NovelToon NovelToon
Petaka Rumah Kosong

Petaka Rumah Kosong

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Rumahhantu / Matabatin / Sistem / Hantu
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Richy211

Sebuah rumah kosong di pinggiran kota menyimpan sebuah misteri akan adanya arwah gentayangan dan memberikan teror kepada para penghuni baru melalui kejadian-kejadian yang mengerikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Richy211, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Meski seorang lelaki, Pak Sugiono tak pantang membantu pekerjaan istrinya membereskan meja makan dan mencuci piring.

Sementara Bu Sri masih penasaran ingin mengetahui siapa yang telah mengetuk pintu rumah mereka dua kali dan langsung bertanya kepada suaminya.

"Pak, tadi siapa yang mengetuk pintu?" Tanya Bu Sri.

"Nggak ada bu. Maksud bapak, pas dibuka pintunya ternyata nggak ada seorang pun di sana," jawab Pak Sugiono.

"Kok bisa Pak?! Apa jangan-jangan itu arwah penghuni rumah ini," Bu Sri pun ketakutan.

"Bisa jadi bu. Ibu tahu sendiri, kalau arwah mereka itu tidak tentram bapak rasa mereka masih ada di rumah ini dan entah kapan perginya," kata Pak Sugiono.

"Benar Pak, ibu pun bingung. Kenapa kita jadi berurusan dengan hantu seperti ini," ucap Bu Sri sambil menghela napas panjang.

"Iya bu, bapak minta maaf ya karena ngotot menyuruh kalian untuk tinggal di rumah ini. Padahal, kalau bapak tahu dari awal rumah ini ada penghuninya pasti tidak akan mau menerima walaupun amanah dari orangtua," raut wajah Pak Sugiono berubah jadi sedih.

"Sudahlah Pak, tidak ada yang perlu disesali. Hal ini tidak sepenuhnya salah bapak. Ibu yakin arwah mereka tidak akan sampai berbuat jahat kepada kita. Ibu berdoa semoga bapak lekas mendapat panggilan kerja di Surabaya agar kita bisa segera pindah," kata Bu Sri mencoba menenangkan Pak Sugiono.

Setelah selesai mencuci piring, karena belum merasakan kantuk yang kentara akhirnya Pak Sugiono dan Bu Sri pun menonton televisi di ruang tamu. Kebetulan acara malam itu sedang membahas tentang hal-hal mistis di sebuah kampung. Melihat acara itu, Bu Sri langsung meminta suaminya untuk segera mengganti channelnya.

"Ganti saja Pak, makin serem kalau melihat acara seperti itu," ucap Bu Sri sambil menutup mukanya.

"Ibu penakut juga ya?" Ledek Pak Sugiono.

"Bukan gitu Pak, tahu sendiri rumah kita saja suasananya sudah horor kaya gini," kata Bu Sri lagi.

"Ah, benar juga sih bu," kata Pak Sugiono langsung mengganti saluran televisinya dengan acara komedi kesukaannya.

Esok hari pun menjelang, seluruh keluarga melakukan aktivitas seperti biasanya, termasuk ketiga anak Pak Sugiono yang sudah masuk sekolah kembali hari ini.

"Pak Bu, kami berangkat ke sekolah dulu ya!" Kata Riko, Nana dan Sari berpamitan.

Hari ini Nana pun bahagia karena ia sudah dibelikan sepeda baru oleh Pak Sugiono, sehingga ia tidak perlu berjalan kaki pergi ke sekolah.

Sementara Riko lebih dahulu mengantar sang adik bontot Sari ke sekolahnya yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumah.

"Makasih ya Kak. Hati-hati naik motornya!" Teriak Sari sambil melambaikan tangannya kepada Riko.

Riko hanya membalas dengan senyuman manis sambil membunyikan klakson motornya dan lantas pergi berlalu menuju ke sekolahnya.

Pak Sugiono yang bosan dua hari menganggur saja di rumah, lalu mencoba untuk menggeluti hobinya berkebun dengan menanam sayuran di pekarangan samping rumah tepat di mana tadinya pohon pisang tumbuh dengan lebat.

"Bu, boleh tidak kalau pekarangan kosong itu bapak tanami sayuran. Hitung-hitung bisa dipanen untuk dijual atau dimasak sendiri sebagai lauk pauk," kata Pak Sugiono.

"Tentu saja Pak, ibu malahan senang kita jadi ada kesibukan dan nggak melulu memikirkan hantu atau setan yang gentayangan di rumah ini," ucap Bu Sri bersemangat.

"Jelas bu, siapa tahu kalau mereka sudah bosan akan pergi sendiri dari rumah ini," timpal Pak Sugiono.

Namun rupanya arwah penghuni rumah itu tidak senang karena sedang dibicarakan oleh Pak Sugiono dan Bu Sri. Pasalnya, tiada angin tiada hujan tiba-tiba genteng di rumah mereka jatuh.

