Alma Seravina, seorang ibu tunggal yang bekerja sebagai Hostess di sebuah klub malam, harus menghadapi pandangan merendahkan dari masyarakat sekitarnya. Pekerjaannya yang unik, yang memerlukan dia untuk bekerja di malam hari, sering kali disalahpahami sebagai pekerjaan yang tidak pantas. Namun, Alma tetap mempertahankan pekerjaannya untuk membesarkan anak satu-satunya. Meskipun pandangan masyarakat membebani dirinya, Alma tidak pernah menyerah sedikitpun apalagi setelah mengetahui kondisi anaknya yang sedang sakit parah.
Di tengah kebingungan, tiba-tiba saja seorang pemuda yang usianya jauh di bawah Alma memasuki kehidupannya untuk balas dendam atas kematian tunangannya yang berkaitan dengannya. Namun, bukannya berhasil membalaskan dendam, Gevan justru malah terjebak nikah dengan Alma.
"Ayo menikah dan tandatangani kontrak ini!"
Alma tersenyum remeh, "Apa kamu bercanda? Aku tidak pantas jadi istri kamu, aku lebih pantas jadi kakak atau Tante kamu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wulan_Author, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beban
"Apa yang sudah terjadi malam itu?" tanya pria itu dengan rasa penuh penasaran. Sudah tiga tahun dia mencarinya, namun baru kali ini dia menemukan wanita itu.
Alma memicingkan matanya, menatap tajam laki-laki tidak tahu malu yang ada dihadapannya itu.
"Apa kamu tidak punya malu? Apa kamu sama sekali tidak punya hati? Selain brengsek apa kamu juga seorang pria menyedihkan! Berani sekali kamu bertanya setelah kamu menghancurkan hidupku ini!" sentak Alma dengan nada keras hingga terdengar sampai ke ujung jalan.
Pria itu menghela nafas kecil, "Aku minta maaf, aku sudah mencari mu selama tiga tahun, saat itu aku sedang tidak sadarkan diri, ada seseorang yang mencoba ingin menjebak ku, dan maaf karena aku sama sekali tidak mengingat apa pun malam itu," ucap pria itu dengan wajah sendu. Tatapannya tulus, wajahnya sama sekali tidak menampakkan kebohongan, apa mungkin benar apa yang diucapkan pria itu? Namun, apa peduli Alma bukankah saat ini dia sudah hancur gara-gara laki-laki dihadapannya ini, kehormatannya sudah dia rebut paksa.
Alma menarik dalam-dalam nafasnya, "Aku tidak ingin mengingat apapun lagi, jangan pernah temui aku lagi dan jangan pernah mengingat apapun lagi, sudahi rasa penasaran kamu itu! Yang harus kamu tahu kamu sudah merusak seseorang!" tegas Alma yang tak ingin lagi mengingat kejadian menyakitkan itu.
"Nona, aku benar-benar minta maaf atas kejadian itu. Aku tidak sengaja melakukannya."
Plak!
"Tidak sengaja kamu bilang!" sentak Alma. "Tidak sengaja tapi kamu terus memaksa aku, kamu terus melakukannya walaupun aku kesakitan. Aku menangis, merintih tapi kamu sama sekali tidak peduli bahkan setelahnya kamu terlelap tidur seperti tidak ada dosa sama sekali! Mungkin bagimu itu sudah biasa, tapi bagiku ..." Alma tak sanggup lagi melanjutkan ucapannya, kejadian tiga tahun yang lalu hampir saja membuatnya kehilangan kewarasan. Namun, semua sudah membaik, Rose dia adalah obat untuk luka Alma.
Pria itu mendekat ke arah Alma sambil menyodorkan sebuah liontin yang ternyata adalah miliknya yang hilang tiga tahun yang lalu.
"Aku menemukan ini diranjang saat terbangun. Aku sudah mencari mu selama tiga tahun dan baru sekarang kita bertemu kembali, aku hanya ingin memastikan jika aku tidak membuatmu menderita," tutur pria yang memiliki wajah tegas itu.
Alma terkekeh pilu mendengar ucapannya, bagaimana mungkin dia tidak menderita. Bahkan dia sangat menderita hingga dia dan kedua orang tuanya harus di usir dari tempat tinggalnya karena dianggap aib oleh warga sekitar.
Alma merebut liontin miliknya dari tangan pria itu dengan kasar.
"Ini memang milikku, kenapa ini harus tertinggal di tempat menyedihkan itu!" lirih Alma sambil membuang liontin itu jauh-jauh. Apapun yang berhubungan dengan malam itu, Alma tidak ingin mengingatnya lagi.
Pria itu terkejut melihat Alma begitu membenci hal yang berhubungan dengan malam itu. Jadi benar dia sudah merusak gadis ini.
"Aku ingin bertanggung jawab."
Ucapan pria itu membuat Alma terkejut, setelah tiga tahun dia baru ingin tanggung jawab. Untuk apa?
