NovelToon NovelToon
Dunia Yang Indah

Dunia Yang Indah

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Spiritual / Persahabatan / Budidaya dan Peningkatan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Di balik gunung-gunung yang menjulang,ada dunia lain yang penuh impian. Dunia Kultivator yang mampu mengendalikan elemen dan memanjangkan usia. Shanmu, seorang pemuda desa miskin yang hidup sebatang kara, baru mengetahuinya dari sang Kepala Desa. Sebelum ia sempat menggali lebih dalam, bencana menerjang. Dusun Sunyi dihabisi oleh kekuatan mengerikan yang bukan berasal dari manusia biasa, menjadikan Shanmu satu-satunya yang selamat. Untuk mencari jawaban mengapa orang tuanya menghilang, mengapa desanya dimusnahkan, dan siapa pelaku di balik semua ini, ia harus memasuki dunia Kultivator yang sama sekali asing dan penuh bahaya. Seorang anak desa dengan hati yang hancur, melawan takdir di panggung yang jauh lebih besar dari dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tubuh yang Pulih

Keesokan harinya, seperti biasa, jam empat pagi. Mata Shanmu terbuka sebelum ayam jantan pertama di kota berkokok. Kesadarannya langsung penuh, tanpa rasa kantuk atau pusing. Ia segera duduk di ranjang empuk, dan nalurinya langsung menuju ke area pahanya. Tangannya meraba perban yang masih membalut luka.

Namun, yang ia rasakan bukanlah rasa sakit menusuk atau bengkak yang panas. Yang ia rasakan adalah... gatal. Gatal yang samar, pertanda penyembuhan. Dengan hati-hati, ia membuka perban yang diolesi salep hijau kebiruan. Di bawah cahaya lampu minyak kamar yang redup, pemandangan yang terungkap membuatnya terkesiap.

Luka menganga yang kemarin masih merah dan mengerikan, kini telah tertutup oleh jaringan kulit baru yang berwarna merah muda. Jahitan Tabib Li masih terlihat jelas, tetapi area di sekitarnya sama sekali tidak bengkak. Bahkan, bekas lukanya hanya terlihat seperti goresan dalam yang sudah mengering, seolah-olah kejadian itu terjadi seminggu yang lalu, bukan semalam.

Wajah Shanmu dipenuhi oleh keheranan dan keterkejutan yang dalam. Tabib Li itu... pasti seorang kultivator tingkat tinggi yang sangat sakti! pikirnya dengan kagum yang polos. Hanya dalam satu malam, lukaku sembuh seperti ini! Sungguh luar biasa!

Perlu diketahui, selama perjalanan satu tahun di hutan belantara, Shanmu sering terluka. Goresan, luka tusuk dari duri, gigitan binatang kecil, bahkan patah tulang ringan. Namun, karena ia selalu fokus pada bertahan hidup dan bergerak, ia jarang memperhatikan proses penyembuhannya. Seringkali, ia baru menyadari lukanya sudah mengering atau menghilang setelah beberapa hari, dan ia mengaitkannya dengan penjaga hutan yang baik hati, atau kekuatan alam yang membantu orang yang berjuang. Ia sama sekali tidak menyadari bahwa itu adalah kemampuan tubuhnya sendiri yang luar biasa.

Shanmu lalu bangkit dari ranjang. Ia merasa segar dan penuh tenaga, seolah-olah tidak pernah mengalami kekerasan semalam. Niatnya berikutnya adalah mandi dan mengganti pakaian. Celana birunya yang robek dan berlumuran darah tentu tidak bisa dipakai lagi.

Saat melintasi ruang tengah menuju kamarnya, ia melihat Paman Gong tertidur di kursi kayu di dekat konter, kepalanya menunduk ke dada, selimut tipis tergeletak di lututnya. Rupanya pria tua itu berjaga semalaman, khawatir akan keadaannya.

Hati Shanmu tersentuh. Ia berhenti, lalu membungkuk sangat dalam ke arah Paman Gong yang tidur, meski tahu sang paman tidak melihatnya. "Terima kasih, Paman Gong," bisiknya, suaranya penuh rasa syukur yang tulus. "Suatu saat Shanmu akan membalas kebaikan Paman." Setelah itu, ia melanjutkan langkah dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan sang paman, lalu masuk ke kamarnya.

