Winda Hapsari, seorang wanita cantik dan sukses, menjalin hubungan kasih dengan Johan Aditama selama dua tahun.
Sore itu, niatnya untuk memberikan kejutan pada Johan berubah menjadi hancur lebur saat ia memergoki Johan dan Revi berselingkuh di rumah kontrakan teman Johan.
Kejadian tersebut membuka mata Winda akan kepalsuan hubungannya dengan Johan dan Revi yang ternyata selama ini memanfaatkan kebaikannya.
Hancur dan patah hati, Winda bersumpah untuk bangkit dan tidak akan membiarkan pengkhianatan itu menghancurkannya.
Ternyata, takdir berpihak padanya. Ia bertemu dengan seorang laki-laki yang menawarkan pernikahan. Seorang pria yang selama ini tak pernah ia kenal, yang ternyata adalah kakak tiri Johan menawarkan bantuan untuknya membalas dendam.
Pernikahan ini bukan hanya membawa cinta dan kebahagiaan baru dalam hidupnya, tetapi juga menjadi medan pertarungan Winda.
Mampukah Winda meninggalkan luka masa lalunya dan menemukan cinta sejati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
“Baiklah kalau kamu memaksa.” Tanpa menunggu jawaban dari Revi, Winda menarik tangan Ardan untuk diajaknya kembali masuk ke dalam butik. “Ayo, Sayang. Revi mau traktir aku loh.”
Revi mendengus kesal. Ia tak menyangka Winda akan menerima tawarannya. Ia mengira Winda akan menolak mentah-mentah seperti biasanya. Namun, melihat senyum licik Winda, sebuah firasat buruk mulai muncul.
Ardan menarik tangan Winda untuk menghentikan langkah wanita itu. Winda pun berhenti dan menoleh hingga kini mereka berhadapan. “Ada apa?” tanya Winda tak mengerti.
“Kamu serius minta ditraktir sama orang lain? Aku bahkan bisa membelikan kamu gaun berikut butiknya!” Ardan tidak suka istrinya mau minta sesuatu pada orang lain.
Ucapan Ardan membuat wajah Revi berbinar. Senang sekaligus kesal. Apa kata pria itu tadi? Membeli gaun sekaligus butiknya? Wanita mana yang tidak mau. Melirik ke arah Johan, mendengus kesal. Berharap Johan mengatakan hal yang sama? Mustahil!!
Tapi tidak apa-apalah, yang penting untuk saat ini, ia tak perlu mengeluarkan uang untuk musuh yang sangat dibencinya. Tapi sayang, kesenangannya itu hanya sesaat. Karena kemudian…
“Sayang…?” Winda menekuk wajahnya dengan raut muram dan mata berkaca-kaca. “Selama ini belum pernah ada yang mau mentraktirku. Ini untuk pertama kalinya. Dan aku benar-benar ingin.”
Ardan mendengus kesal. “Kamu pernah punya pacar. Mana mungkin kamu bilang tidak pernah ditraktir. Berbohong harus pakai alasan yang masuk akal juga.” Ardan berkacak pinggang. Bukan ingin memarahi istrinya, tapi jika sampai ada yang mendengar istrinya ditraktir oleh orang lain. Mau ke mana disimpan wajahnya?
“Mantan pacarku tak pernah mentraktirku. Aku yang selalu mentraktirnya.”
Jleb
Bukan Ardan, tetapi Johan. Wajah pria itu seketika memerah. Ucapan Winda yang begitu keras hingga mungkin terdengar oleh seisi butik benar-benar menyentil ginjalnya. Walaupun mereka semua tidak mengerti bahwa dia lah mantan pacar Winda. Ingin membela diri, nyatanya semua benar.
Ardan, pria itu menutup mulutnya yang nyaris menyemburkan tawa dengan kepalan tangan. Melirik sekilas ke arah Johan bertepatan dengan lawannya itu meliriknya pula.
“Sial!” Johan hanya bisa memaki dalam hati. Ia tahu mantan kakak tirinya itu sedang menertawakan dirinya
“Please…?” Winda menangkupkan tangannya dengan mata berkaca-kaca, sehingga Ardan pun hanya bisa membuang nafas kesal dan mengangguk.
Winda bertepuk tangan gembira kemudian melabuhkan kecupan kecil di pipi suaminya sebagai hadiah. Membuat Johan yang melihat interaksi mereka mengepalkan tangan semakin erat.
Ditemani oleh suaminya, dan diikuti oleh Revi yang khawatir akan pilihan Winda, wanita itu dengan tenang memilih-milih gaun. Ia berjalan menyusuri rak-rak yang penuh dengan gaun-gaun rancangan desainer ternama.
Ardan, yang semula khawatir, kini hanya mengamati istrinya dengan senyum geli. Ia mulai tahu ada sesuatu yang sedang direncanakan Winda. Maka, ia hanya berjalan di belakang istrinya dengan menyimpan dua tangannya di saku celana. Penasaran juga, akan ada drama apa setelah ini.
