Amor Tenebris (Cinta yang lahir dari kegelapan)
“Di balik bayangan, ada rasa yang tidak bisa ditolak.”
...
New Book, On Going!
No Plagiat❌
All Rights Reserved August 2025, Eisa Luthfi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eisa Luthfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
...◾▪️Amor Tenebris ▪️◾...
Bab 15 – Pertemuan di Bawah Bulan Purnama
Bulan purnama menggantung di langit gurun seperti piring perak, memantulkan cahaya dingin ke permukaan pasir yang beriak. Angin malam berhembus pelan, membawa aroma tanah yang panas tersisa siang hari. Di kejauhan, bukit pasir tampak seperti ombak beku di samudra emas yang sunyi.
Lyra berdiri di tepi bukit, catatan “–A” digenggam erat di tangannya. Hatinya berdegup kencang, tapi kali ini bukan karena ketakutan, melainkan campuran adrenalin dan rasa ingin tahu yang membakar. Ardelia berdiri beberapa langkah di belakangnya, menatap sekeliling dengan mata yang bersinar waspada.
“Kau yakin ini aman?” Lyra akhirnya bertanya, menelan ludah. “Aku masih merasa… sesuatu akan muncul.”
Ardelia mengangguk. “Setidaknya kita berdua bersama. Kita bisa menghadapi apa pun yang menunggu.” Namun nada suaranya tak sepenuhnya meyakinkan. Ada ketegangan yang tersembunyi di balik kata-kata itu, seperti ia juga menyimpan rahasia sendiri.
Mereka mulai menapaki jalur pasir yang sedikit menurun, menuju titik yang sebelumnya Lyra tandai sebagai pusat simbol. Setiap langkah terasa berat, seolah tanah di bawah kaki mereka ikut menahan napas. Cahaya bulan memantul pada pahatan kecil yang muncul dari pasir, menimbulkan bayangan-bayangan yang bergerak liar di permukaan gurun.
Lyra berhenti, menunduk, menelusuri pola simbol dengan jarinya. “Ini… energi yang sama seperti semalam,” bisiknya. “Tapi lebih kuat. Lebih… nyata.”
Ardelia mendekat, memegang pundaknya lembut. “Ini jalur utama. Ada yang menunggu di ujung, tapi kita harus menyiapkan diri. Jangan menoleh ke belakang, jangan panik. Fokus pada aliran energi.”
Lyra menutup mata, membiarkan aliran itu mengalir melalui tangannya. Perlahan, cahaya lembut muncul dari pahatan, menari di atas pasir seperti cahaya lilin yang tertiup angin. Semakin lama, aliran itu membentuk lingkaran di sekitar mereka, seperti portal yang menunggu untuk dibuka.
Tiba-tiba, suara lembut namun tegas terdengar di telinga Lyra.
"Lyra… jangan salah langkah…"
Ia menelan ludah, membuka mata, dan bayangan Theron muncul di hadapannya. Seperti biasa, ia tidak benar-benar hadir—hanya siluet tembus pandang yang dikelilingi cahaya perak pucat. “Fokus. Kau dekat dengan titik inti jalur. Jangan biarkan rasa takut menghalangi. Sosok bermahkota hitam itu… ia menunggu, tapi jangan tunjukkan kelemahanmu.”
Lyra mengangguk, menahan napas, merasakan energi itu menyusup ke seluruh tubuhnya. Ia merasa seolah berada di dua dunia sekaligus—dunia manusia dengan gurun panas, dan dunia vampir yang penuh bayangan dan rahasia.
Langit malam semakin gelap, bintang-bintang berkilau seperti mata-mata yang menyaksikan setiap gerak mereka. Di tengah lingkaran simbol, Ardelia menatap Lyra dengan serius. “Aku harus memberitahumu sesuatu sebelum kita melangkah lebih jauh. Aku… aku juga memiliki hubungan dengan faksi vampir tertentu. Tapi aku berbeda. Aku bukan musuhmu, Lyra. Tapi kau harus tahu, setiap gerakan kita diawasi.”
Lyra terkejut. “Kau… bagian dari mereka?”
Ardelia mengangguk. “Sebagian. Tapi aku… aku tidak setuju dengan metode mereka. Aku ingin membantu, bukan mencederai.” Ia menunduk, kemudian menatap Lyra lagi. “Percayalah padaku. Ini satu-satunya cara kau bisa tetap aman dan memahami apa yang sedang terjadi.”
Rasa campur aduk menghantam Lyra—percaya atau tidak? Tapi melihat ketulusan di mata Ardelia, serta kenyataan bahwa mereka telah melalui pengalaman simbol bersama, Lyra memilih untuk mempercayainya. “Baik. Aku percaya padamu.”