Sesampainya di kamar mandi, ia mengunci pintu, lalu melepaskan seluruh pakaiannya yang masih lengket oleh sisa darah dan salep. Ia masuk ke bak mandi yang sudah terisi air dingin kebiasaannya, dan mulai membasuh diri. Air dingin menyegarkan kulitnya dan membersihkan sisa-sisa kotoran dan darah kering.

Saat itulah, kenangan akan penyiksaan semalam kembali menghantui. Gambar dua wajah jahat, senyuman puas mereka, rasa pisau yang merobek dagingnya, dan rasa sakit yang tak tertahankan. Kali ini, perasaan sedih dan kepahitan yang lebih dalam menggelayut di hatinya. Mengapa? Aku tidak melakukan apa-apa pada mereka. Mengapa mereka begitu kejam?

Dengan air dingin mengalir di wajahnya, sebuah tekad baru mengeras di dalam dada Shanmu. Jika lain kali aku diperlakukan seperti itu lagi... aku tidak akan hanya diam. Aku akan melawan. Pikirannya bekerja dengan logika praktisnya. Paling tidak, aku akan menangkis. Atau... memberinya pukulan balasan yang pelan. Cukup untuk membuat mereka mundur, tapi tidak sampai... tidak sampai membuat mereka mati seperti tiga pemuda di desa itu. Ingatan akan pembunuhan yang tidak disengaja itu masih menjadi mimpi buruk baginya. Ia takut kehilangan kendali lagi.

Setelah mandi, ia kembali ke ranjang, untuk memakai pakaian hijau yang masih bersih. Ia memeriksa celana biru yang rusak. Celana pemberian Paman Gong sudah robek. Aku harus pergi ke tukang jahit nanti saat pulang kerja, untuk memperbaikinya. Atau... mungkin aku bisa membeli yang baru? Tapi ia ragu. Ia ingin merawat pemberian itu.

Kemudian, pikirannya melompat ke sore hari. Sore nanti aku akan berlatih dengan Lanxi di hutan depan gerbang kota! Antusiasme segera mengusir sisa-sisa kesedihan. Ia memiliki teman berlatih! Meski hanya untuk sehari, ini adalah hal baru yang menyenangkan. Ia segera menyelesaikan persiapannya dengan cepat.

Waktu berlalu. Saat ia sedang merapikan tempat tidur, ketukan pelan terdengar di pintu. "Shanmu? Kau sudah bangun?" Suara Paman Gong terdengar khawatir dari balik pintu.

Shanmu segera membuka pintu, wajahnya langsung dihiasi senyum cerah khasnya. "Paman! Selamat pagi!"

Paman Gong tidak langsung menjawab. Matanya yang masih berkantung karena kurang tidur langsung menyapu tubuh Shanmu dari atas ke bawah, lalu ia memutar tubuh Shanmu dengan lembut untuk melihat bagian belakang, khususnya area paha. "Kenapa kau sudah bergerak? Apa tidak sakit? Kau seharusnya istirahat!"

Shanmu, yang berpikir Paman Gong belum tahu, dengan bangganya menepuk-nepuk pahanya yang sudah sembuh dengan keras.

Tok! Tok!

Suara itu solid, bukan suara memar atau luka.

"Lihat, Paman! Tidak sakit sama sekali! Tabib itu sangat ajaib! Lukaku sudah sembuh!" ucapnya riang.

Paman Gong terhuyung mundur seolah ditampar. Tubuhnya bersandar pada dinding di belakangnya untuk menahan keguncangan. Matanya membelalak, hampir melotot. Sembuh? Sembuh total? Dalam semalam? Pikirannya berputar kencang. Ia tahu Shanmu kuat, cepat, aneh. Tapi sembuh dengan kecepatan seperti ini? Itu melampaui batas akal sehatnya. Bahkan seorang kultivator Pejuang Perak dengan luka serupa membutuhkan setidaknya sehari penuh dengan bantuan pil penyembuhan tingkat menengah. Delapan jam jika pilnya berkualitas tinggi. Tapi Shanmu... bagaimana mungkin? Ini bukan lagi sekadar fisik kuat, ini adalah regenerasi tingkat monster!