"Bugh!" Suara genteng jatuh.

"Apa itu Pak yang jatuh?" Tanya Bu Sri ketakutan.

"Aku nggak tahu bu. Coba nanti bapak periksa ke samping rumah," jawab Pak Sugiono.

Pak Sugiono pun lantas pergi ke arah samping rumah dan mencari sumber suara benda jatuh yang keras sekali itu.

"Duh, rupanya genteng rumahku jatuh, padahal tadi tidak ada angin ya," gumam Pak Sugiono keheranan.

Pak Sugiono pun langsung mengambil genteng yang baru untuk menggantikan genteng yang rusak akibat jatuh sendiri.

Ia pun mengambil tangga yang ada di belakang rumah dan sempat melirik ke arah pohon jati yang menjulang tinggi itu. Seketika Pak Sugiono langsung merinding apalagi mengingat suara minta tolong dari pohon jati itu.

Tanpa pikir panjang, ia langsung menggotong tangga dan membawanya ke samping rumah untuk memasang genteng yang baru.

Saat menaiki tangga, tubuh Pak Sugiono mendadak gemetaran, ia pun memanggil Bu Sri untuk memegangi tangga.

"Bu, tolong pegangi tanggaku. Badanku gemetaran begini!" Teriak Sugiono.

Mendengar namanya dipanggil, Bu Sri langsung mendekat ke arah Pak Sugiono dan memegangi tangga yang dipakai oleh suaminya.

"Kenapa gemetaran Pak? Padahal tadi sudah sarapan," Sri meledek suaminya.

"Gara-gara ambil tangga di belakang rumah tadi, jadi badan bapak langsung merinding begini," jawab Pak Sugiono.

"Oh ya Pak, kalau nggak salah malam ini malam Jumat Kliwon? Konon arwah-arwah pada gentayangan," Bu Sri malahan tambah menakut-nakuti suaminya.

"Hush Bu! Jangan sembarangan ngomong malam keramat, takut nanti ada kejadian yang menyeramkan lagi," kata Pak Sugiono.

"Tapi benar Pak begitu mitosnya kalau kata orang Jawa, malam jumat kliwon memang keramat dan banyak pantangan seperti nggak boleh keluar malam-malam takut ada demit berkeliaran," tambah Bu Sri lagi.

Pak Sugiono pun langsung menghentikan obrolan dengan istrinya, ia tak ingin memperpanjang lebar pembicaraan soal malam jumat kliwon dan hantu yang bergentayangan.

Pasalnya, di rumah mereka sendiri saja ada arwah gentayangan yang tidak tenang sehingga mengusik keluarga Pak Sugiono.

Setelah memperbaiki genteng yang jatuh entah ulah manusia atau makhluk tak kasat mata. Pak Sugiono pun langsung menaruh tangga itu ke tempat semula. Kali ini ia mencoba menutup matanya agar tidak sampai melihat pohon jati yang jadi tampak angker itu.

Waktu cepat sekali berlalu, tak terasa sore hari menjelang. Ketiga anak Pak Sugiono sudah sampai berada di rumah dan sedang sibuk bermain handphone.

Seperti biasa, Bu Sri sibuk mempersiapkan makan malam di dapur untuk seluruh anggota keluarga. Sementara Pak Sugiono di depan sedang menonton televisi acara kesukaannya.

Di malam Jumat Kliwon, tetiba suara burung hantu terdengar jelas hinggap di ranting pohon jati dimana arwah wanita itu bersemayam.

Bu Sri yang sedang memasak di dapur pun perlahan mulai takut dan bulu kuduknya merinding. Apalagi, dapur adalah lokasi meninggalnya dua pasangan suami istri itu.

Meski dirundung rasa takut, namun Bu Sri hanya mencoba berdoa dalam hati dan tetap melanjutkan kegiatan memasaknya di dapur.

Tak berapa lama kemudian, masakan yang dibuat oleh Bu Sri sudah siap dan tinggal disajikan dalam meja makan.

1
gaby
Makanya kalo blm ckup secara finansial, jgn nikah dulu. Ujungnya utang sana sini, lalu bunuh diri. Bny di dunia nyata kaya gini nih, dah tau susah pny anak banyak bgt, utang numpuk. Kalo kiranya ga sanggup bayar, jgn berhutang. Ngutang ko niatnya ga mau byr
Mericy Setyaningrum: hehe bener Kak jangan berhutang lebih baik nabung
total 1 replies
gaby
Aq baru gabung thor, kayanya bagus. Yg smangat y upnya
Mericy Setyaningrum: Makasih Kak udah mampir
total 1 replies
Mericy Setyaningrum
Ada kak
Wiwit
cerita, masak mkan, ga ada kegiatan lain kh thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!