Cat Liu, seorang tabib desa, tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah menyelamatkan adik dari seorang mafia ternama, Maximilian Zhang.
Ketertarikan sang mafia membuatnya ingin menjadikan Cat sebagai tunangannya. Namun, di hari pertunangan, Cat memilih pergi tanpa jejak.
Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka kembali. Tapi kini Maximilian bukan hanya pria yang jatuh hati—dia juga pria yang menyimpan luka.
Masihkah ada cinta… atau kini hanya tersisa dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"Aku menolak lamaranmu," kata Cat dengan tegas, matanya menatap lurus ke arah Maximilian tanpa gentar.
Tatapan Maximilian menggelap, bibirnya melengkung membentuk senyum tipis yang mengandung ancaman. "Kau tidak akan bisa lari, karena aku telah memilihmu. Guang Zhou terdapat banyak anak buahku. Kalau kau berani kabur, aku akan membawamu kembali dan mengikatmu agar kau tidak bisa kabur lagi," ucapnya, suaranya rendah namun menekan, membuat bulu kuduk Cat meremang.
"Aku tidak berhutang padamu, kenapa harus aku yang menjadi sasaranmu?" tanya Cat, nada suaranya bergetar namun penuh kemarahan.
"Aku memilihmu karena aku ingin kau menjadi istriku. Kau bisa menjadi tabib sesuai keinginanmu. Tapi ada satu syarat. Tidak boleh mengobati pasien laki-laki," ujarnya, matanya menatap tajam seakan itu adalah hukum mutlak.
Cat mengerutkan kening. "Tidak masuk akal," ujarnya sambil menghela napas kesal.
"Aku sangat pencemburu," lanjut Maximilian, nada suaranya berubah lebih dalam. "Aku tidak suka kalau istriku menyentuh pria lain. Walau hanya sekadar tabib dan pasien."
"Lepaskan aku sekarang juga," pinta Cat, suaranya mulai meninggi.
Maximilian hanya tersenyum miring, lalu perlahan membungkuk mendekat. Nafas hangatnya menyapu telinga gadis itu ketika ia berbisik, "Kalau aku tidak mau, apakah kau akan meracuniku lagi? Dengan cara apa? Aku rela diracuni olehmu… kalau kau juga bisa menyembuhkan hatiku yang sudah tergila-gila padamu."
Maximilian duduk santai di kursi belakang mobil, sementara Cat gelisah di pangkuannya, berusaha menjauh sebisa mungkin. Namun, lengan kuat pria itu melingkari pinggangnya, menahannya erat seolah takut ia akan melompat keluar kapan saja.
“Lepaskan aku!” seru Cat, mencoba mendorong dada Maximilian.
Pria itu hanya menatapnya dengan senyum tipis yang membuat jantung Cat berdetak semakin kencang. “Kau pikir aku akan melepasmu setelah mendapat kesempatan ini?” bisiknya rendah.
Tanpa memberi waktu bagi Cat untuk mengelak, Maximilian menundukkan kepala dan menangkap bibirnya dengan paksa. Ciuman itu dalam dan mendominasi, membuat Cat terperangkap di antara sandaran kursi dan tubuhnya. Tangannya terangkat, menekan bahu pria itu, namun Maximilian justru semakin mengeratkan pelukan.
Cat menggeleng-geleng, mencoba menghindar, tetapi rahangnya terkunci oleh genggaman tangannya. Napasnya tersengal, rasa marah bercampur panik membuncah.
Akhirnya Maximilian melepaskan ciuman itu, namun wajahnya tetap hanya sejengkal dari wajah Cat. “Kau boleh menatapku seperti itu, Cat… tapi itu tidak akan mengubah fakta bahwa aku menginginkanmu, di sini… dan seterusnya.”
Tanpa peringatan, ia menunduk dan melumat bibir Cat dengan paksa. Ciuman itu dalam, brutal, penuh dominasi, membuat Cat hanya bisa mengerang tertahan dan memukul dadanya dengan tangan yang bergetar. Nafasnya terenggut, tubuhnya terkunci di dalam dekapan pria itu.