Namun, melihat senyum polos dan bangga Shanmu, Paman Gong memutuskan untuk tidak memikirkan lebih dalam. Jika aku terus memikirkan semua keanehan anak ini, aku bisa benar-benar gila. Ia menarik napas dalam, memaksakan diri untuk tenang.

"Baik... baik. Kalau begitu, ayo kita sarapan."

Shanmu mengangguk senang, dan mereka berjalan menuju dapur.

Di dapur, Koki Zhao sedang sibuk mengaduk kuali besar berisi bubur. Begitu melihat Shanmu masuk dengan langkah mantap, sendok kayu di tangannya terjatuh ke lantai dengan suara.

Keletuk

Mulutnya terbuka lebar, matanya terbelalak seperti melihat hantu. "Sh-Shanmu?! K-kau... sudah bisa berjalan?!"

Paman Gong dengan cepat melangkah maju, mengambil sendok itu dan menenangkannya. "Tenang, Zhao. Tutup mulutmu sebelum lalat masuk. Kau tidak mau mati tersedak karena mulut terbuka terlalu lebar, 'kan?"

Koki Zhao dengan cepat menutup mulutnya, tetapi tatapan herannya tidak berkurang. Ia buru-buru menyiapkan mangkuk bubur dan lauk untuk mereka bertiga, lalu duduk bersama, matanya tak lepas dari Shanmu.

Akhirnya, ia tidak tahan. "Shanmu... bagaimana bisa? Lukamu...?"

Shanmu, dengan polosnya, mengulang alasan yang sama. "Mungkin itu karena Tabib Li sangat sakti sekali. Kekuatannya pasti sangat tinggi."

Paman Gong hanya menghela napas sambil terus menyuap bubur, mencoba menerima "penjelasan" itu. Sementara Koki Zhao masih terlihat seperti ikan yang diempaskan ke darat, begitu terkejut.

Kemudian, Paman Gong menatap Shanmu serius. "Nak, boleh Paman tanya? Bagaimana sebenarnya kau bisa terluka parah seperti itu semalam?"

Shanmu terdiam. Di pikirannya, dua pilihan beradu, berbohong untuk tidak membuat Paman Gong khawatir, atau jujur. Ia ingat kebaikan dan kepercayaan Paman Gong. Akhirnya, ia memilih jujur.

"Dua orang itu... mereka adalah teman Tuan Muda Leng," ucap Shanmu, suaranya datar. "Mereka menungguku di luar gerbang sekte, lalu memukul dan menusukku."

Wajah Paman Gong langsung muram. Mendung amarah dan kekhawatiran menyelimuti wajahnya yang biasanya ramah. Namun, sebelum ia bisa mengeluarkan sumpah serapah, Shanmu sudah menenangkannya.

"Tenang, Paman. Aku akan mengurus ini sendiri," katanya, dengan keyakinan yang aneh dalam suaranya.

"Mengurus? Shanmu, dengarkan Paman," ucap Paman Gong dengan nada mendesak. "Jangan berurusan dengan Tuan Muda Leng. Keluarganya, Klan Leng, sangat terpandang dan berpengaruh di kota ini, bahkan mungkin hingga ke ibukota. Kau tidak bisa melawan orang seperti itu."

"Tapi, Paman, yang menyerangku bukan Tuan Muda Leng sendiri," bantah Shanmu dengan logika sederhana. "Hanya dua orang... Mereka yang meludahi ku dan menusukku."

Koki Zhao, yang mendengar ini, darahnya mendidih. "Dasar pengecut! Hanya berani beramai-ramai dan menyakiti orang yang tidak bersalah! Kalau aku yang ada di sana, pasti kuajarin mereka cara meninju yang bener!" Ia bahkan berdiri dan memperagakan sebuah pukulan lurus yang kasar namun berisi. "Gini, Shanmu! Tekan kaki, putar pinggang, lalu dorong!"

Shanmu melihat gerakan kasar Koki Zhao dan tertawa terbahak-bahak. Bagi dia, itu lucu dan menghangatkan hati. "Terima kasih, Paman Zhao! Aku akan ingat!"

