NovelToon NovelToon
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Pengantin Pengganti / Percintaan Konglomerat / Pengantin Pengganti Konglomerat / Romansa / Roman-Angst Mafia
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mapple_Aurora

Menjelang hari pernikahannya, Amara menghilang tanpa jejak. Dengan waktu yang semakin sempit, keluarga calon pengantin pria mendesak agar pernikahan tetap berlangsung demi nama baik. Helena, adik Amara yang diam-diam mencintai tunangan kakaknya, Lucian, dipaksa menjadi pengantin pengganti.

Namun ketika ia menerima peran itu dengan hati yang penuh luka, Helena menemukan jejak kejanggalan: apartemen Amara yang terlalu rapi, koper yang tertinggal, dan waktu yang tidak sinkron dengan hari hilangnya Amara. Semakin ia melangkah ke dalam pernikahan, semakin besar pula misteri yang membayangi keluarga mereka.

Jejak-jejak ganjil tentang hilangnya Amara membuat Helena ragu: apakah ia sedang mengambil tempat seorang pengantin yang kabur, atau menggantikan seseorang yang sudah tak akan pernah kembali?

.

Jika ada kesamaan nama tokoh, dan latar hanyalah fiktif belaka, tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata.

follow ig: @aca_0325

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Pagi datang dengan sinar matahari yang dingin menembus tirai tipis ruang makan. Helena duduk sendirian di meja panjang yang terasa terlalu luas untuk hanya satu orang. Sepiring roti dan secangkir teh hangat terhidang di depannya.

Kursi di seberang kosong. Sama seperti kemarin, Lucian sudah pergi ke kantor sejak subuh, meninggalkan rumah tanpa sepatah kata pun. Hanya jejak dingin kepergiannya yang tersisa.

Pagi itu, setelah menyingkirkan roti yang hampir tak tersentuh dan menyeruput sisa teh yang sudah dingin, Helena menatap kursi kosong di seberang meja sekali lagi. Udara dingin yang ditinggalkan Lucian masih menggantung, dan kesepian itu akhirnya mendorongnya membuat keputusan.

Ia tak bisa lagi membiarkan pertanyaan-pertanyaan tentang Amara hanya berputar di kepalanya. Ada satu hal yang harus ia lakukan.

Beberapa jam kemudian, langkahnya berhenti di depan pintu apartemen Amara. Kunci yang dulu diberikan kakaknya masih tersimpan di dalam tas kecilnya, sebuah kebetulan yang kini terasa seperti takdir. Helena menarik napas dalam sebelum memasukkan kunci itu dan memutarnya.

Klik. Pintu terbuka.

Helena disambut aroma samar lavender, aroma khas Amara yang selalu membuatnya merasa dekat dengan kakaknya. Ia melangkah masuk, dan pandangannya menyapu ruangan yang tak berubah sejak terakhir kali ia datang.

Apartemen itu masih rapi dan bersih, seperti baru saja dibereskan. Sofa berbalut kain krem berdiri anggun, meja kaca di ruang tamu bebas dari debu, bahkan gorden putih tampak jatuh teratur. Semua terlalu teratur untuk seorang wanita yang kabarnya pergi tergesa-gesa.

Seakan waktu di ruangan itu berhenti sejak Amara menghilang.

Helena melangkah perlahan, setiap detiknya terasa berat. Kakinya menuju ke kamar, tempat di mana ia pernah menemukan koper itu. Dan benar, koper itu masih di sana, berdiri manis di sudut ruangan, persis seperti terakhir kali.

Ia berjongkok di depannya, jemarinya menyentuh gagang koper yang dingin. Malam sebelum pernikahan, ia sempat ingin membukanya, tapi telepon dari ibunya memaksanya pergi. Sekarang, tak ada lagi yang menghalangi.

Jantung Helena berdegup kencang. Ada rasa takut bercampur harap. Apa yang akan ia temukan di dalamnya? Petunjuk ke mana Amara pergi? Atau sesuatu yang justru membuat misteri ini semakin dalam?

Dengan tangan gemetar, ia mulai menarik resleting koper itu perlahan, suara gesekannya menggema di ruangan yang terlalu hening.

