Di desa kandri yang tenang, kedamaian terusik oleh dendam yang membara di hati Riani. karena dikhianati dan ditinggalkan oleh Anton, yang semula adalah sekutunya dalam membalas dendam pada keluarga Rahman, Riani kini merencanakan pembalasan yang lebih kejam dan licik.
Anton, yang terobsesi untuk menguasai keluarga Rahman melalui pernikahan dengan Dinda, putri mereka, diam-diam bekerja sama dengan Ki Sentanu, seorang dukun yang terkenal dengan ilmu hitamnya. Namun, Anton tidak menyadari bahwa Riani telah mengetahui pengkhianatannya dan kini bertekad untuk menghancurkan semua yang telah ia bangun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Gemini 75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jaring Yang Terentang
Setelah pertemuan dengan Anton di Desa Wisata Kandri, Riani merasa puas. Rencananya mulai berjalan sesuai harapan. Bima akan segera menjadi korban, dan ia selangkah lebih dekat untuk menguasai harta Pak Rahman.
"Sekarang saatnya menghubungi Gita," gumam Riani sambil menyalakan ponselnya. Ia teringat bahwa Gita adalah adik sepupunya. Walaupun hubungan keluarga, Riani tak segan memanfaatkan Gita demi ambisinya.
Riani mempertimbangkan dua pilihan: menyuruh Gita datang ke Desa Kandri atau ia sendiri yang pergi ke Jakarta. Setelah berpikir sejenak, ia memutuskan untuk pergi ke Jakarta.
"Lebih aman jika aku yang menemuinya di sana. Aku bisa mengontrol situasi dengan lebih baik," pikir Riani.
Keesokan harinya, Riani sudah berada di Jakarta. Ia menyewa sebuah kamar hotel sederhana di kawasan Jakarta Pusat. Setelah beristirahat sejenak, ia menghubungi Gita.
"Gita, ini Mbak Riani," sapa Riani.
"Mbak Riani? Ada apa?" jawab Gita dengan nada curiga.
"Mbak ingin bertemu denganmu. Ada hal penting yang ingin Mbak bicarakan," kata Riani.
"Tentang apa?" tanya Gita.
"Ini tentang Bima dan Maya. Mbak tahu kamu punya rencana untuk membalas dendam pada mereka. Mbak bisa membantumu," jawab Riani.
Gita terdiam sejenak. "Baiklah. Aku akan bertemu dengan Mbak. Di mana?"
Riani menyebutkan alamat hotel tempatnya menginap. "Mbak tunggu kamu satu jam lagi," katanya sebelum menutup telepon.
Satu jam kemudian, Gita tiba di hotel. Riani menyambutnya dengan senyum ramah.
"Silakan masuk," kata Riani.
Gita masuk ke kamar hotel dengan ragu-ragu. Ia menatap Riani dengan tatapan menyelidik.
"Ada apa sebenarnya, Mbak? Kenapa Mbak ingin bertemu denganku?" tanya Gita.
Riani tersenyum licik. "Mbak tahu kamu ingin menghancurkan rumah tangga Bima dan Maya. Mbak juga punya kepentingan yang sama. Mbak ingin menguasai harta Pak Rahman, dan Bima adalah salah satu penghalangnya," jelas Riani.
Gita terkejut mendengar pengakuan Riani. "Jadi, Mbak ingin bekerja sama denganku?"
"Tepat sekali. Mbak bisa memberikan informasi dan dukungan yang kamu butuhkan untuk melaksanakan rencanamu. Mbak tahu semua kelemahan Bima dan Maya. Mbak juga tahu bagaimana cara memanipulasi mereka," jawab Riani.
Gita terdiam sejenak, menimbang-nimbang tawaran Riani. Ia tahu bahwa bekerja sama dengan Riani adalah langkah yang berbahaya. Namun, ia juga tidak punya pilihan lain. Ia membutuhkan bantuan untuk melaksanakan rencananya.
"Baiklah. Aku setuju. Apa yang harus aku lakukan, Mbak?" tanya Gita.
Riani tersenyum puas. "Pertama, kamu harus tetap tenang dan jangan gegabah. Kita harus merencanakan semuanya dengan matang. Kedua, kamu harus percaya pada Mbak. Mbak akan membimbingmu langkah demi langkah," jawab Riani.
Riani kemudian menjelaskan rencananya kepada Gita. Ia mengatakan bahwa Bima harus dihilangkan dari muka bumi.
"Bima harus mati. Hanya dengan begitu, kamu bisa membalas dendammu, dan Mbak bisa menguasai harta Pak Rahman," kata Riani dengan nada dingin.
Gita terkejut mendengar permintaan Riani. Ia tidak menyangka bahwa Riani akan sejauh ini.
"Aku tidak yakin aku bisa melakukan itu, Mbak," kata Gita dengan ragu-ragu.
"Kamu harus bisa. Ini adalah satu-satunya cara untuk mencapai tujuanmu. Ingatlah apa yang telah dilakukan Bima padamu. Ingatlah bagaimana dia menghancurkan hidupmu," kata Riani dengan nada membujuk.
Gita terdiam sejenak. Ia memejamkan matanya dan mengingat semua penderitaan yang telah dialaminya akibat Bima. Air mata mulai menetes dari sudut matanya.
"Baiklah," kata Gita dengan suara bergetar. "Aku akan melakukannya."
Riani tersenyum puas. Ia tahu bahwa ia telah berhasil memanipulasi Gita. Sekarang, ia memiliki alat yang sempurna untuk melaksanakan rencananya.
"Bagus. Sekarang, dengarkan Mbak baik-baik," kata Riani. "Mbak punya rencana yang sempurna untuk menyingkirkan Bima..."
Di sebuah kamar hotel sederhana di Jakarta, dua wanita bersekutu untuk melakukan tindakan jahat. Mereka merencanakan pembunuhan Bima, tanpa menyadari bahwa jaring yang mereka rentangkan akan menjerat mereka sendiri. Hubungan keluarga tak menghalangi Riani untuk memanfaatkan Gita demi ambisi pribadinya.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*