Alma mengusap air matanya dengan kasar, "Apa kamu tidak dengar, aku bahkan tidak ingin melihat wajah kamu yang sangat menjijikan itu. Lalu untuk apa kamu ingin bertanggung jawab. Apa kamu merasa bersalah, atau kamu merasa iba? Aku tidak sudi!" tegas Alma sambil memalingkan wajahnya.
"Lalu apa yang harus aku lakukan untuk menebus semua dosaku padamu?"
"Pergi dan jangan pernah temui aku lagi, dimasa depan jangan pernah mengingat aku dan kejadian itu lagi."
Pria itu mengangguk setuju, "Baiklah, aku benar-benar minta maaf. Tapi setidaknya tolong beritahu aku siapa namamu, aku namaku Arion Dillian."
Alma menoleh, "Apa kamu berhak tahu siapa namaku?" sarkasnya sinis.
Tak ada pilihan lain selain membiarkan Alma melakukan hal yang dia mau. Setidaknya kini Arion sudah bertemu dia, kini lebih mudah jika ingin tahu apa saja yang sudah terjadi kepadanya setelah Arion menghancurkan hidupnya.
Tiga tahun yang lalu Alma menutup dirinya, kehancuran demi kehancuran dia rasakan akibat laki-laki itu, Alma dilecehkan, dia mengandung tanpa seorang suami dan saat ada laki-laki yang ingin bertanggung jawab ternyata takdir berkata lain, Nathan meninggalkan Alma disaat dia sedang berjuang melahirkan Rose karena kecelakaan.
"Tidak lagi, aku tidak akan pernah berhubungan apapun dengan laki-laki brengsek itu lagi! Rose adalah anakku, dia tidak perlu tahu keberadaan Rose."
Dreed
Ponsel Alma bergetar, dengan cepat Alma membuka isi pesan yang ternyata dari sang ibu.
Ibu| "Al, kamu ada di mana? Dokter mencari kamu!"
Me| "Beberapa menit lagi Alma sampai di rumah sakit, Bu," balas Alma.
Alma pun pergi dengan perasaan sedikit lega. Namun, sampai kapan dia bisa menyembunyikan Rose, jika Arion tahu dia memiliki anak dari Alma apa mungkin Rose akan direbut paksa. Alma memejamkan matanya, semoga apa yang dia pikirkan tidak pernah terjadi, pertemuan ini cukup sampai di sini.
Beberapa menit kemudian Alma sampai di rumah sakit. Dengan langkah cepat Alma menghampiri Ibu Julia yang saat ini sedang duduk di ruang tunggu.
"Bu, apa yang terjadi? Kenapa dokter mencari Alma?"
Ibu Julia berdecak kesal. "Menurut kamu apa lagi? Dokter pasti ingin bertanya soal biaya!" sentaknya kesal.
Alma mengerti, dan semoga saja rumah sakit bisa memberinya waktu sedikit lagi.
"Alma akan berusaha, Bu. Kalau begitu Al ke ruangan dokter dulu," ucapnya.
Ibu Julia hanya memutar kedua bola matanya dengan malas.
Lalu Alma segera berjalan menuju ruangan dokter dengan wajah pucat. Hampir satu hari satu malam dia tidak bisa tidur karena harus mencari uang tambahan untuk biaya rumah sakit dan pengobatan Rose yang memerlukan biaya yang tidak sedikit itu.
"Permisi, Dok. Apa dokter mencari saya?"
Dokter menoleh. "Silakan masuk, Nyonya Alma."
Tanpa ragu Alma masuk ke dalam ruangan dokter.
Dokter dan Alma pun berbincang serius tentang kondisi Rose yang semakin memburuk. Dokter menekankan jika tidak secepatnya Rose di operasi kondisinya akan terus memburuk dan drop. Belum lagi setelah memeriksa tagihan dua hari Rose saat di rawat mencapai angka yang fantastis.
"Permisi Nyonya Alma, ada tagihan yang harus nyonya lunasi," ucap perawat sambil memberikan berkas berwarna kuning kepada Alma.
Alma mengambil berkas itu dari tangan suster.
"Baik Sus saya akan segera ke administrasi," sahut Alma.
Sebelum ke ruang administrasi Alma terlebih dahulu membuka map itu untuk melihat tagihan yang harus dia bayarkan. Namun betapa terkejutnya dia saat melihat nominal yang fantastis tertera di dalam kertas putih itu.
"Ya Tuhan, ini nggak salah? baru dua hari tapi tagihan Rose sudah mencapai puluhan juta! Tiga hari seratus juta, dari mana lagi aku harus mendapatkan uang sebanyak ini?" gumamnya sambil menyeka keringat di kening.
Beban Alma semakin menumpuk setiap harinya, tagihan rumah sakit, kebutuhan rumah tangga hingga bayar tagihan Ibu Julia yang tidak pernah habis, membuat Alma ingin meneteskan air mata.
"Harus bagaimana lagi mendapatkan uang sebanyak ini dalam waktu singkat?" keluh Alma sambil termenung sendiri di ruang tunggu.
Disaat Alma sedang bingung dengan keadaannya, satu pesan masuk membuyarkan lamunannya.
"Alma, apa tawaranku sudah kamu pikirkan baik-baik?"