Fresha seorang gadis lugu, kurang percaya diri yang viral mirip Sha Artis legend yang telah meninggal 20 tahun.
Setelah kacamata Fresha terlepas maka tanpa sadar Fresha jadi Sha, yang percayadiri , aura bintang dia mulai muncul.
Fresha bisa tahu masa lalu Sha Sangat Legenda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lingga Mn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Murid Baru Ganteng.
Sesampainya di rumah Bunda Fatma, mereka berdua tidak membawa apa-apa. Mobil jemputan Fresha pun sudah tiba. Fresha masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu sudah ada Bunda Fatma, Gea, dan juga Klara.
''Kalian dari pasar kok nggak bawa apa-apa?'' tanya Gea heran.
Zheshe kemudian menceritakan apa yang terjadi di pasar.
''Zheshe, kamu ikut Fresha aja ke Kota J,'' pinta Gea.
''Males, Ma,'' sahut Zheshe sambil berjalan menuju kamarnya.
''Fresha pulang dulu ya, nanti kalau ada waktu Fresha ke sini lagi,'' kata Fresha sambil menyalami Gea.
Fresha menghampiri Bunda Fatma.
''Moms, Fresha masih mau di sini, tapi harus sekolah,'' kata Fresha sambil meneteskan air mata dan memeluk erat Bunda Fatma.
''Semoga Fresha sukses ya. Jangan terlalu sibuk mencari uang, pendidikan itu penting. Jangan seperti Sha yang mengorbankan sekolah demi keuangan keluarga,'' bisik Bunda Fatma.
Fresha berjalan menuju mobil. Zheshe lalu menghampiri Gea.
'Ma, koperku mana?' tanya Zheshe.
'Itu di dalam mobil Fresha,' jawab Gea.
'Waduh, jadi Zhe harus satu mobil dengan Fresha, deh.' Zheshe dengan wajah malasnya masuk ke dalam mobil Fresha dan duduk di belakang bersama Fresha.
"Ingat, gue terpaksa,'' kata Zheshe dengan nada ketus.
Fresha hanya tersenyum tipis. ,''Berangkat, Pak,'' perintah Fresha kepada sopirnya.
Keesokan harinya, Fresha sarapan bersama Zheshe. Ternyata, Zheshe menginap di rumah Fresha.
''Fresha, Tante Lidia mana?'' tanya Zheshe.
''Di luar negeri,'' jawab Fresha singkat.
''Jadi, lo tinggal sendiri?'' tanya Zheshe lagi.
''Nggak juga, masih ada Bibi Klara,'' jawab Fresha sambil tersenyum manis.
''Jangan senyum-senyum, jijik,'' celetuk Zheshe.
Fresha justru semakin melebarkan senyumnya, membuat Zheshe menjadi salah tingkah dan memalingkan kepalanya ke sana kemari.
Mereka pun berangkat sekolah bersama. Di dalam mobil, Fresha dan Zheshe hanya diam membisu.
''Kenapa gue merasa Fresha adalah keluarga gue sendiri?'' batin Zheshe dalam hati.
Zheshe meminta diturunkan 500 meter sebelum gerbang sekolah.
Saat jam pelajaran pertama di kelas Fresha dimulai, tiba-tiba diadakan kuis matematika. Fresha baru menyadari bahwa ia tidak memakai kacamatanya hari ini. Ketika melihat soal-soal matematika, ia merasa sangat kebingungan. Pasalnya, pelajaran matematika adalah pelajaran yang paling tidak disukai oleh Fresha jika tanpa kacamata, namun menjadi pelajaran yang sangat ia sukai jika memakai kacamata.
Waktu untuk menjawab kuis tersebut adalah satu jam, dengan total sepuluh soal berbentuk esai. Fresha baru teringat bahwa kacamatanya ada di dalam tas, yang kini tas-tas para murid telah dikumpulkan di sebuah lemari kecil di samping meja guru.
Fresha memutuskan untuk meminta izin kepada guru, meskipun ia sadar bahwa hal ini bisa menimbulkan kecurigaan bahwa ia akan mengambil contekan.
''Pak, boleh saya mengambil kacamata di tas?'' pinta Fresha dengan sopan.
''Boleh, tapi akan saya awasi,'' jawab Pak Guru dengan tegas.