Setelah suasana sedikit mencair, mereka melanjutkan sarapan sambil mengobrol hal-hal yang lebih ringan. Paman Gong bertanya tentang hari Shanmu bersama Lanxi, ke mana mereka pergi, apakah menyenangkan. Shanmu pun dengan riang dan penuh semangat menceritakan pengalamannya di pelelangan, naik perahu, dan makan malam. Matanya berbinar-binar saat menggambarkan barang-barang mewah dan pertarungan penawaran yang sengit.

Setelah sarapan selesai, Shanmu teringat sesuatu. "Paman, berapa biaya pengobatanku semalam? Tabib Li pasti memberitahunya, kan?"

Paman Gong menghela napas. Ia sadar, Shanmu adalah tipe yang tidak ingin terlalu dibebani kebaikan orang lain. Dan sebenarnya, sikap mandiri seperti ini justru baik. "Tabib Li meminta sepuluh koin emas untuk semuanya."

Tanpa ragu, Shanmu segera mengeluarkan kantong uangnya dan menghitung sepuluh koin emas yang berkilau, lalu menyerahkannya pada Paman Gong. "Ini, Paman. Terima kasih sudah membantuku membayar lebih dulu."

Paman Gong menerimanya dengan perasaan haru. "Kau tidak perlu terburu-buru, Nak."

"Tidak, harus seperti ini," kata Shanmu dengan tegas, lalu memberi salam pamitan. "Aku akan pergi kerja sekarang, Paman. Aku tidak bawa bekal hari ini, karena akan pulang tengah hari setelah ambil gaji."

Setelah berpamitan pada Paman Gong dan Koki Zhao, Shanmu melangkah keluar dari penginapan, menyusuri jalanan kota yang mulai ramai oleh aktivitas pagi. Di sepanjang perjalanan menuju Sekte Langit Biru, dengan langkah mantap yang tidak menunjukkan sedikitpun cedera, pikirannya sibuk dengan hal yang paling ia kuasai selain bekerja, menghitung.

Mari kita hitung. Di dalam hatinya, ia membuka sebuah buku catatan imajiner. Gaji kemarin Dua puluh koin emas. Dikurangi sepuluh koin untuk tabib, sisa sepuluh. Lalu, untuk biaya hidup kemarin... aku tidak bayar karena Paman Gong bilang gratis untuk seminggu. Jadi, uangku yang lama... Ia mengingat-ingat isi kantongnya sebelum kejadian semalam. Aku punya tujuh belas koin emas, ditambah sepuluh dari kemarin, jadi... dua puluh tujuh koin emas! Sebuah angka yang membuat hatinya senang dan berbunga-bunga.

Dengan senyum puas dan rencana sederhana di kepalanya, Shanmu terus berjalan, tubuhnya yang telah pulih sempurna membawanya mendekati gerbang Sekte Langit Biru, di mana hari baru, dan mungkin juga konfrontasi baru, akan segera dimulai.

1
YAKARO
iya bro🙏
Futon Qiu
Mantap thor. Akhirnya Shanmu punya akar spritual
Futon Qiu
Karena ada komedi nya kukasi bintang 5🙏💦
YAKARO: terimakasih🙏
total 1 replies
Futon Qiu
Lah ya pasti lanxi kok nanya kamu nih🤣
Futon Qiu
Jangan jangan itu ortunya 🙄
HUOKIO
Baik bnget si lancip😍😍
HUOKIO
Mau kemana tuh
HUOKIO
Ini penjaga kocak 🤣🤣
HUOKIO
Angkat barbel alam 🗿
HUOKIO
Makin lama makin seru 💪💪💪
HUOKIO
Gass terus thor💪💪💪
HUOKIO
Mantap thor lanjut
YAKARO: terimakasih
total 1 replies
HUOKIO
Lanjutkan ceritanya thor
HUOKIO
Shanmu kuat banget untuk manusia 😄
HUOKIO
Ohhh i see💪
HUOKIO
Oalah kok gitu 😡
HUOKIO
Mantap thor
HUOKIO
Gas pacari lqci
HUOKIO
Makin lama makin seru
HUOKIO
Lanjutkan 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!