Setelah beberapa saat, Winda berhenti di depan sebuah gaun sederhana berwarna biru muda. Gaun itu terlihat polos, tanpa hiasan payet atau bordir yang mencolok.
Revi mencibir melihat selera Winda. “OMG Winda. Ini serius kamu memilih gaun seperti itu? Yang akan kamu hadiri adalah peluncuran produk baru perusahaan Johan. Di sana akan ada banyak kalangan atas yang datang. Apa kamu tidak mempermalukan dirimu sendiri dan suamimu jika mengenakan gaun seperti itu?” Berpura-pura peduli tapi sebenarnya mengejek.
Winda tertawa pelan. “Aku memang lebih suka yang simpel seperti ini. Yang penting nyaman dipakai. Tapi serius kan ini Kamu yang bayarin?” Winda seolah ragu.
Revi berdecak sinis. “Iya lah aku pasti bayar, cuma gaun seperti itu saja berapa sih harganya? Paling cuma beberapa juta saja.” Wanita itu mengibaskan rambutnya sombong.
“Wah terima kasih ya. Aku tidak menyangka kamu benar-benar baik. Tuh lihat sayang, Revi baik sekali kan sama aku?” Winda menatap ke arah suaminya, dan pria itu pun mengangguk membuat wajah Revi bersemu merah.
“Oh iya. Lalu, gaun mana yang kamu pilih? Kamu sejak tadi malah cuma ngikutin aku nggak milih sendiri? Masa iya kamu cuma membeli kartu saja dan kamu sendiri tidak beli. Acara besar loh itu. Kamu harus tampil secantik mungkin.”
Kata-kata Winda membuat Revi menepuk keningnya. Kenapa dia malah lupa? Meninggalkan Winda, Ia memilih gaun berwarna merah menyala yang dihiasi payet, berlian berlian kecil, dan bulu-bulu cantik. Gaun itu terlihat sangat mewah. Dan… seksi.
“Sayang, aku pakai ini cantik nggak?” Revi menempelkan gaun itu di depan tubuhnya dan memperlihatkannya pada Johan. Pria itu hanya mengangguk sekilas. Berdiri di samping Revi, tetapi otaknya berada di samping Winda. Masih tidak rela wanita itu kini menjadi istri dari mantan kakak tirinya.
Winda menutup mulutnya yang ingin tertawa lebar. Pilihan Revi benar-benar…
“Apa kamu tidak ingin membeli lagi?” Revi bertanya remeh pada Winda. Ia benar-benar ingin terlihat baik di mata Ardan.
“Tidak perlu.Meskipun ditraktir juga harus tahu diri kan. Tidak baik serakah.” Seharusnya perkataan Winda ini cukup untuk menyentil ginjal Revi. Di masa lalu Revi selalu menggunakan kesempatan jika winda mengajaknya belanja.
Tiba saatnya pembayaran. Revi terperangah saat mendengar harga yang disebut oleh kasir atas gaun Winda. Harga gaun Winda jauh lebih mahal daripada gaunnya sendiri.
“Mana mungkin gaun seperti itu saja mahal sekali? Kamu mau menipuku ya?!”
“Biar kami jelaskan!” ucap kasir. “Gaun yang dipilih oleh nona ini, menggunakan bahan sutra mulberry asli yang langsung diimpor dari Cina, dan dikerjakan oleh desainer ternama, merupakan barang limited edition. Hanya ada lima saja di dunia ini. Karena itu harganya sangat mahal.”
“Terima kasih ya Revi. Kamu benar-benar sahabat terbaik!” Winda memeluk Revi meskipun sebenarnya mual. Lalu segera menyeret suaminya untuk pergi dari sana.
“Bodoh!” Revi mengutuk dirinya sendiri. Menatap geram punggung Winda yang perlahan menjauh. Kenapa dia tadi tidak melihat label yang ada di gaun Winda. Ia terpaksa membayar dua gaun tersebut dengan wajah masam.
Winda melenggang dengan hati riang. Puas sudah. Bukan karena mendapat gaun gratis. Tapi karena bisa membuat Revi kesal. Pasti sebelumnya Revi mengira dia akan menolak. Apalagi jika dia ingat gaun pilihan Revi. Sekian lama mantan sahabat itu bergaul dengan cewek-cewek sosialita, kenapa masih juga bisa membedakan antara barang berkelas dengan yang murahan.
Sepanjang perjalanan mereka terus tertawa. Ardan menyentil kening istrinya. Tak menyangka wanita itu bisa berbuat jahil juga.
*
*
nama fans nya udah bisa di ganti tuhh..kali aja mau di ganti ArWa🤭 Ardan dan winda
mana mau winda mungut sampah yg sudah dibuang/Right Bah!/
🤔
kalo tuan bagaskara dan nyonya.. berasa terpisah