Dara sebagai pelatih Taekwondo yang hidupnya sial karena selalu diteror rentenir ulah Ayahnya yang selalu ngutang. Tiba-tiba Dara Akan berpindah jiwa raga ke Tubuh Gadis Remaja yang menjatuhkan dirinya di Atas Jembatan Jalan Raya dan menimpa Dara yang berusaha menyelamatkan Gadis itu dari bawah.
Bagaimana Kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amanda Ricarlo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria itu lagi
Sepanjang perjalanan menuju kafe, Kai tidak henti-hentinya tertawa, seolah-olah wajah konyol pelatih tadi masih jelas terbayang di kepalanya. Ia teringat betul ekspresi terkejut itu dengan matanya yang melotot, mulut nyaris terbuka, ketika Lesham dengan mudah mengalahkan murid andalannya. Yang membuat Kai makin geli adalah sikap pelatih tersebut, dari awalnya meremehkan tubuh mungil Lesham, tiba-tiba berubah menjadi penuh bujukan, bahkan sedikit memaksa agar Lesham mau bergabung di timnya.
"Diamlah… ketawamu persis seperti kuda," celetuk Lesham tanpa menoleh, matanya tetap terpaku pada ponsel.
Tawa Kai langsung terhenti. Ia melirik Lesham dengan tatapan sinis, tapi tak sempat membalas karena mobil sudah berhenti di depan Cafe Lalafa Time. Begitu masuk, aroma kopi dan wangi kuah ramen dari dapur terbuka langsung menyambut mereka.
"Kau mau pesan apa?" tanya Kai santai.
Lesham mendongak, membaca papan menu di atas kasir, lalu menjawab polos, "Ramen saja… dan dua botol soda."
Kai mengerutkan kening. "Soda? Pesan yang lain."
"Ck. Kau yang bertanya, kau juga yang menolak. Ya sudah, ganti es lemon tea," sahut Lesham ketus.
Kai mengangguk dan memesan dua porsi ramen dengan minuman yang sama. Setelah membayar, mereka mencari tempat duduk. Sebuah meja di sudut dekat dinding kaca tampak kosong, cukup nyaman untuk mereka berdua.
"Oh iya, besok mau aku antar sekolah?" tanya Kai sambil melepas jaketnya.
"Untuk apa? Aku ada sopir di rumah," jawab Lesham santai sambil menaruh tas di kursi seberangnya.
"Agar aku bisa sibuk. Kau tahu, hidupku cuma tidur, kerja, makan… itu saja. Jadi izinkan aku punya kesibukan baru," ucapnya sambil memandang penuh harap.
Lesham melirik sekilas. "Carilah pacar, supaya kau bisa direpotkan oleh pacarmu itu."
Kai tersenyum miring. "Kalau kau yang jadi pacarku, bagaimana?"
Tanpa ragu, Lesham menggetukkan ponselnya ke kepala Kai. "Menjauhlah, dan jangan berharap," katanya dingin.
Kai mendengus kesal, tapi tak sempat protes karena pesanan mereka tiba. Aroma gurih membuat perut mereka semakin keroncongan. Lesham hampir saja menyantap ramen, tapi Kai buru-buru menahan.
"Tunggu. Foto dulu," katanya sambil mengeluarkan ponsel. Ia memotret ramen itu dari berbagai sudut, seolah sedang mengabadikan momen berharga.
Lesham hanya bersandar di kursi, menunggu dengan wajah pasrah. "Sudah?" tanyanya singkat.
"Oke. Sekarang kau boleh makan," jawab Kai sambil tersenyum puas.
Setelah beberapa menit berlalu akhirnya perut mereka pun terisi. Kai menepuk-nepuk perutnya. "Wah, kenyang sekali."
"Oh ya, soal pembully itu, aku sudah tahu wajahnya."
"Siapa?" tanya Kai sambil meneguk minuman.
"Wajahnya tampak tenang, tapi nada bicaranya menusuk. Namanya sesuai dengan pesan itu… Evelyn Sharma Latest."
Kai mengangguk. "Dia bilang apa?"
"Dia Hanya bilang, kalau aku akan sering bertemu dengannya. Bahkan mungkin setiap hari," jawab Lesham datar.
Kai sedikit merinding. Sosok seperti itu jelas bukan orang yang akan membiarkan Lesham hidup tenang. Tapi Lesham sekarang bukan Lesham yang dulu.
Lesham tiba-tiba teringat foto tadi. "Kai, tunjukkan foto yang tadi, aku ingin melihatnya"
"Duduk di sampingku, nanti kulihatkan."
Lesham pindah duduk, memandangi layar ponsel Kai. Ia tersenyum tipis. "Waw Bagus. Kirimkan padaku sekarang, mau kupasang di story."
Tak lama, foto itu sudah ada di ponselnya. Kai ikut tersenyum. "Les, baru kuunggah, sudah ratusan orang yang menyukai. Kau tahu aku punya kerja sampingan?"
Lesham mengerutkan kening. "Kerja sampingan?"
"Selebgram. Aku punya beberapa brand yang minta kerja sama, entah itu pemotretan, video pendek Atau yang lainnya. Kau tahu? bayarannya juga tak sedikit."
Lesham terkekeh. "Aku sangat bangga padamu, tenyata kau sangat multifungsi ya" Ia tiba-tiba memeluk Kai erat sampai Kai susah bernapas.
"Ya… ya… lepaskan… aku kehabisan napas!" Kai menepuk punggungnya.
"Tidak mau," jawab Lesham datar.
Namun sebelum Kai sempat mengeluh lagi, seseorang tiba-tiba menarik Lesham dengan paksa hingga ia berdiri. Kai menoleh cepat, dan matanya membulat saat melihat pria yang ada dihadapannya.
Lesham mengenal pria itu. orang yang pernah ia lihat di atap sekolah.
Pria itu menggenggam tangan Lesham erat dengan tatapan datar yang menusuk.
"Lepas!" seru Lesham dingin.
"Tidak," jawab pria itu singkat.
Lesham mengerutkan kening. "Aku bilang lepas!"
"Aku akan melepaskanmu… tapi kau ikut denganku. Dan jangan dekat-dekat dengannya," ucapnya sambil menunjuk Kai.
Kai berdiri, menatapnya tajam. "Kau siapa berani mengatur hidupnya? Apa kau pacarnya? Bukankan? Atau… jangan-jangan kau adalah salah satu pembully Lesham?"
Pria itu tersenyum miring. "Kau menuduhku?"
"Bisa saja. Aku baru melihatmu menariknya paksa. Kau tidak punya hak untuk mengatur atau mengganggu hidupnya," tegas Kai sambil menarik tangan Lesham. "Ayo, kita pergi."
Lesham mengikuti langkah Kai, membawa tasnya.
Pria itu hanya berdiri diam, menatap punggung mereka yang kini mulai menjauh, lalu ia memejamkan matanya sejenak dan mengibaskan rambutnya ke belakang, berusaha untuk menahan emosi yang jelas menggelegak di dalam dirinya.