Fresha pun mengambil tasnya dan meletakkannya di meja guru sebagai bukti bahwa ia tidak akan mengambil contekan. Setelah kacamatanya berhasil diambil, dan Pak Guru yakin bahwa Fresha tidak melakukan kecurangan, ia pun mempersilakan Fresha kembali ke tempat duduknya.
Sebelum kembali ke tempat duduknya, Fresha memakai kacamatanya terlebih dahulu. Dan seketika itu juga, Fresha kembali menjadi dirinya yang pemalu dan kurang percaya diri. Ia berjalan perlahan menuju bangkunya.
Di sinilah letak perbedaan besar antara Fresha tanpa kacamata dan Fresha yang memakai kacamata. Tanpa kacamata, ia berjalan dengan penuh percaya diri, sedangkan dengan kacamata, ia berubah menjadi Fresha yang pemalu, berjalan dengan menunduk, dan tidak berani menatap mata orang lain.
Beberapa teman sekelas Fresha menyadari perubahan tersebut. Fresha pun segera duduk di mejanya, lalu dengan cepat mulai mengerjakan soal-soal matematika tersebut.
Jam pelajaran kedua pun dimulai. Bu Lusi masuk ke kelas bersama seorang cowok ganteng yang penampilannya seperti orang Korea. Hal ini karena ia memang memiliki darah keturunan Korea-Indonesia. Dengan kulitnya yang maskulin, ia bernama Kim Rai, seorang siswa pindahan dari Kota S.
Kim Rai berjalan menuju tempat duduk yang berada tepat di belakang Fresha. Saat Kim Rai melewati meja Fresha yang masih mengenakan kacamata, tanpa sengaja mata mereka bertemu. Hal itu membuat Fresha menjadi salah tingkah dan langsung menunduk malu.
Kim Rai menepuk bahu Fresha untuk berkenalan. Tanpa menoleh ke belakang, Fresha berkata dengan pelan, 'Apa?'
''Nama kamu siapa? Boleh pinjam bolpoin? Aku lupa bawa,'' kata Kim Rai dengan sopan.
''Na-namaku Fresha, boleh nih bolpoinnya,'' kata Fresha dengan gugup, dan berbicara tanpa menoleh ke belakang.
Kim Rai merasa lucu melihat tingkah laku Fresha.
Jam istirahat akhirnya tiba. Fresha melepas kacamatanya dan mengajak Sisi, teman sebangkunya, untuk pergi ke kantin. Namun, dari belakang, Kim Rai menegur Fresha.
''Fresha, ini bolpoin mu,'' kata Kim Rai sambil menyodorkan bolpoin.
Fresha membalikkan badan.
"Ambil aja, gue masih ada,''ucap Fresha dengan percaya diri, lalu langsung pergi meninggalkan Kim Rai.
Kim Rai merasa bahwa Fresha tanpa kacamata sangat berbeda dengan Fresha yang memakai kacamata.
Setelah Fresha meninggalkan kelas, Kim Rai bergumam, 'Menarik nih cewek.'
Di kantin sekolah, Fresha duduk berdua dengan Sisi. Tiba-tiba, Kim Rai datang menghampiri mereka.
''Boleh duduk di sini?'' izin Kim Rai dengan sopan.
''Boleh, tapi jangan ikut campur pembicaraan kami berdua,'' sahut Fresha dengan nada ketus.
''Sip lah,'' sahut Kim Rai sambil duduk di depan Fresha. Kim Rai terus memandangi Fresha, tapi Fresha dan Sisi asyik mengobrol, membuat Kim Rai hanya bisa diam sambil makan.
Kim Rai mendengar pembicaraan Fresha dan Sisi tentang musik.
''tu penyanyi...''kata Kim Rai, namun terpotong oleh Fresha. 'Ingat, tidak boleh ikut campur,' sahut Fresha dengan tegas.
''Tapi...'' perkataan Kim Rai dihentikan oleh Fresha dengan memberikan aba-aba telunjuk di bibirnya sendiri, dan Kim Rai hanya bisa terdiam.
Kini Fresha telah kembali ke kelas dan memakai kacamatanya. Kim Rai yang baru saja kembali dari kantin, lagi-lagi berpapasan mata dengan Fresha, dan Fresha pun langsung merasa malu.
Kim Rai merasa bahwa Fresha yang memakai kacamata terlihat lebih pemalu.