_Simple Komedi horor_
Demian, seorang anak miskin yang mencoba kabur dari bibi dan pamannya malah mendapat kesialan lain. Ya.. ia bertemu dengan seorang pemuda sebayanya yang tidak masuk akal dan gila. Lantas apakah Demian akan baik-baik saja??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Malam dan Boneka
Usai perbincangan panas tentang reputasi dukun sakti ala Alsid, suasana menjadi agak canggung. Nehara, yang masih mengenakan piyama dengan rambut awut-awutan, dengan antusias menuju dapur. "Kalian pasti lapar kan? Tenang, gue masakin!" katanya dengan semangat.
Demian dan Alsid saling pandang. Tidak, ini bukan ekspresi gembira. Ini ekspresi ngeri. "Dia gak bisa masak!" bisik Alsid pada Demian. "Terakhir dia masakin gue, gue di opname tiga hari dirumah sakit karena keracunan makanan." lanjutnya, membuat Demian meneguk ludah, ngeri.
"Terus ngapain dia mau masak ke dapur?"
"Sssst!!" Alsid mendesis. "Dia suka masak, tapi gak tau cara masak. Gue juga bingung, ide masakan yang biasa dia tonton aja debm, gimana mau jadi masakannya. Pokoknya, jangan pernah makan apapun yang dia masak, walaupun dia cuma masak aer doang. Gue yakin, aernya juga pasti jadi racun kalau dia yang masak."
Demian bergumam lirih, "Kalau itu bener, mending aku puasa sunah Ayyamul Bidh daripada ngicip masakan Nehara."
Alsid hanya menggeleng-geleng, menghela napas. "Kayaknya, ini bakal jadi pengalaman spiritual. Pokoknya sehabis ini, kita sama-sama shalat tobat, takut mati."
"Nah, kalian duduk disitu. Lama banget sih ngobrol diluar. Liatin gue masak aja ya." pinta Nehara sambil memeriksa isi kulkas milik Alsid.
Beberapa menit kemudian, aroma ikan goreng tercium. Sayangnya, aroma itu bukan aroma yang membuat perut lapar. Bau amis bercampur bau hangus menyelimuti ruangan. Demian melirik dapur dan matanya membelalak saat melihat Nehara memasukkan ikan besar ke dalam kuali berisi penuh minyak yang sudah mengepulkan asap.
Seketika mata Demian terbelalak, melihat suara nyaring dan gemerisik minyak yang meletus-letus. Ia menelan ludah lagi lalu menatap Alsid.
"Mati.. pasti abis ini kita mati. Baru aja mau jadi dukun sakti." gerutu Alsid seperti orang frustasi.
"Eh, Hara.. Itu... ikannya.. kok gak di bersihin dulu sebelum masuk kuali, atau.. di bumbuin gitu." Demian mencoba memberi tahu dengan sopan.
"Kenapa? Lo pikir gue gak bisa masak? Ini resep warisan keluarga!" sahut Nehara sambil membalik ikan dengan sendok plastik.
Alsid menggumam di belakang Demian, "Resep warisan... kayaknya keluarga dia belum sempat bertahan hidup."
"Tapi itu.. sirip ikannya kok gak di bersihin. Mulut ikannya gak di bedel gitu? Buat di buang insang di dalamnya??" Demian meringis sambil berbisik kedekat Alsid.
"Waduh? Kok siripnya pada mekar?" gumam Nehara bingung, dan tentu saja itu semakin meyakinkan dua lelaki di meja makan, kalau masakan Nehara memang beracun.
Lima belas menit kemudian, makanan disajikan. Nasi keras, ikan berwarna hitam arang, dan sambal yang mengeluarkan bau gosong tapi di penuhi minyak hampir setengah mangkok. Meja makan tampak lengkap, tapi dua dari tiga orang yang duduk di sana malah sibuk saling tendang di bawah meja.
"Kamu makan duluan," bisik Demian.
"Nggak, lo duluan. Gue yakin itu empedu masih utuh di dalam sana," balas Alsid.
"Insang sama siripnya aja gak dibersihin." tambah Demian.
Nehara tampak bangga, duduk di hadapan mereka sambil tersenyum. "Ayo dong, makan! Ini adalah hasil jerih payah gue dan penuh kasih sayang. Rasanya pasti sulit di ungkapkan."
Memang sulit diungkapkan, saking tidak enaknya.
Demian meneguk ludah. "Ehm, Hara, kamu nggak lapar?"
"Gue kenyang liat kalian kenyang" jawabnya sambil nyengir.
"Nah, itu masalahnya. Gue udah kenyang!! Kasih ke Demian aja." sambar Alsid, menyelamatkan dirinya sendiri.
"Lah!! Bukannya kamu dari di masjid tadi mengeluh lapar dan mau makan. Nah, makan semuanya!!" balas Demian, tak mau dijadikan tumbal.
Seketika wajah Nehara berubah saat mendengarnya. "Kok kalian saling lempar sih? Gue kan udah capek-capek masak. Kok gak di hargain? Seenggaknya kan cicip aja dikit."
Melihat reaksi Nehara, tentu saja membuat Demian tidak tega. Ia tersenyum kaku sambil mengambil sendok di atas meja, dan mengambil sepotong ikan di piring.
"Ka.. kalau gitu, gue makan." ucapnya, sambil terus beristighfar di dalam hati.
