengulang kisah Ibu mu sendiri!" ~ Arsen ~
"Ternyata, laki-laki yang katanya pintar akan menjadi bodoh kalau sudah berpikir menggunakan perasaannya, bukan otaknya!" ~ Roselina ~
Akankah Roselina Si wanita yang tak percaya dengan yang namanya cinta itu akan berhasil membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman
"Tunggu sayang!" Arsen menahan tangan Karin.
"Arsen, please!" Karin mencoba melepaskan tangannya dari Arsen. Dia juga menatap Arsen dengan matanya yang basah.
"Dengar sendiri kan apa yang Nenek dan Ibu mu katakan? Jadi tolong jangan menentang mereka. Aku nggak mau kalau kamu sampai jadi anak durhaka karena melawan mereka. Apalagi aku yang jadi alasan kamu melawan mereka!"
Karin memang mencintai Arsen, namun kalau keluarga Arsen tidak menginginkannya, tentu saja dia tidak akan memaksa. Terlebih, mereka menyinggung tentang status yang bukan anak sah dari keluarga Martinez
"Arsen, hentikan!" Suara Karin lebih tegas.
"Tolong hentikan semua ini. Sudah jelas sekali bagaimana tanggapan Ibu dan Nenekmu. Kita akhiri saja sampai di sini. Aku tidak mau memaksakan kehendak yang akhirnya menjadi tidak baik!"
"Sayang, aku..."
"Aku pulang!" Potong Karin dengan cepat, kemudian meninggalkan mansion keluarga Scott tanpa mempedulikan Arsen yang berusaha mengejarnya. Namun kebetulan ada sebuah taksi yang melintas sehingga Karin bisa langsung pergi dari sana.
Sampai di rumah, Karin langsung menangis dipelukan Ibunya. Air matanya tak juga mengering meski tadi di dalam taksi sudah menangis sejadi-jadinya sampai sopir tangisnya bingung sendiri
"Ada apa sayang, kenapa kamu menangis seperti ini?" Hilda tentu saja terkejut karena putrinya yang baru tiba langsung memeluknya dan menumpahkan tangisnya.
Karin tak kunjung menjawab. Hilda pun membiarkan Karin lebih tenang dulu sembari mengusap punggung Karin dengan lembut.
"Kenapa? Cerita sama Ibu!" Hilda mencoba mencari tau setelah Karin lebih tenang.
"Ibu, sepertinya hubungan ku dengan Arsen memang harus benar-benar berakhir!" Mata berkaca-kaca milik Karin menatap Hilda dengan pilu.
Karin menceritakan semuanya pada Ibunya. Tentang dirinya yang baru saja pulang dari mansion keluarga Arsen. Tentang ucapan Ibu dan Nenek Arsen yang menyakiti hatinya.
"Maafkan Ibu sayang, semua ini salah Ibu. Andai saja dulu Ibu tidak menerima Ayah mu lagi, mungkin jadinya tidak seperti ini" Hilda memeluk putrinya. Rasa bersalah itu semakin menggerogoti dirinya karena putrinya yang harus menanggung semua perbuatannya dulu.
"Tidak papa Ibu. Mungkin aku dan Arsen memang tidak berjodoh!"
"Ibu minta maaf karena tidak bisa berbuat apa-apa. Kakak mu dan Arsen sudah dijodohkan dari dulu. Biarlah mereka bersama, Ibu yakin suatu mendapat jodoh yang tepat suatu saat nanti!"
"Iya Bu. Meskipun sakit, aku makan berusaha untuk menerima semua ini!" Siapa yang tak sakit hati jika di posisi Karin saat ini. Dia harus merelakan kekasihnya menikah dengan Kakaknya sendiri karena terhalang restu dan status.
Meski Karin mencoba untuk ikhlas, namun tetap saja dia tidak bisa menahan rasa sakitnya itu.
🌺🌺🌺
"Apa Ibu sudah puas?" Arsen menatap kecewa pada Ibunya.
"Secepatnya Ibu akan datang ke rumah Rose untuk melamarnya. Keputusan Ibu dan Nenek sudah bulat!"
"Ibu!"
"Terserah kalau kamu mau melihat Nenek meninggal tanpa bisa melakukan wasiat dari Kakek mu!"
Arsen mengusap wajahnya dengan kasar. Dia tentu saja berat untuk melepaskan Karin, namun dia ditekan oleh kedua orang yang juga sangat berarti dalam hidupnya.
Arsen memilih pergi dari sana. Yang harus ia lakukan saat ini hanyalah meyakinkan Karin untuk bersabar menunggunya sebentar lagi. Arsen pikir, kalah meyakinkan keluarganya untuk membatalkan perjodohannya degan Rose sudah tidak bisa lagi. Maka dia harus meminta Rose untuk menolaknya.