Ardelia tersenyum tipis, tapi tiba-tiba angin malam bertiup lebih kencang, mengaduk pasir di sekeliling mereka. Bayangan yang panjang dan gelap bergerak cepat di tepi lingkaran cahaya.
Lyra dan Ardelia menahan napas. Sebuah sosok tinggi muncul dari kegelapan—bermahkota hitam, matanya merah menyala di bawah sinar bulan. Aura gelap menyelimuti sosok itu, membuat lingkaran simbol bergetar halus.
Lyra menelan ludah. Ini… dia. Sosok yang selama ini ia lihat dalam bayangan dan bisikan, nyata dan menakutkan sekaligus memikat.
“Selamat datang, Lyra Valecrest,” suara dalam dan berat bergema dari sosok itu. “Aku sudah menunggumu.”
Lyra merasa detak jantungnya nyaris berhenti. Ia menatap Ardelia, yang membalas dengan mata waspada. “Tetap tenang,” bisik Ardelia. “Jangan tunjukkan rasa takut. Ini yang dia ingin lihat.”
Sosok bermahkota hitam melangkah lebih dekat, dan Lyra bisa merasakan energi gelap yang memancar darinya. Namun, ia juga merasa sesuatu yang aneh—seakan ada koneksi yang samar, sebuah ikatan yang tidak ia mengerti sepenuhnya.
“Siapa kau?” Lyra akhirnya berani bertanya, suaranya bergetar tapi tegas.
Sosok itu tersenyum tipis, menunjukkan deretan gigi yang tajam namun rapi. “Aku… pengawas. Aku yang menjaga jalur ini, memastikan tidak ada yang mengganggu keseimbangan. Tapi kau, Lyra, berbeda. Darahmu… membawa sesuatu yang langka. Sesuatu yang bahkan vampir tua pun tidak bisa abaikan.”
Lyra menelan ludah. Kata-kata itu membakar rasa ingin tahunya. “Apa maksudmu? Kenapa aku berbeda?”
Sosok itu melangkah lebih dekat, bayangannya menari di pasir di bawah sinar bulan. “Kau memiliki potensi yang bahkan aku tidak bisa kontrol sepenuhnya. Darahmu… bisa menghubungkan dunia manusia dan vampir. Dan itu… berbahaya, sekaligus berharga.”
Ardelia meraih tangan Lyra, menenangkannya. “Ingat kata-kata ku tadi, fokus pada simbol. Jangan terintimidasi.”
Lyra menunduk, memusatkan energi yang ia rasakan dari pahatan simbol. Cahaya lembut dari tangannya berdenyut seirama dengan lingkaran simbol di pasir. Sosok bermahkota hitam menatapnya, matanya merah menyala mengikuti setiap gerakan Lyra, seolah menilai kemampuan dan keberaniannya.
Tiba-tiba, bayangan Theron muncul lagi, berbisik samar:
Jangan lari dari ketakutanmu. Kau harus menghadapinya. Aku… tidak bisa hadir secara nyata, Lord mengawasi. Tapi aku selalu di sisimu, dalam bentuk ini.
Lyra menarik napas dalam, lalu menatap sosok bermahkota hitam tanpa ragu. “Aku tidak takut,” ucapnya, walau detak jantungnya melaju kencang. “Jika ini jalanku… aku akan melangkah.”
Sosok itu tertawa pelan, bergema di seluruh bukit pasir. “Berani. Aku suka itu. Tapi ingat, setiap langkahmu akan menentukan nasibmu… dan nasib mereka yang kau cintai.”
Ardelia menatap Lyra dengan mata bersinar. “Kau siap?”
Lyra mengangguk. “Ya. Bersama kita bisa.”
Lingkaran cahaya semakin terang, dan untuk sesaat, dunia manusia dan dunia vampir terasa menyatu—gurun dan malam, pasir dan cahaya, Lyra dan bayangan Theron, serta sosok bermahkota hitam yang menunggu.
Di kejauhan, angin malam membawa bisikan yang tak terdengar, seolah memberi tahu bahwa perjalanan ini baru permulaan. Bahaya, rahasia, dan jawaban yang selama ini tersembunyi akan segera terbuka.
Lyra menatap Ardelia, menarik napas panjang, dan melangkah lebih dekat ke pusat lingkaran simbol. Bulan purnama menyinari wajahnya, cahaya memantul di matanya yang penuh tekad. Ini adalah langkah pertama menuju rahasia yang akan mengubah hidupnya—dan dunia di sekitarnya—selamanya.