Suapan pertama langsung masuk ke mulut Demian dan.... "Enak." singkatnya.
"HAH?! MASA'?!!" Pekik Alsid dan Nehara serentak. Bahkan Nehara yang memasaknya pun tak percaya kalau makanan itu enak. Dia benar-benar tidak mencicipinya sebelum dihidangkan.
Serentak lagi, Alsid dan Nehara menyomot ikan dan melahapnya. Ketika potongan ikan masuk ke mulut.
"HUEEEEK!! HUEEEK!!" Mereka bertiga muntah serentak di atas makanan Nehara.
"Enak, matamu!!" bentak Alsid.
"Ini sampah yang gak bisa di daur ulang saking paitnya!!" pekik Nehara juga, mengakui kalau masakannya tidak enak.
"Kalian berdua belum nyoba, dan malah menyuruh aku yang makan. Mau bunuh aku sendirian?!" bentak Demian marah.
Akhirnya, demi menyelamatkan nyawa bersama, Demian beranjak ke dapur. "Aku masak indomie aja ya."
Tak lama kemudian, aroma sedap mie instan pun menyelamatkan suasana. Mereka duduk kembali, menyantap mie hangat dengan lahap, selepas membuang jauh-jauh masakan Nehara.
Ikan besar yang baru di beli Alsid untuk stock di kulkas malah dijadikan bahan percobaan Nehara. Alamat besok Alsid dan Demian tak bisa makan karena tak ada bahan.
"Ah, kenyang juga! Ternyata masakan Demian enak." gumam Nehara.
"Masak mie instan kan basic. Semua orang bisa, kecuali orang gila." sambar Alsid.
Nehara menatap sinis. "Jadi maksud elu gue gila?"
Alsid terkejut. "Hah? Gue kan bilang semua orang bisa masak mie instan kecuali orang gila."
"Berarti Hara gak bisa masaknya." Demian menimpali dengan tawa, dan langsung ciut ketika Nehara menatapnya dengan aura membunuh. "Eeee.. Ngomong-ngomong Alsid keren, bisa ngobatin orang sakit." sambung Demian, berusaha mengganti topik.
"Ya jelas lah!! Ini kan awal mula pekerjaan gue. Gue mau nekunin buat dapat duit lebih banyak lagi."
"Lagian sejak kapan lu bisa jampi-jampi. Lu pasti nipu orang kan, jadi dukun KW?" sergah Nehara, membuat Demian tertawa.
"Kalau lu gak percaya gak apa-apa, udah ada yang percaya ama gue juga."
Nehara menggelengkan kepalanya. "Gue masih gak habis pikir," ujar Nehara. "Lo beneran ngaku-ngaku jadi dukun? Dan orang-orang percaya?"
Alsid mengangkat bahu santai. "Gue cuma... memberikan mereka harapan, dengan sedikit ilusi."
"Jadi ini semua... cuma akal-akalan lo doang?" tanya Nehara lagi. "Gila sih!! Orang-orang bego aja gak sih yang percaya sama orang oon kayak lu?"
"Yap, orang-orang kan emang kebanyakan yang oon. Tapi seenggaknya, gue belajar dulu sebelum mulai nipu. Gak kayak lo masak ikan tadi," sindir Alsid.
Demian tertawa kecil. "Ya, Hara, kalo orang yang percaya sama omongan Alsid itu bodoh, berarti ibumu juga sama dong. Dia sampe takut nagih uang kosan ke si dukun palsu ini."
Tawa pecah. Alsid sampai terbatuk. "Gila mulut si Demian. DEYM DEYM!!!"
"Kurang ajar kalian!" ujar Nehara.
Suasana santai kembali memenuhi ruang makan. Tapi di sela senda gurau itu, Demian tiba-tiba menghentikan suapan terakhirnya. Matanya mengarah pada sudut dapur, tepat di balik lemari es.
Rambut hitam panjang menjuntai keluar dari sela tirai. Bukan rambut manusia, tapi rambut boneka s*x yang sempat menjadi "proyek make up" Alsid.
Demian melihat wajah boneka itu sudah bersih tanpa ada make up monyet lagi. Ternyata Alsid sudah membersihkannya. Ngeri juga kalau melihatnya menor begitu.
Disisi lain, saking bentuknya yang seperti manusia asli, itu lumayan membuat merinding. Demian berusaha menjauhkan pandangan, tapi entah kenapa matanya berulang kali kembali ke sana. Benda itu, seperti mayat manusia yang tergeletak karena mati.
Demian diam. Aura. Ia merasakan sesuatu... sesuatu yang tidak biasa. Dingin. Seperti ada hawa berat dan lekat... mengendap di sekeliling ruang dapur.
Tatapan Demian kembali menancap pada boneka itu. Matanya menajam. Aura hitam, samar tapi kental. Seperti kepulan asap pekat, tak kasat mata bagi orang biasa.
Ia menarik napas pelan. Dia merasakan... benar ada sesuatu, dari benda mati itu.
Bersambung...
kalou gak kena pasien akan ngebalik ke yang ngobatin maka jangan main main dengan peran dukun karena itu akan kembali ke kita kalau kekuatanya lebih kuat dari kita
semangat terus KA rimaaa, penasaran banget kelanjutan nyaa.
bikin penasaran