Charles yang duduk di kursi kemudi hanya menatap jalan ke depan, berpura-pura tidak mendengar suara gaduh dan helaan napas di belakangnya. Ia tahu, ikut campur hanya akan memperburuk keadaan.
Beberapa menit kemudian, mobil berhenti di depan mansion keluarga Zhang.
Mansion Keluarga Zhang
Joanna duduk santai di sofa ruang tamu, sementara Ekin duduk di sebelahnya sambil menyeruput teh hangat.
"Nenek, Cat sangat polos dan baik hati. Aku ingin dia menjadi tabib pribadiku," kata Ekin sambil tersenyum.
"Nenek setuju dengan permintaanmu. Tapi… apakah kakakmu akan setuju?" tanya Joanna sambil mengangkat alis.
"Seharusnya tidak masalah. Kita biarkan saja Cat tinggal bersama kita. Aku yakin kakak pasti setuju. Lagi pula, dia akan menjadi kakak iparku. Aku sangat kagum padanya. Di usia yang masih muda, dia sudah menjadi tabib hebat. Aku penasaran bagaimana kehidupannya di desa," ujar Ekin penuh kekaguman.
Joanna mengangguk pelan. "Kalau begitu, setelah kakakmu pulang, kita akan bicarakan langsung dengannya."
Belum sempat Ekin menjawab, sebuah suara berat terdengar dari arah pintu.
"Apa yang mau dibicarakan?" tanya Maximilian sambil melangkah masuk, kemudian duduk di sofa bersama mereka. Sorot matanya singgah sekilas pada Ekin, lalu pada Joanna, seolah ingin tahu isi percakapan yang baru saja ia potong.
“Max, apakah kau menyukai gadis itu?” tanya Joanna dengan senyum penuh arti.
“Menyukai? Mungkin,” jawab Maximilian tenang.
“Mungkin? Jawaban seperti apa itu?” Ekin mengerutkan dahi, penasaran.
“Gadis kecil itu cukup menarik. Aku tidak tahu apakah aku mencintainya atau hanya sekadar suka. Kalian juga tahu, selama ini tidak ada wanita yang bisa menarik perhatianku,” ucap Maximilian sambil menyandarkan punggung ke sofa.
“Kalau kau sendiri tidak yakin dengan perasaanmu, untuk apa kau melamarnya dan ingin menikahinya?” tanya Joanna.
“Hanya karena aku tertarik dan ingin memilikinya. Soal perasaan… mungkin akan aku mengerti nanti. Percintaan bukan tujuan utama dalam hidupku,” jawab Maximilian datar.
“Kakak, aku ingin Cat menjadi tabibku. Dia akan menjadi kakak iparku, aku percaya padanya,” ujar Ekin.
“Tidak bisa! Aku sudah mencarikan dokter terbaik di Beijing. Jangan terlalu berharap pada Cat!” jawab Maximilian tegas.
“Kenapa? Kakak tidak yakin dengan keahliannya?” tanya Ekin lagi.
“Karena dia adalah calon istriku,” ucap Maximilian sambil berdiri dan melangkah menuju kamarnya.
Ekin menoleh pada Joanna dengan wajah bingung. “Nenek, aku tidak mengerti apa maksud Kakak.”
Joanna tersenyum samar. “Ekin, sejak kecil kakakmu selalu menutup hatinya, sehingga tidak ada wanita yang bisa masuk. Kali ini dia terusik oleh kehadiran Cat Liu, hanya saja dia belum sadar dengan perasaannya sendiri. Kalau tidak cinta, mana mungkin dia ingin memilikinya? Biarkan saja… suatu saat dia akan sadar.”
Maximilian masuk ke kamarnya yang luas dan mewah. Ia terdiam sejenak, jemarinya menyentuh bibirnya sendiri. Bayangan ciumannya dengan Cat di dalam mobil tadi kembali mengusik pikirannya.
“Mencintai? Tidak mungkin. Aku, Maximilian, tidak pernah mencintai wanita. Aku hanya penasaran dengan gadis itu. Setelah bosan… aku akan menceraikannya. Percintaan tidak ada dalam hidupku,” gumamnya dengan tatapan dingin.
smgat thor, up bnyk2 dong thor, tq!
thor smngat🫰di tnggu trs ni