Ariana Lyra Aurelia tidak pernah menyangka cinta tulusnya dibalas dengan pengkhianatan kejam dari sang kekasih yang tega menghabisi nyawanya.
Di ujung napas yang masih bisa Ia pertahankan, Kael Ethan Thomson, pria yang dijodohkan oleh ayahnya datang. Memeluk tubuh Ariana dengan air mata membasahi pipi pria itu. Pria yang selama ia abaikan karena perjodohan justru menjadi pria yang sangat tulus mencintainya dan selalu ada untuknya, bahkan ada disaat terakhirnya.
"Andai aku memiliki kehidupan kedua, aku akan mencintaimu setulus hatiku..."
Apa yang akan Ariana lakukan ketika kehidupan kedua benar-benar diberikan untuknya?
Ikuti kisah mereka...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22.
# Di Casino.
Tok... Tok... Tok...
Di dalam ruangan berpencahayaan redup, pria yang tengah berdiri menghadap jendela itu tetap bergeming meski mendengar suara ketukan dari pintu ruanganya. Beberapa saat kemudian, pintu ruangan terbuka diikuti sosok Oliver melangkah masuk dengan nampan berisi botol minuman serta sebuah gelas di sampingnya. Kemudian meletakkan dengan hati-hati apa yang ia bawa di meja meski pria itu tidak mempersilakan Oliver untuk masuk seakan itu adalah hal yang sering ia lakukan.
"Saya membawakan minuman untuk Anda, Tuan," ujarnya.
Pria itu tidak mengatakan apapun, tetap setia pada posisinya dengan pandangan menghadap jendela yang memperlihatkan pemandangan kota malam hari.
"Adakah hal lain yang Anda inginkan, Tuan?" tanya Oliver.
"Bagaimana menurutmu tentang gadis yang datang kemarin malam?" alih-alih menjawab, pria itu justru melempar pertanyaan, lalu berbalik dan melangkah menuju kursi kebesarannya.
"Maksud Anda, Nona dari keluarga Aurelia?" tanya Oliver.
"Benar," jawabnya.
Oliver diam sejenak, mengamati wajah Tuan-nya dengan kening berkerut. Dalam benaknya menyimpan satu pertanyaan yang tidak bisa ia ungkapkan. Ia sangat mengenal Tuan-nya tidak mudah tertarik dengan urusan orang lain, terutama seorang gadis muda. Tuan-nya bahkan membebankan semua urusan yang berkaitan dengan casino padanya.
'Apa yang terjadi antara Tuan dan Nona saat mereka berdua bertemu?'
"Menurut penilaian saya, Nona itu terlihat lebih dewasa dari usia seharusnya. Bagaimana cara Nona berbicara dan bersikap, seakan Nona bukanlah seorang pelajar," ucap Oliver.
"Ariana," dia berkata tegas.
"Maaf?" sambut Oliver mengerutkan kening.
"Gadis itu... Ariana,"
Oliver tercengang. Untuk pertama kali, Tuan-nya tersenyum hangat setelah menyebut nama seorang gadis, dan itu adalah gadis yang baru pertama kali ditemui. Lebih aneh lagi saat Oliver menyampaikan bahwa putri dari keluarga Aurelia ingin bertemu, tuannya segera menyetujui dan memberikan kartu akses khusus tanpa berpikir lama, bahkan meminta agar gadis itu menemui di malam saat si gadis datang.
Tuan Aaric Valter. Seorang pebisnis yang dikenal selalu mengedepankan kejujuran, dan berubah menjadi sosok berdarah dingin ketika dihadapkan dengan mereka yang berbuat curang. Semua orang yang bekerja padanya pun dilarang keras untuk melakukan hal yang merugikan orang lain selama orang itu adalah orang jujur, namun tak segan untuk menghabisi nyawa orang lain jika terbukti orang itu berbuat salah.
"Anda... Mengingat nama gadis itu, Tuan?" tanya Oliver tanpa sadar.
Pria itu tersenyum samar, lalu menyandarkan punggung.
"Gadis itu... Menawarkan kerjasama," ungkap Tuan Aaric.
"Apa?" sambut oliver dengan mata melebar.
"Apakah Anda yakin, Tuan? Nona menawarkan kerjasama? Dalam bentuk apa? Dan mengapa?" cecarnya.
Tuan Aaric menghembuskan napas panjang, tersenyum samar kala mengingat kembali pertemuannya dengan Ariana yang membuat dirinya tidak bisa melupakan gadis itu.
"Dia menginginkan bantuanku. Dia bersedia menyiapkan tempat yang aku inginkan untuk mendirikan casino baru sebagai imbalannya," ungkap Tuan.
"Itu imbalan yang cukup besar, Tuan," sambut Oliver.
"Tapi, bantuan jenis apa yang Nona inginkan?" imbuhnya bertanya.
