 
                            Namanya adalah Ye Lin. Selain Ketua Pembunuh Bayaran dia juga dikenal sebagai Kaisar Pedang Tak Terkalahkan. Dalam ratusan pertarungan yang telah dilalui dia lebih banyak menang dan tak pernah sekalipun menderita kekalahan. 
Namanya begitu disegani, pedangnya sangat dihormati. Namun pria yang terkenal kejam dan tak berperasaan itu pada akhirnya tewas saat berusaha menolong seorang anak muda. 
Dia merasa hidup sangat tidak adil sampai jiwanya malah terjebak ditubuh anak muda yang diselamatkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch - 18 : Menyelidiki
Setelah menunggu lebih dari satu jam hingga akhirnya Xiao Lingzhe berhenti mencoba, Ye Lin berseru dari tempatnya sambil memamerkan pedang barunya.
"Guru Xiao, coba beri nilai pedangku ini. Aku baru mendapatkannya."
Namun Xiao Lingzhe hanya berdehem tanpa mengalihkan pandangannya ke tempat Ye Lin. Pria itu berjalan menuju saung di tepi kolam lalu menenggak arak langsung dari kendinya.
"Anak ini... Aku sudah memberi petunjuk tapi kau bahkan tidak mau melihatnya."
Ye Lin diam beberapa saat sebelum kembali berseru lebih lantang. "Guru Xiao, lihat ini!"
Meskipun tampak terpaksa, Xiao Lingzhe mengangkat wajahnya untuk melihat ke tempat Ye Lin.
"Ya, pedang yang bagus."
Selesai berkata Xiao Lingzhe kembali memalingkan wajahnya seolah tidak begitu tertarik. Namun, tak begitu lama tangannya yang hendak meraih kendi arak tiba-tiba terhenti dan raut wajahnya menjadi tegang.
"Tunggu, gerakan itu ...."
Karena seperti mendapat pencerahan Xiao Lingzhe dengan serius memperhatikan gerakan Ye Lin. Meskipun secara kasat mata gerakan itu terlihat acak dan berantakan, tapi di mata seorang ahli pedang, tersirat makna yang begitu dalam.
Pyar!
Kendi arak terjatuh dan pecah. Namun Xiao Lingzhe tak peduli hal itu, segera mengambil pedangnya lalu kembali ke posisi sebelumnya.
Dia mulai mengayunkan pedang mengikuti irama. Satu persatu gerakan berakhir dengan baik. Sampai di titik di mana ia sebelumnya tidak dapat menemukan petunjuk, Xiao Lingzhe berhasil memecahkan teka-teki dan menyempurnakan teknik pedangnya.
Blam!!
Batuan kapur yang menjulang tinggi bergema ketika tebasan pedang menghantam dengan keras. Lapisan bagian luarnya bahkan sampai terkikis sepuluh sampai dua puluh centimeter, meninggalkan jejak yang tak mungkin hilang.
Trank...
Xiao Lingzhe melepaskan pedangnya lalu menengadahkan kepala sambil tertawa begitu lepas. Di tengah tawa dia juga terkadang berteriak, hingga Ye Lin yang memperhatikan dari kejauhan tak bisa tak menggelengkan kepalanya.
"Huh! Dasar ...."
Sembari menunggu Xiao Lingzhe selesai dengan perayaannya, Ye Lin berjalan ke arah saung lalu mengambil secawan arak yang ada di meja.
"Bocah, bagaimana dengan teknik pedang barusan? Apa kau mau mempelajarinya?"
Tatapan Ye Lin tertuju pada Xiao Lingzhe yang tampak berjalan ke arahnya dengan senyum cerah. Namun bukannya senang dengan tawaran tersebut Ye Lin malah langsung menolaknya.
Penolakan tersebut tak ayal membuat Xiao Lingzhe terdiam. Seolah tak menyangka akan ada seorang murid yang menolak mempelajari teknik pedangnya meski telah diminta langsung olehnya.
Di saat banyak murid yang memohon, tetapi masih tidak dihiraukan olehnya, murid bernama Ye Lin ini malah menolaknya mentah-mentah.
Senyum di wajahnya memudar, ekspresinya menjadi lebih rumit.
"Bocah, apa kau meremehkan teknik pedang ku?"
Pertanyaan ini keluar dengan spontan dari mulut Xiao Lingzhe. Murni karena ingin tahu sebenarnya apa yang dipikirkan pemuda di hadapannya.
