Noah Wisesa, pewaris konglomerat properti, terjebak dalam perjodohan demi bisnis keluarga. Saat dari rumah usai bertengkar dengan sang ibu, dia justru menabrak Ivy Liora—mantan rekan kerja yang kini berubah menjadi perempuan penuh tuntutan dan ancaman. Untuk menyelamatkan reputasi, Noah menawarkan pernikahan kontrak selama satu tahun.
Ivy menerima, asal bayarannya sepadan. Rumah tangga pura-pura mereka pun dimulai: penuh sandiwara, pertengkaran, dan batasan. Namun perlahan, di balik segala kepalsuan, tumbuh perasaan yang tak bisa dibendung. Ketika cinta mulai mengetuk, masa lalu datang membawa badai yang menguji: apakah mereka masih bertahan saat kontrak berubah jadi rasa yang tak bisa dituliskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika Ssi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Drama Gendis
Akhirnya Noah memutuskan untuk mendekati Ivy. Dia ingin mendengar dan mengetahui pembicaraan keduanya secara langsung. Ketika sudah sampai di dekat Ivy, Noah mulai melingkarkan lengannya pada pinggang Ivy.
"Apa ada masalah, Sayang?" tanya Noah sambil melirik Ivy dan tersenyum tipis.
"Ah, bukan hal penting, No. Aku hanya ...." Ucapan Ivy menggantung di udara karena tiba-tiba Jimmy memotongnya.
"No, kamu nggak salah jadikan Ivy istrimu? Dia itu parasit! Entah sudah berapa banyak pria yang ditipu demi uang! Dan aku salah satu korbannya!" Jimmy terkekeh sambil menatap sinis Ivy.
Ivy menelan ludah kasar. Sementara Noah kini mengerutkan alisnya. Jimmy yang merasa diberikan panggung kembali mengungkapkan apa yang pernah terjadi antara dia dan Ivy di masa lalu.
"Aku pernah menyewanya selama satu bulan untuk berpura-pura menjadi tunangan. Dia memerasku selama masa kontrak! Kamu harus berhati-hati dengan wanita ular sepertinya, No. Sebagai sahabatmu, aku ingin kamu melepaskannya!" ujar Jimmy seraya menyipitkan mata.
Jimmy kini mendekatkan bibir pada telinga Noah. Dia tersenyum miring dan membuat Noah terbelalak. Setelah membisikkan kalimat rahasia tersebut, Jimmy menjauh.
"Aku akan membeli cluster yang tadi kamu sarankan, Ivy. Aku mau dipandu Ivy saat mendatangi cluster itu. Jadi, jangan kecewakan aku, Bro!" Jimmy memukul dadanya sendiri sambil mengerlingkan mata.
Lelaki tersebut beranjak dari sofa, kemudian berjalan keluar dari galeri. Ivy menatap tajam Jimmy hingga punggung lelaki tersebut tak nampak lagi dari pandangannya. Setelah itu, Ivy melangkah mendekati Noah.
"Jadi kamu pernah memiliki hubungan dengan Jimmy di masa lalu?" Suara Noah dingin, tetapi penuh amarah.
"Hubungan bisnis biasa seperti yang kita lakukan sekarang, No. Apakah ada masalah?" Ivy meraih botol air mineral di atas meja dan meneguknya perlahan.
Noah tak berkata apa-apa. Dia beranjak dari sofa dan berjalan ke arah elevator VVIP. Ivy berjalan cepat mendekati sang suami.
Beruntungnya Ivy berhasil menyusul Noah. Suasana mendadak canggung saat pintu elevator kembali tertutup. Ivy melirik Noah sekilas yang sejak tadi bersikap kaku.
"Jadi, kalian bersahabat? Lalu bagaimana bayarannya? Aku dapat komisi berapa persen?" cecar Ivy.
Noah memejamkan mata selama beberapa detik. Rahangnya tampak mengeras. Tak lama kemudian lelaki tersebut menoleh ke arah Ivy.
Senyuman Ivy mendadak lenyap berganti dengan rasa gugup. Tatapan yang diberikan oleh Noah tak seperi biasa. Seperti ada api yang membakar dari dalam sana.
Lelaki tersebut terus melangkah maju mendekati Ivy. Ivy menelan ludah kasar dan terus mengambil langkah mundur. Sampai akhirnya punggung perempuan itu menempel pada dinding elevator.
"No, kamu kenapa?" tanya Ivy sambil menatap Noah gentar.
Biasanya Ivy tak mudah terintimidasi. Namun, entah mengapa saat itu nyalinya seakan menciut. Noah terus memangkas jarak dengan Ivy hingga tubuhnya condong ke depan.
"Aku penasaran apa saja yang sudah dilakukan oleh Jimmy kepadamu! Setahu dia penganut free sex! Playboy kelas kakap yang mengandalkan harta orang tua dan ketampanannya." Noah tersenyum miring sambil menyipitkan mata.
"No, kamu ngomong apa? Aku nggak ngerti, deh!" ujar Ivy sambil berusaha menghindar.