Resleting koper itu terbuka sepenuhnya. Helena menahan napas, lalu mengangkat penutupnya perlahan.

Di dalamnya, ia mendapati tumpukan pakaian yang terlipat rapi, gaun-gaun sederhana yang biasa dipakai Amara saat bepergian, beberapa kemeja elegan, dan celana panjang yang praktis. Di sisi lain ada tas kecil berisi perlengkapan mandi, sepasang sepatu datar, serta sebuah buku agenda kosong.

Helena memeriksa satu per satu, berharap menemukan secarik catatan, tiket perjalanan, atau apapun yang bisa memberi petunjuk. Namun semakin lama ia membongkar isi koper itu, semakin jelas bahwa tak ada yang istimewa. Semua hanyalah barang-barang yang sering dibawa Amara ketika ia berlibur singkat atau mengurus cabang butiknya di luar kota.

Tidak ada surat. Tidak ada alamat tujuan. Tidak ada pesan terakhir.

Helena duduk lemas di lantai, menatap pakaian-pakaian itu dengan hati yang semakin berat. “Kalau kak Amara benar-benar pergi… kenapa kopernya tertinggal? Kenapa semua persiapan ini seolah menunggu, tapi tidak pernah digunakan?”

Tangannya menyentuh gaun biru muda yang ia kenali, gaun yang pernah dipakai Amara saat ulang tahun Helena dua minggu lalu. Ingatan itu menyesak di dadanya. Senyum kakaknya masih begitu jelas di kepalanya, seakan Amara baru saja keluar pintu dan akan kembali kapan saja.

Tapi ruangan itu sunyi. Hanya ada Helena dan koper yang seakan menjadi tanda tanya besar yang tak mau terjawab.

Helena hampir saja menutup koper itu dengan kecewa, ketika jemarinya menyentuh sesuatu yang terasa lebih keras dari lipatan kain. Ia mengerutkan dahi, lalu menyibak pakaian-pakaian itu lebih dalam.

Di dasar koper, di balik lapisan kain pelapis yang tampak dijahit rapi, ada tonjolan tipis. Helena menelusurinya dengan hati-hati, lalu menemukan resleting kecil yang tersembunyi.

Dengan jantung berdebar, ia menariknya. Lapisan itu terbuka, memperlihatkan sebuah amplop cokelat yang dilipat rapi.

Helena menatapnya lama, tangan gemetar saat meraih amplop itu. Tak ada nama, tak ada tulisan di luarnya. Hanya amplop polos, tapi terasa begitu berat di tangannya, seakan menyimpan jawaban yang selama ini ia cari.

Ia membuka lipatannya perlahan. Di dalamnya, hanya ada selembar foto.

Helena membeku. Foto itu menampilkan Amara… bersama Lucian. Mereka berdiri berdampingan di sebuah tempat yang Helena tak kenali, tapi sorot mata Lucian berbeda. Tidak dingin seperti sekarang. Tatapan itu hangat, lembut, bahkan nyaris penuh kasih.

Helena menutup mulutnya, menahan napas tercekat. Ada sesuatu di balik foto itu, sebuah catatan kecil, ditulis dengan tulisan tangan Amara.

"Jika sesuatu terjadi padaku, jangan percayakan semuanya pada mereka."

Helena menatap kata-kata itu berulang kali, dadanya terasa sesak. Siapa "mereka" yang dimaksud Amara? Dan kenapa Amara merasa perlu menuliskan pesan seolah ia sudah tahu sesuatu buruk akan terjadi?

Di luar jendela, angin berembus kencang, membuat tirai bergoyang seolah apartemen itu ikut berbisik pada Helena: rahasia Amara baru saja mulai terbuka.

Helena duduk kembali di sofa apartemen itu, foto dan catatan kecil dari Amara masih di tangannya. Kata-kata itu berulang kali terngiang di kepalanya:

"Jika sesuatu terjadi padaku, jangan percayakan semuanya pada mereka."

Jari-jarinya bergetar saat menyusuri tulisan Amara, seolah mencoba meraba makna di balik setiap huruf. Pandangannya beralih ke foto, Amara dan Lucian berdiri berdampingan, wajah kakaknya tampak begitu bahagia, sementara sorot mata Lucian… sulit terbaca. Hangat, tapi juga menyimpan sesuatu.