Mungkin Arsen akan sangat kesulitan untuk membujuk Rose karena dia yakin Rose juga memanfaatkan kesempatan ini untuk menghancurkan hati Karin. Tapi Arsen tetap akan mencobanya.
Ckiitttt....
Suara decitan karena gesekan antara ban dan jalanan beraspal terdengar begitu nyaring. Badan Rose bahkan seperti terlempar ke depan karena dia menginjak remnya terlalu dalam. Untung saja tubuhnya terpasang seatbelt sehingga masih melindungi dirinya.
Rose menatap mobil yang berhenti tepat didepannya memotong jalan. Rose tau betul itu mobil milik siapa.
"Kau ingin mem*unuhku?!!" Geram Rose saat mereka sama-sama keluar dari mobil.
"Ada yang ingin aku bicarakan dengan mu!"
"Apa harus dengan cara seperti itu? Aku tau kau membenciku, tapi apa harus melakukan hal g*la seperti ini?!" Rose geram karena Arsen hampir membuat nyawanya melayang.
"Apa yang ingin kau bicarakan? Waktuku tidak banyak!" Rose merasa aneh karena Arsen menghalangi jalannya malam-malam begini.
"Aku mau kau membatalkan perjodohan antara kita berdua!" Pinta Arsen dengan sangat terus terang dan langsung pada intinya tanpa ingin berbasa basi sama sekali dengan wanita di depannya.
"Kenapa memangnya? Apa kekasih mu tidak mendapat restu dari Ibu dan Nenekmu?" Senyum mengejek langsung terlihat di bibir Rose.
"Kau sepertinya percaya diri sekali kalau aku mau menuruti permintaan mu ini? Padahal, seharusnya kau tau kan kalau ini justru akan jadi senjataku untuk membuat Karin dan Ibunya hancur. Kau tau dengan jelas kalau melihat penderitaan Karin adalah kebahagiaan ku!"
"Aku tidak tau lagi kenapa ada wanita seperti mu di dunia ini!"
"Ya ya, aku sudah biasa mendengar orang bicara seperti itu. Itu tidak akan berpengaruh sama sekali!" Rose tetap dengan gaya angkuhnya.
"Apa yang kau inginkan agar kau mau menolak perjodohan di antara kita?"
"Apa yang kau tawarkan?"
"Uang, saham? Akan aku berikan padamu berapapun yang kau mau!"
Rose malah terkikik dengan geli karena tawaran yang diberikan oleh Arsen.
"Aku pikir kau cukup pintar, ternyata kau benar-benar bodoh! Mana mungkin kesempatan sebesar ini aku tukar hanya dengan uang atau saham!"
"Lalu apa yang kau mau?!" Arsen mulai kehabisan kesabaran.
"Tentu saja tetap menikah denganku!"
"Aku tidak sudi!" Tolak Arsen dengab tegas.
"Terserah!"
Rose maju beberapa langkah hingga ujung heelsnya menyentuh ujung sepatu mengkilap milik Arsen. Dia mendongak menatap pria yang tinggi menjulang itu.
"Selama ini orang-orang hanya tau kalau Karin adalah anak dari istri ke dua Ayahku. Mereka semua tidak tau yang sebenarnya kalau Karin adalah anak haram. Anak yang lahir karena hubungan gelap Ayahku dan Ibunya. Apa jadinya kalau semua orang tau tentang statusnya itu?" Suara Rose terdengar begitu rendah.
"Kau mau mengancam ku dengan itu?" Arsen menatap Rose dengan tajam.
"Bisa dibilang begitu. Jadi, sekarang keputusan ada di tangan mu. Menikah dengan ku, atau melihat dia dan Ibunya hancur karena dicemooh banyak orang. Apalagi kalau semua orang tau, Ibuku meninggal karena depresi sampai mengakhiri hidupnya gara-gara mereka!"
"Licik!" Gumam Arsen namun terdengar jelas ditelinga Rose karena jarak mereka yang begitu dekat.
"Sudah ada anak haram itu yang baik hati dan lemah lembut, ada wanita manipulatif seperti Hilda, ada pria b*engsek seperit Leo, ada juga pria bodoh sepertimu. Jadi tidak ada salahnya kalau aku menjadi licik untuk melengkapi sifat-sifat orang di dunia ini!" Tak lupa Rose meninggalkan senyum miring di ujung bibirnya sebelum menjauh dari Arsen.
Dia berbalik menuju mobilnya meninggalkan Arsen yang masih terdiam.
"Dasar wanita gila!" Umpat Arsen yang membuat Rose mengentikan langkahnya, hanya berhenti beberapa detik kemudian kembali melangkah tanpa berbalik lagi menatap Arsen. Entah apa yang baru saja terbesit dalam pikiran Rose karena umpatan Arsen itu.
blm sadarkahhh????!!