"Perlindungan," jawab Tuan Aaric.
Kerutan di dahi Oliver semakin tajam, tak mengerti dengan alasan mengapa Ariana memilih meminta bantuan Tuannya di saat Ariana bisa menyewa beberapa pengawal terbaik sekaligus menggunakan kekayaan yang gadis itu miliki.
"Saya tidak mengerti, mengapa Nona justru meminta perlindungan pada, Tuan?" tanya Oliver.
"Kau akan segera mengetahui apa alasannya," jawab Tuan Aaric. "Untuk sekarang, aku ingin kau-lah yang melindungi Ariana dari jauh. Bawa serta orang-orangmu untuk melindunginya beserta kekasihnya, termasuk keluarga mereka,"
"Tunggu sebentar, Tuan," tangan Oliver terangkat.
"Kekasih siapa? Nona datang seorang diri,"
"Dia datang bersama kekasihnya," ucap Tuan Aaric.
Otak Oliver bekerja cepat. Dalam benaknya, ia sempat berpikir bahwa anak dari Marius itulah kekasih Ariana. Detik berikutnya, bayangan Kael saat menamparnya terlintas di depan mata, membuat ia menarik kesimpulan bahwa Kael-lah yang tuannya maksud. Terutama hanya dua orang itu saja yang mengetahui namanya selain anak buahnya.
"Saya mengerti, Tuan,"
.
.
.
Di tempat berbeda, Kael duduk di depan komputer yang memperlihatkan barisan kombinasi huruf dan angka pada layarnya. Netranya mengikuti pergerakan rangkaian kode dengan warna berbeda yang terus bergerak seiring dengan serangkaian kode yang hilang dan digantikan dengan kode baru.
"Aaric Valter..."
"Tidak ada yang bisa aku buka selain dia adalah pemilik dari beberapa casino di beberapa kota sekaligus pemilik saham yang cukup dikenal oleh para eksekutif bisnis,"
Kael mengacak kasar rambutnya, mendesah berulang kali kala usahanya menyelami data lebih dalam tentang Tuan Aaric Valter menemui jalan buntu, sampai getar ponsel yang berada di samping komputer membuat Kael beralih pandang.
Nama dari pengirim pesan yang Kael terima membuat pemuda itu tersenyum, segera membuka pesan yang ia terima sekaligus membacanya. 'Lyra'
[[ Ariana@ "Apakah kamu lebih menyukai warna biru atau merah?"
Kael@ "Mengapa kamu bertanya?"
Ariana@ "Jawab saja!"
Kael@ "Aku suka biru,"
Ariana@ "Baiklah, itu saja. Malam, Kael,"
Kael@ "Kamu mengirim pesan hanya untuk itu?" sembari menggerutu pelan.
Ariana@ "Kamu ingin mengatakan sesuatu?"
Kael@ "Apakah kamu memiliki waktu luang besok?...
Kael membaca sekali lagi pesan yang akan ia kirim, tapi segera menghapusnya dan mengganti pesan lain
Kael@ "Setelah pertandingan basket akhir pekan nanti, maukah kamu pergi bersamaku?...
Lagi, Kael menghapus pesan yang akan ia kirim sembari mengacak kasar rambutnya.
Kael@ "Tidak ada! Hanya ingin mengingatkan besok kamu memiliki jadwal latihan,"
Terkirim.
"Haiss... Kenapa rasannya sulit sekali hanya ingin mengajak Lyra keluar?" gerutu Kael pelan.
Ariana@ "Aku tahu. Tapi, apakah tidak apa-apa jika kamu tetap melatihku disaat kamu juga perlu berlatih basket?"
Kael@ "Jangan khawatir! Aku bisa membagi waktuku,"
Ariana@ "Baiklah. Sampai jumpa besok,"
Kael@ "Sampai bertemu lagi,"
"Haahh... Lagi-lagi begini." desah Kael sembari mengusap wajahnya.
Pandangan Kael beralih pada komputer, mematikan semua perangkat yang terhubung sebelum beranjak dari duduknya ke tempat tidur.
Ponsel yang masih berada di tangan ia buka kembali, menggulir layar sampai ia menemukan foto Ariana yang ia ambil secara diam-diam, dan memandanginya dalam waktu lama sembari berbaring, lalu tersenyum.
"Aku merindukanmu, Lyra. Selamat tidur,"
Begitu satu kalimat itu selesai Kael ucapkan, tak butuh waktu lama baginya untuk segera terlelap seakan kalimat itu adalah mantra tidur baginya. Menantikan hari esok menjelang pertandingan basket yang ia ikuti di akhir pekan nanti.
. . . .
. . . .
To be continued...
tetiba lampu mati dari pagi dan baru nyala sore😫🤧🤣
ngiriiiiii terossss kerjaannya 🤣🤣
uhukkk uhukk /Awkward//Awkward/
ehhhh
🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️