Helena menggigit bibir bawahnya. Apakah Amara menulis ini untuknya? Atau untuk dirinya sendiri sebelum menghilang?

Ia berdiri, melangkah pelan ke jendela apartemen yang menghadap ke butik Amara di seberang jalan. Papan nama butik itu masih terpasang, tapi lampu-lampu mati, pintu tertutup rapat.

“Amara… apa yang sebenarnya terjadi padamu?” bisiknya lirih.

Helena lalu mengambil ponsel dari tasnya, niat untuk mencari petunjuk lebih jauh semakin kuat. Ia mencoba membuka kontak Amara. Masih tersimpan. Jemarinya ragu di atas tombol panggil, lalu ia menutup layar ponsel. Itu sia-sia. Nomor itu sudah mati sejak hari pertama ia menghilang.

Ia menatap kembali catatan itu, mencoba menautkan kata-kata dengan sesuatu yang nyata.

Apakah Amara mengetahui sesuatu tentang Lucian?

Atau tentang keluarganya sendiri?

Ataukah ada orang lain yang selama ini mengintai di balik semua ini?

Helena sadar satu hal: jika ingin menemukan jawaban, ia harus menggali lebih dalam, bahkan jika itu berarti menyelidiki Lucian, suami yang kini bahkan sulit menatap matanya.

Dengan hati berat, ia memasukkan kembali catatan dan foto itu ke dalam tas tangannya. “Aku tidak akan diam saja, Kak. Aku akan mencari tahu arti semua ini… walau harus melawan orang-orang di sekitarku.”

Helena masih duduk di ruang tamu apartemen Amara, matanya kosong menatap catatan di tangannya. Pikirannya terjerat dalam teka-teki yang ditinggalkan kakaknya. Saat itulah ponselnya bergetar di meja.

Nama Alina tertera di layar.

Helena ragu beberapa detik sebelum mengangkat.

“Hallo, Lin?” suaranya terdengar lemah.

“Hei, Len! Lagi sibuk nggak?” suara riang Alina menyapa, kontras dengan kekalutan hati Helena.

“Ehm… tidak juga. Ada apa?”

“Aku butuh temen banget nih. Mamaku ulang tahun besok, aku mau cari kado, tapi bingung mau beli apa. Kamu bisa temenin aku? Please…” suara Alina terdengar manja sekaligus memohon.

Helena menutup mata sejenak. Bagian dalam dirinya ingin menolak, ia masih ingin menelusuri jejak Amara, mencari arti pesan itu. Tapi bagian lain merasa ia butuh jeda, sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya walau sebentar.

“Baiklah,” jawab Helena pelan. “Kamu mau ketemu di mana?”

“Thank you, Len! Aku jemput kamu aja, ya. Setengah jam lagi?”

Helena mengangguk meski Alina tak bisa melihat. “Iya, aku tunggu.”

Sambungan telepon terputus. Helena menatap koper Amara yang masih terbuka, lalu catatan yang kini sudah ia simpan di tasnya. Hatinya berdesir gelisah. Apapun arti peringatan ini, aku akan cari tahu. Tapi… mungkin tidak sekarang.

Ia berdiri, merapikan pakaiannya, dan bersiap meninggalkan apartemen itu.

...***...

...Like, komen dan vote....

...💙💙💙...

1
kalea rizuky
skip males cwk nya oon
kalea rizuky
males bgt muter aja ne cerita
kalea rizuky
Helena ngapain ngemis ngemis pergi jauh aja bodohh bgt benci MC lemah
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
nonoyy
siapa yaa laki2 itu? smg sgr terungkap yaa misteri soal amara
nonoyy
kamu tau harapan mu ttg lucian sangat menyakitkan, tapi kenapa kamu masi saja berharap lucian akan menoleh ke kamu helena, berhentilah karena itu semua menurut mu tidak mungkin..
nonoyy
masih misteri dan teka teki.. dibuat gemusshh dgn ceritanya
Nda
luar biasa
Lunaire astrum
lanjut kak
Nyx
Jangan-jangan hilangnya Amara ada hubungannya dengan Rafael😌
olyv
nexttt thorrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!