NovelToon NovelToon
DRAMA SI SANGKURIANG

DRAMA SI SANGKURIANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Tamat
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: gilangboalang

Di tengah hiruk pikuk kota Bandung yang modern, seorang pemuda terjebak dalam cinta yang tidak seharusnya. Ia tak tahu, bahwa wanita yang ia cintai menyimpan masa lalu yang kelam — dan hubungan mereka bukan sekadar kisah cinta biasa, melainkan takdir yang berulang dari masa lampau...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gilangboalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BABAK III: METAMORFOSIS NAHKODA (LANJUTAN) ​ADIEGAN 13: SANG PEMIMPIN DI ATAS SA

​Waktu berputar cepat di atas permukaan laut, namun bagi Reza, setiap menit adalah pelajaran berharga.

​Kini, Reza telah mencapai usia 25 tahun. Setelah pendidikan keras dan kerja keras tanpa henti, ia telah mendapatkan lisensi dan posisi sebagai Nahkoda termuda di perusahaan pelayaran kargo besar milik Arya, sang Ayah. Posturnya tinggi tegap, bahunya lebar, dan wajahnya, yang dulu kusam karena kenakalan, kini bersih dan tampan, dihiasi mata tajam seorang pemimpin yang terbiasa menatap cakrawala. Seragam putihnya, yang dihiasi lencana Nahkoda, memancarkan wibawa dan kesuksesan yang ia bayar mahal.

​Di pelayaran perdana yang sangat krusial, ARYA (yang kini telah memasuki usia 40-an namun tampak gagah dan berwibawa, tanpa kutukan awet muda Nawangsih) mendampingi putranya. Arya bertindak sebagai mentor dan Chief Officer di kapal yang sama. Ini adalah simbol: Sang Ayah yang dulu lari dari tanggung jawab, kini hadir mendampingi putranya di atas lautan.

​Anjungan: Ruang Kekuasaan dan Kedewasaan

​Kapal kargo besar itu melaju membelah ombak, membawa muatan antar-pulau melintasi Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Di dalam anjungan, Reza berdiri di kursi Nahkoda. Ia tidak hanya tampan; ia memancarkan karisma pemimpin.

​"Kapal berada di jalur 090, kecepatan stabil. Laporan cuaca, Chief?" perintah Reza dengan suara yang dalam dan mantap.

​Arya, yang berdiri di samping meja peta, tersenyum bangga. Ia sudah lama tidak mendengar nada suara Reza yang sepercaya diri itu.

​"Cuaca stabil, Nahkoda. Ada sedikit pergeseran arus di perairan Makassar, tapi kapal kita tidak akan terpengaruh," jawab Arya.

​Mereka menghabiskan waktu berjam-jam di anjungan, mengawasi radar, berdiskusi tentang strategi pelayaran, dan mengatasi masalah teknis. Selama bertahun-tahun ini, Arya tidak hanya mengajar Reza tentang laut; ia mengajarinya tentang kehidupan. Ia mengisi kekosongan sosok ayah yang hilang.

​"Kamu tahu, Za," ujar Arya suatu malam, ketika kapal berlayar tenang di bawah taburan bintang tak terbatas. "Menjadi Nahkoda itu bukan cuma soal memegang kemudi. Itu soal tanggung jawab atas semua nyawa dan muatan di kapal ini. Itu artinya, kamu harus selalu jujur pada dirimu sendiri."

​Reza menatap Ayahnya. Ia tahu, kata-kata Arya selalu kembali pada satu hal: kejujuran yang tidak bisa ia penuhi kepada ibunya.

​"Aku mengerti, Yah. Aku tidak akan mengecewakanmu lagi. Dan aku tidak akan mengecewakan... Mama."

​Arya menghela napas. Hubungan Arya dan Reza menjadi sangat dekat, tetapi nama Nawangsih selalu menjadi bayangan tak terpecahkan di antara mereka. Reza tidak pernah berhenti mencari tahu kabar ibunya.

​Melintasi Nusantara

​Pelayaran pertama ini membawa mereka dari Jakarta, menyeberangi Selat Karimata menuju Kalimantan, lalu turun ke Sulawesi, dan kembali melintasi Laut Jawa. Setiap pelabuhan yang mereka singgahi, setiap kota yang mereka temui, menjadi pengingat bagi Reza tentang seberapa jauh ia telah melangkah dari gudang kotor di Bandung.

​Saat singgah di pelabuhan Makassar, Reza berjalan-jalan sebentar di dermaga. Ia melihat para pelaut, buruh, dan pedagang. Ia ingat dirinya sendiri: seorang remaja 15 tahun yang lapar dan tidak punya apa-apa. Ia bersyukur, kini ia kembali sebagai atasan mereka, sebagai pria yang berhak mengenakan seragam kebanggaan itu.

​Ketampanan dan wibawa Reza sering menarik perhatian wanita di pelabuhan. Namun, Reza selalu menjaga jarak. Sejak ia meninggalkan Bandung, tidak ada wanita yang pernah bisa mengisi tempat yang ditinggalkan Nawangsih. Dalam benaknya, Nahkoda yang sukses ini hanya akan berlayar kembali untuk satu tujuan: Nawangsih.

​Kepulangan yang Penuh Tekad

​Beberapa bulan kemudian, kapal mereka berlayar kembali ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Reza menyelesaikan pelayaran perdananya dengan gemilang. Ia telah membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang cakap dan terampil.

​Di malam terakhir, sebelum kapal merapat, Arya dan Reza berdiri di anjungan. Kilau lampu-lampu Jakarta sudah terlihat di kejauhan, membimbing mereka pulang.

​"Kamu sudah membuktikan dirimu, Nak," kata Arya, menepuk bahu Reza dengan penuh kasih. "Ibumu pasti bangga."

​Reza tersenyum, tetapi senyumnya terlihat rumit.

​"Aku akan kembali menemuinya, Yah. Aku akan kembali ke Bandung."

​"Apa rencanamu?"

​"Mama bilang, jangan kembali sebelum aku tahu arti hidup. Sekarang aku tahu. Aku akan berdiri di hadapannya sebagai pria yang sudah dewasa, yang bertanggung jawab. Aku akan mengajaknya kembali. Tapi kali ini, aku akan kembali bukan sebagai anaknya, tapi..."

​Reza menggantungkan kalimatnya. Ia menatap ke arah kerlip lampu Jakarta, tempat Nawangsih yang awet muda mungkin sedang menjalani hidupnya.

​"... sebagai pria yang mencintainya. Dia cinta pertamaku, Yah. Dan aku tidak peduli dengan apa yang terjadi dulu. Aku akan mengambilnya kembali."

​Arya menatap putranya dengan cemas. Ia tahu, obsesi Reza terhadap Nawangsih tidak wajar. Ia takut, pertemuan kembali ini justru akan memicu tragedi. Namun, ia tidak bisa menghentikan tekad sekeras baja yang ia tanamkan sendiri di dalam diri putranya.

1
Agustina Fauzan
baguuus
gilangsaputra
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!