Camelia tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam satu malam.
Hanya karena hutang besar sang ayah, ia dipaksa menjadi “tebusan hidup” bagi Nerios—seorang CEO muda dingin, cerdas, namun menyimpan obsesi lama padanya sejak SMA.
Bagi Nerios, Camelia bukan sekadar gadis biasa. Ia adalah mimpi yang tak pernah bisa ia genggam, sosok yang terus menghantuinya hingga dewasa. Dan ketika kesempatan itu datang, Nerios tidak ragu menjadikannya milik pribadi, meski dengan cara yang paling kejam.
Namun, di balik dinding dingin kantor megah dan malam-malam penuh belenggu, hubungan mereka berubah. Camelia mulai mengenal sisi lain Nerios—sisi seorang pria yang rapuh, terikat masa lalu, dan perlahan membuat hatinya bimbang.
Apakah ini cinta… atau hanya obsesi yang akan menghancurkan mereka berdua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biebell, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 — Hanya Karena Jas Hujan?
"Hanya karena itu? Kau serius?" tanya Camelia tidak percaya begitu Nerios selesai berbicara.
Entah mengapa Nerios tidak suka dengan respon Camelia. "Hanya karena itu, katamu?" sinisnya.
Camelia berdecak pelan, Nerios begitu sensi menurutnya. "Itu hanya kebaikan kecil karena aku selalu melihatmu diam saat ada tugas kelompok."
"Jadi kau hanya merasa kasihan padaku?!" sentak Nerios, dulu mungkin ia merasa biasa saja jika tau Camelia hanya kasihan padanya. Tapi sekarang ia sudah terlanjur tergila-gila pada wanita itu jadi jelas ia sakit hati.
"Tentu saja!" balas Camelia dengan nada tinggi. "Mungkin dulu kau terlalu percaya diri, mengira aku menyukaimu, padahal apa salahnya membantu teman satu kelas."
Nerios menahan amarahnya, matanya terlihat begitu tajam menatap wajah Camelia. "Bukan hanya itu, banyak sekali perilakumu yang membuat aku jatuh hati padamu," ungkapnya.
Camelia menaikan satu alisnya. "Kau masih ada hal yang mau diceritakan padaku?"
"Iya!" jawab Nerios dengan cepat.
"Baiklah, lanjutkan ..." Camelia penasaran penyebab Nerios bisa menyukainya, jadi ia membiarkan cowok itu bercerita padanya.
Flashback
Hujan deras mengguyur kota sore itu. Gedung sekolah remang dengan langit kelabu, sebagian besar siswa sudah pulang. Namun, Camelia masih bertahan di kelas, ia sibuk menyalin catatan ke buku tulisnya, tidak memperdulikan suasana sekolah yang mulai sepi.
Dari bangkunya Nerios mengamati setiap gerak-gerik Camelia, sudah setengah jam ia hanya duduk diam, berpura-pura membaca buku padahal matanya sama sekali tidak lepas dari Camelia.
Camelia menutup bukunya, merapihkan alat tulisnya, lalu memasukkan semuanya ke dalam tas. Setelah itu ia berdiri, ketika ia menoleh dan mendapati Nerios masih ada, ia hampir saja ia berteriak karena terkejut.
"Kenapa lo belum pulang? Gua kira di kelas cuman gua!" tanyanya sambil mengelus dada secara perlahan.
Nerios tersenyum kecil, di dalam hatinya ia terkekeh melihat respon Camelia yang begitu lucu. "Hari ini gua bawa motor, jadi gua harus nunggu hujan reda dulu," balasnya.
"Kalo lo sendiri kenapa masih di sini?" lanjutnya basa-basi sambil memasukkan buku ke dalam tas, padahal ia sendiri sudah tau mengapa Camelia masih berada di dalam kelas.
Cewek yang hari ini kepalanya dihiasi dengan bandana pun menjawab, "Gua tadi lagi ngerjain rangkuman."
Sederhana, tapi jawaban itu dapat membuat Nerios semakin kagum padanya. Camelia tidak berada di peringkat 10 besar, akan tetapi gadis itu selalu semangat mengerjakan tugas atau pun catatan.
Nerios bangkit dari duduknya. "Lo bawa payung?"
Camelia menggeleng. "Nggak bawa, soalnya nanti gua bakalan di jemput sama Ayah."
Tanpa pikir panjang, Nerios meraih payung hitam dari tasnya. "Ayo, gua payungin sampai parkiran!"
Camelia hendak menolak, tapi tatapan datar Nerios mampu membungkam mulutnya. Hingga akhirnya ia hanya mengangguk sebagai jawaban.
Mereka berdua kemudian berjalan keluar dari dalam kelas secara berdampingan. Udara saat mereka berada di lorong terasa begitu dingin, membuat Camelia mengusap tangannya.
Nerios menatap Camelia yang sepertinya kedinginan. "Lo nggak bawa sweater atau jaket, gitu?"
Camelia mendongak menatap Nerios, ia menggeleng kecil sebelum kembali menatap depan. "Nggak bawa, tapi nanti di mobil Ayah pasti ada selimut kok."