"Guru Xiao, teknik pedangmu memang hebat. Tapi aku datang bukan untuk hal ini."
Di akhir kalimat Ye Lin menatap mata Xiao Lingzhe seolah ingin pria itu mengetahui keseriusannya. Xiao Lingzhe pun tak lagi mempermasalahkan hal ini, kamudian meminta Ye Lin mengatakan hal lain yang dimaksud.
"Katakan, jujur saja aku juga penasaran kenapa kau datang hari ini. Karena dengan sifatmu, aku yakin kau tidak akan berinisiatif untuk datang jika bukan karena punya tujuan."
Ye Lin terkekeh, lalu memberitahu Xiao Lingzhe tentang Fu Jinghan dan rencana pembunuhan yang telah dialaminya.
"..."
Ekspresi Xiao Lingzhe menjadi serius. Berkata, "Tentang kelompok pembunuh yang mengincarmu, aku sudah mendengarnya. Tapi aku baru tahu jika Fu Jinghan terlibat dalam masalah ini. Apa kau punya bukti?"
Ye Lin menggelengkan kepala. Respon ini tentu saja membuat Xiao Lingzhe langsung memberikan tatapan sinis.
"Tidak ada bukti, lalu bagaimana kau bisa yakin dia terlibat?"
Ye Lin berkata, "Tak perlu bukti, aku tahu dia terlibat hanya dengan melihat reaksinya ketika kami bertemu. Dia bukan hanya menghindari kontak mata saat kelas, tapi juga terlihat panik saat aku membahas kejadian malam itu."
"..."
Lagi-lagi Xiao Lingzhe terdiam dan menarik nafas cukup panjang.
"Lalu, apa kau ingin aku membantumu? Membantumu membunuhnya?" Xiao Lingzhe diam sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya. "Aku memang punya kemampuan melakukannya, aku juga bisa saja membantumu. Tapi tanpa bukti, ini hanya akan menjadi masalah."
"Perlu diingat jika peraturan akademi sangat ketat. Membunuh murid ataupun guru adalah tindakan terlarang, siapapun pelakunya akan akan mendapat hukuman berat."
Ye Lin tak mengatakan apapun. Tak dipungkiri juga jika di kepalanya memang sempat terbesit pikiran semacam itu. Namun Ye Lin segera mengingat jika dirinya sekarang berada di tubuh orang lain. Dia harus meninggalkan pola pikirnya yang dulu dan lebih memperhatikan beberapa hal.
Jika tidak, bagaimana Ye Lin akan bertanggung jawab andai pemilik tubuh asli kembali?
Ye Lin bukan orang tidak tahu diri. Dia sudah sangat bersyukur mendapat kesempatan kedua, jadi dia tidak akan melakukan sesuatu yang mungkin akan disesali pemilik tubuh asli.
"Bagaimana? Sudah memikirkannya? Bukan aku tak mau membantu, tapi ...."
Ye Lin tersenyum menatap Xiao Lingzhe.
"Guru Xiao tenang saja. Bukan itu alasanku datang ke sini. Aku hanya ingin Guru Xiao membantuku mendapatkan informasi lengkap Fu Jinghan."
"Hanya itu?"
Ye Lin mengangguk. "Seharusnya, untuk hal ini, tidak akan sulit untuk Guru, bukan?"
Xiao Lingzhe tampak menghela nafas sebelum bangkit dari duduknya.
Pria itu pergi. Namun tak begitu lama kembali dengan sebuah buku di tangannya.
"Ambilah! Itu adalah data pribadi para guru. Tapi jangan sampai orang lain tahu, meskipun ini bukan kejahatan serius, tetapi tetap saja aku akan dapat masalah jika tetua pengawas mengetahuinya."
Ye Lin hanya berdehem, sementara tangannya sibuk membalik halaman, mencari informasi tentang Fu Jinghan.
Dari buku tersebut, Ye Lin mengetahui ternyata Fu Jinghan belum terlalu lama bergabung dengan akademi sehingga data pribadinya berada di halaman akhir. Ye Lin mengangguk-angguk sebelum menutup buku tersebut, kemudian berpamitan pergi.
"..."
Xiao Lingzhe meluruskan kakinya sambil menyadarkan punggung. Dia menenggak arak, sementara tatapannya masih terkunci pada punggung yang terus menjauh itu.
menantu dewa roh gmn ga berlanjut ksh