Namun, dengan cekatan Noah segera mencekal pergelangan tangan Ivy. Dia mengunci lengan sang istri dengan menautkan jemari dan menempelkannya pada dinding elevator. Mendadak Noah mendekatkan bibirnya pada wajah Ivy.
Ivy terbelalak seketika. Perempuan itu terus berontak ketika Noah berusaha mencuri ciumannya. Ivy sesekali memukul dada Noah.
Namun, Noah semakin beringas. Dia seakan kesulitan mengendalikan emosi. Ivy pun akhirnya bereaksi dengan menginjak kaki sang suami menggunakan ujung hak sepatunya.
"Aduh!" teriak Noah.
Di waktu yang bersamaan, pintu elevator terbuka. Ivy langsung berlari keluar dari ruang sempit tersebut. Dia masuk ke kantor Noah untuk mengambil tasnya. Air matanya mengalir.
Ivy merasa harga dirinya sedang diinjak oleh Noah. Ketika membuka pintu, Noah tepat berada di hadapannya. Tatapan lelaki tersebut sedikit lebih lembut.
"Kamu jangan macam-macam, Noah! Ingat! Kita hanya menikah secara kontrak! Aku nggak akan membiarkanmu berbuat sesuka hati!" protes Ivy dengan air mata mengalir.
"Bukankah kamu dan Jimmy sudah melakukan lebih dari sekadar ciuman? Nggak usah sok suci! Kamu menghalalkan segala cara demi uang!" tuduh Noah sambil kembali berusaha merenggut ciuman Ivy.
Kali ini Ivy mengigit bibir Noah ketika bibir lelaki itu menempel. Sontak Noah mundur dan melepaskan Ivy. Tak sampai di sana, Ivy sekarang menampar Noah.
"Jika kamu terus bersikap begini, aku akan semakin berontak! Bukan seperti ini caranya memperlakukan seorang istri, No!" teriak Ivy.
"Istri?" Bahu Noah bergetar sambil terkekeh.
"Kamu sepertinya terlalu mendalami peran, Vy! Halo, sadarlah! Kami tak lebih dari istri sewaan yang akan menjadi janda sembilan bulan ke depan!" ejek Noah sambil menggerakkan telapak tangan di depan wajah Ivy.
Ivy kali ini enggan berselisih lagi dengan Noah. Dia memilih untuk menghapus air mata, menyambar tas yang tergeletak di atas lantai, kemudian berjalan ke arah pintu.
"Jika kamu keluar dari ruangan ini, aku akan memotong bonus penjualanmu!" ancam Noah.
Akan tetapi, Ivy kali ini tak peduli lagi dengan uang. Dia hanya ingin pergi dari sana secepatnya. Perempuan tersebut membuka pintu dan membantingnya kasar.
Sejak insiden itu, Ivy menjaga jarak dengan Noah. Dia berubah dingin dan menjadi jauh lebih tenang. Ivy berangkat ke kantor secara terpisah dari Noah.
Kejanggalan itu pun tercium oleh Gendis. Perempuan tersebut mengambil celah untuk masuk ke dalam rumah tangga keduanya. Semua dimulai sore itu.
"Ngapain kamu datang ke kantor?" tanya Noah sambil menatap Gendis yang kini berdiri di depan pintu kantor.
Gendis bersikap tak acuh. Dia tetap melangkah masuk mendekati Noah yang kini duduk di meja kerjanya. Gendis menarik kursi di hadapannya, lalu mendaratkan tubuh ke atas sana.
"Aku juga pemegang saham perusahaan almarhum Om Arga, No. Jadi, jika sesekali aku datang melihat-lihat, nggak akan jadi masalah, 'kan?" Gendis tersenyum lembut sambil menatap Noah penuh arti.
"Katakan tujuanmu apa, dan segera pergi dari sini. Kamu membuatku tidak bisa bekerja dengan tenang, Ndis!"
Gendis beranjak dari kursi. Dia melangkah mendekati Noah. Dia berdiri di belakang Noah kemudian melingkarkan lengannya pada leher lelaki tersebut.
Noah berusaha melepaskan tangan Gendis dari tubuhnya. Namun, perempuan itu semakin menguatkan pelukannya. Akhirnya Noah memutar kursi.
Otomatis, hal tersebut justru membuat Gendis terduduk di pangkuan Noah. Rahang Noah semakin mengeras ketika melihat tingkah Gendis yang sudah melebihi batas.
"No, kamu tahu kalau aku sudah menyukaimu sejak lama. Kenapa kamu tidak memiliki perasaan yang sama kepadaku, No? Apa kurangku?" Gendis membisikkan kalimat itu menggunakan suara parau yang seksi.
"Seharusnya kamu bisa introspeksi diri, Ndis. Bukankah di rumahmu ada kaca? Berkacalah agar tahu apa yang membuatku semakin ingin menjauhimu!"
Tiba-tiba Gendis membuka dua kancing kemejanya. Dia menurunkan sisi kanan kemeja, lantas menarik wajah Noah mendekat. Noah yang tak siap tak bisa berkutik.
"Aku akan pastikan kamu tidak bisa dimiliki siapa pun jika aku tidak bisa memilikimu seutuhnya, No." Gendis tersenyum miring sambil menatap pintu kantor Noah yang kini terbuka.