"Baguslah kalau begitu."
Nerios begitu menikmati kebersamaan mereka yang jarang sekali terjadi, mereka sering mengobrol saat mengerjakan tugas Bu Desi saja, sisanya hanya beberapa kali di kelas.
"Oh, itu mobil Ayah gua!" Camelia menunjuk mobil sedan berwarna hitam, jaraknya sekitar 10 langkah dari lobby.
Sontak saja Nerios langsung membuka payung, mengangkatnya ke atas hingga mereka berdua berada di bawah payung. "Ayo kita ke sana!" ajaknya.
Mereka berdua berjalan dengan perlahan karena banyak genangan air di parkiran, sesekali tanpa sadar tangan Camelia bertopang pada tangan kiri Nerios, membuat cowok itu menahan senyuman.
Begitu sampai di depan mobil, Camelia membuka pintu penumpang di samping kursi pengemudi, ia langsung masuk ke dalam.
"Tunggu sebentar!" tahan Camelia saat Nerios hendak membantunya menutup pintu mobil.
Nerios mengerutkan keningnya bingung, ia melihat Camelia yang sedang berbincang dengan sang Ayah, lalu tubuhnya condong ke belakang untuk mengambil sesuatu.
"Ini!" Camelia menyodorkan jas hujan padanya. "Pakai aja dulu jas hujan punya gua, anggap aja balesan dari gua karena udah dipayungin sama lo!"
Cowok itu menatap jas hujan sesaat sebelum akhirnya mengambilnya. "Besok gua balikin!"
"Iya terserah lo," ucap Camelia sambil menarik pintu mobil. "Makasih ya, Nerios!"
Nerios mengangguk tepat saat pintu itu tertutup, ia mundur beberapa langkah, menatap mobil itu yang mulai melaju keluar dari halaman sekolah.
"Camelia ..." lirihnya sambil menatap jas hujan yang ia genggam erat.
Ia mendekap jas hujan itu dengan tangan kanannya yang juga menggenggam gagang payung, lalu tangan kirinya mengambil kunci kendaraan dari dalam saku celana.
Kemudian ia berjalan sekitar 20 langkah ke depan, menekan kunci tersebut hingga kendaraannya berbunyi. Ia membuka pintu pengemudi, meletakan jas hujan itu di kursi penumpang.
Nerios menutup payung, membiarkan rintik hujan membasahi dirinya, lalu masuk ke dalam mobilnya.
Ya, Nerios berbohong. Ia memang sengaja menunggu Camelia, agar bisa lebih lama memandangi gadis itu.
Flashback off
Camelia bangkit dari duduknya, ia berjalan menuju jendela kamarnya, membuka gorden besar tersebut. Ia memandangi memandangan halaman rumah Nerios di malam hari.
"Jadi dulu kau berbohong demi melihatku lebih lama?" tanya Camelia tanpa menatap Nerios.
Nerios itu bangkit, ia berjalan beberapa langkah, lalu berdiri tepat di belakang Camelia. "Ya, aku mulai senang melihatmu sejak kau mengajakku untuk masuk ke dalam kelompokmu."
"Kau memang sudah g*ila sejak dulu, Nerios!" maki Camelia. Ia tidak habis pikir dengan pria itu, hanya karena masalah sepele dia bisa jadi terobsesi padanya.
"Kau terlalu sering memaki diriku, Camelia!" ujar Nerios dengan sedikit penekanan.
"Apakah hanya itu yang bisa kau lakukan sekarang? Memaki dan mencoba kabur dariku, kau terlihat menyedihkan." lanjutnya sambil maju selangkah lebih dekat, membuat Camelia memutar tubuhnya, menghadap pria itu.
Camelia menatap tajam Nerios, tangannya terangkat untuk menunjuk wajah Nerios. "Kau yang membuatku terlihat menyedihkan! Jika saja kau tidak jatuh hati padaku maka hidupku tidak akan seperti ini!"
Nerios tertawa sinis. "Kau menyalahkanku? Mengapa kau tidak menyalahkan Ayahmu yang meminjam uang padaku dengan jumlah yang banyak? Kesalahan utamanya karena Ayahmu, bukan aku!"
Wanita yang mengenakan pakaian rumahan itu terdiam, dalam hati ia membenarkan ucapan Nerios. Jika Ayahnya tidak meminjam uang sebanyak itu pada Nerios maka dirinya tidak akan pernah ada di sini.
Ayahnya meminjam uang pada Nerios tanpa sepengetahuan dirinya, saat sudah menunggak baru sang Ayah memberitahunya agar dirinya bisa membantu untuk membayar hutang, tapi ia tidak pernah tahu bahwa orang yang meminjamkan uang adalah Nerios—cowok yang dulu terlihat begitu pendiam.
"Kenapa Camelia? Apakah kau tidak bisa membantahnya karena itu adalah fakta?"
Berikan dukungan kalian teman-teman!
Jangan lupa vote dan komen
Salam cinta, biebell