Hasrat Tuan Impoten

Sheren merasakan sesuatu yang mulai mengeras di belakang tubuhnya. Sebagai wanita dewasa, tentu saja dia mengerti apa yang sedang dilakukan oleh Nathan padanya. Dada wanita itu berdebar keras karena sikap yang sedang ditunjukkan oleh laki-laki yang telah resmi menjadi suaminya itu.

Nathan memeluk Sheren dari belakang dan langsung mengendus leher istrinya itu. Dia bersikap layaknya laki-laki sejati yang mampu menaklukkan wanita di atas ranjang. Nathan memang sebenarnya seorang Pecinta Wanita, hanya saja adik kecilnya tidak pernah berfungsi dengan wanita-wanita itu.

“Nona Sheren, sudah siapkah kamu merasakan lagi kenikmatan yang pernah aku berikan malam itu?” tanya Nathan sambil menyentuh tangan sang istri mulai dari pundak hingga ke ujung jarinya.

Tubuh Sheren meremang. Dia bisa merasakan sekujur kulitnya mulai bereaksi karena sentuhan-sentuhan yang Nathan berikan.

“Katanya kamu capek?” tanya Sheren dengan suara bergetar. Sepertinya dia salah karena membangunkan singa yang sedang tertidur. Yang ada dalam pikiran Sheren saat ini hanyalah menyelamatkan diri dari cengkeraman Nathan.

“Nanti saja aku istirahat biar sekalian capeknya. Aku ingin membuktikan dulu apakah tuduhanmu itu benar atau tidak?” jawab Nathan dengan berbisik di telinga Sheren yang membuat wanita itu merasakan geli pada indra pendengarannya.

“Jadi sebenarnya kamu ini apa sih? Orang-orang bilang kamu impoten tapi sama aku, kenapa sangat sulit dipercaya seperti ini!”

Sheren kebingungan, dia merasa semua yang dikatakan orang-orang itu hanya tuduhan tak beralasan. Buktinya, Nathan baik-baik saja saat bersamanya.

“Kamu tahu, walaupun si Ucup tidak bereaksi dengan wanita mana pun kecuali kamu, tapi aku ini jago loh dalam memuaskan wanita.”

Nathan sengaja membuat Sheren terperdaya karena perbuatannya itu. Dia sudah sangat lama menunggu hadirnya seorang wanita yang mampu membuatnya merasa sempurna, dan akhirnya Nathan menemukan itu pada diri Sheren.

“Ucup? Siapa Ucup?” tanya Sheren antara penasaran dan juga mengalihkan pembicaraan.

Tanpa banyak bicara, Nathan membalik tubuh Sheren supaya menghadap ke arahnya. Dia lalu membuka celana dan mengeluarkan sesuatu yang sudah bangun minta ditidurkan oleh Sheren. “Ini Ucup!”

Untuk kedua kalinya, Sheren melihat pusaka abadi milik Nathan yang mengacung seakan ini sedang menantangnya.

Sheren masih sangat syok, tapi Nathan tidak mau menunggu lama lagi. Dia mendorong tubuh Sheren hingga jatuh ke kasur dan menimpa ribuan kelopak mawar itu. Lalu Nathan mulai mencium bibir Sheren dengan lembut, sementara tangannya bergerak melepaskan pakaian yang dipakai sang wanita impian.

“Pak Nathan jangan kasar ya!” pinta Sheren yang tahu jika dia tidak akan bisa melarikan diri dari laki-laki yang telah sah menjadi suaminya.

Nathan mengangguk, akhirnya berhasil melepaskan seluruh pakaian Sheren. “Jangan manggil pak kalau kita sedang seperti ini!” balas Nathan sebelum akhirnya menjiilat telinga Sheren.

Mereka melakukan penyatuan tubuh untuk kedua kalinya. Meski bukan yang pertama, tapi kali ini sangat spesial karena mereka melakukannya setelah resmi menjadi suami istri.

Di kamar yang dihias sangat cantik itu, Nathan dan Sheren akhirnya melakukan usaha untuk memberikan Nyonya Lita dan Tuan Winata seorang cucu.

***

Setelah tadi malam berkeringat bersama Nathan, Sheren terbangun dengan tubuh yang pegal-pegal. Dia mengingat pertempuran tadi malam yang bisa mematahkan pikiran banyak orang tentang Nathan. Seandainya saja tadi malam itu disaksikan banyak orang, pasti mereka semua tidak akan menghina Nathan lagi.

Sheren memperhatikan wajah Nathan yang masih terlelap. Dia masih tidak menyangka mempunyai suami yang sebenarnya sempurna seperti Nathan, kalau saja laki-laki itu tidak menjengkelkan.

“Sebenarnya kenapa sih kamu disebut impoten? Rasanya tidak masuk akal saja kalau mengingat kehebatan kamu tadi malam,” gumam Sheren sambil membelai rambut Nathan.

Nathan tiba-tiba membuka mata yang membuat Sheren terlonjak kaget. “Kamu mengakui kalau aku hebat kan?”

Seketika itu wajah Sheren berubah jadi kesal. Padahal dia sedang tidak memuji laki-laki itu.

“Ya, memang aku ini hebat. Beberapa wanita yang pernah tidur dengan aku juga mengakui itu, tapi sayangnya cuma kamu yang merasakan kehebatan si Ucup.”

“Mana ada laki-laki impoten yang gaya-gayaan jadi Casanudin,” cibir Sheren yang merasa menyesal telah memuji suaminya itu.