PILIHAN HATI HASYA

Hasya melangkah cepat menuju lift,ia bahkan tak menyapa sekretaris suaminya yang tengah duduk di meja kerjanya yang berada tepat di depan ruangan Ezar.

Viola sekretaris Ezar menatap prihatin dan juga penasaran pada Hasya,ia mengira gadis yang ia tau seorang mahasiswi magang itu baru saja kena marah oleh bos nya, karena ia yakin tadi melihat sepertinya Hasya menahan tangis saat keluar dari ruangan sang CEO.

Sudah bukan rahasia lagi seperti apa sikap dan ketegasan CEO Lumina works, usianya memang masih sangat muda, bahkan belum menginjak di angka 23, tapi cara kerjanya melebihi pimpinan berusia 40 tahunan,dia pintar, cerdas,cepat, kejam, arogan dan bahkan terbilang sadis saat orang-orang berurusan dengan nya.

Wajah nya boleh di juluki sebagai warisan dewa Yunani,tapi kekejaman nya melebihi seorang mafia, bahkan para karyawan wanita tak lagi ada yang berani berusaha mendekati atau menggodanya,setelah ia menunjukkan hukuman seperti apa bagi karyawan yang berani macam-macam padanya.

' Kasihan gadis itu,pasti kena marah, padahal wajahnya cantik,apa pak bos ga tertarik ya' batin viola merasa heran sendiri.

Entah wanita tipe seperti apa yang bos nya itu inginkan, mereka belum pernah melihat ada wanita yang datang bersatus sebagai kekasih nya,atau berita yang mengatakan cerita tentang asmara nya, sungguh pribadi bos nya itu sangat tertutup.

Hasya memasuki toilet sebelum ia kembali ke divisinya,ia menatap wajah nya yang nampak sedikit sembab, bibirnya terlihat sedikit membengkak karena ulah suaminya.

Hasya memejamkan matanya menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan,ia membasuh wajahnya berharap dapat mengurangi sembabnya.

Setelah merasa cukup baik,Hasya memutuskan untuk keluar dari toilet dan segera kembali ke divisinya, pekerjaan nya masih lumayan banyak dan harus ia selesaikan segera, kasihan Nadira yang harus mengerjakan tugas nya nanti.

" Sudah selesai urusan dengan pak bos?" Nadira langsung bertanya saat melihat sang sahabat yang datang dan mendudukkan dirinya di kursi kerja nya.

" Udah" Hasya hanya menjawab singkat,dan itu cukup membuat Nadira diam,ia tau sahabat nya sedang ada masalah,atau sedang kurang baik kepada nya.

Hasya berusaha berkonsentrasi melanjutkan pekerjaan nya,ia tak ingin mencampur adukkan antara masalah pribadi dan pekerjaan nya,ia harus profesional,dan ingat saat ini ia adalah mahasiswa magang yang butuh nilai maksimal jika ia ingin di akui nantinya.

****

Sedangkan di ruangan CEO.

Ezar baru saja keluar dari kamar mandi,ia terpaksa harus menuntaskan hasratnya seorang diri di kamar mandi, Ezar mengumpat sebal pada dirinya yang entah mengapa begitu berhasrat setiap kali melihat wanita tawanan nya itu.

Ya Ezar menyebut Hasya sebagai tawanan nya,ia seakan tak pernah bisa mengendalikan diri nya saat menatap wajah cantik istri nya itu,maka itu lah ia langsung meninggalkan Hasya dan tak .au melihatnya seperti tadi, karena ia tak ingin lepas kontrol dan berakhir dengan melahap habis tubuh istrinya itu.

Dan ya .. Ezar tak akan tau sampai kapan ia akan mampu mempertahankan dirinya agar tak menyentuh Hasya lebih dari kissing.

Ezar menghembuskan nafasnya dalam-dalam, ia sudah kembali berpakaian di kamar pribadinya yang terdapat di ruangan nya itu,ia kembali terlihat rapi dengan setelan kemeja berwarna abu-abu tua dan celana senada,jasnya ia sangkut kan di sandaran kursi kebesaran nya.

Ezar berdiri menatap jalanan kota dan halaman perusahaan nya dari jendela kaca raksasa di ruangan nya.

Pikirkan nya melayang jauh memikirkan cara-cara yang paling ampuh untuk menyakiti kakak dari istrinya, untuk membuat wanita yang berprofesi sebagai model itu frustasi dan berduka karena melihat orang-orang tersayang nya tersakiti.

Namun yang menjadi pertanyaan besar nya, apakah ia akan mampu menyakiti Hasya? Wanita yang sudah ia nikahi itu, bahkan tadi saat melihat wajah sendu dan mata berkaca-kaca Hasya saat menatap nya setelah ia mencium paksa nya saja hatinya merasa goyah.

Ezar merasa seakan ada yang berdenyut nyeri di ulu hatinya saat melihat wajah seperti putus asa istrinya,lalu apakah ia akan tega jika melakukan yang lebih dari itu? Tapi ia telah berjanji di makan kakak laki-lakinya bahwa ia akan membalas kekejaman wanita yang sangat kakak laki-lakinya cintai itu.

" Ke ruangan ku sekarang" Ezar memerintahkan asisten pribadi nya untuk datang ke ruangan nya, melalui interkom yang berada di ruangan nya.

" Ada yang anda butuhkan tuan?" Reza masuk setelah terlebih dahulu mengetuk pintu dan mendapatkan izin untuk masuk dari sang pemilik ruangan.

" Kirim kan foto-foto jalang itu ke rumah sakit" perintah Ezar tegas.

" Anda yakin tuan? Apakah itu tidak akan membuat keadaan ibu mereka drop jika sampai melihat seperti apa kehidupan anak nya di luar sana?" Reza masi sedikit memiliki hati nurani.

" Lalu apa hubungannya dengan ku? Apakah itu juga akan menjadi urusan ku?" Ezar berkata cuek.

" Tapi bagaimana dengan nona muda jika sampai terjadi sesuatu pada ibunya? Nona muda pasti akan sangat sedih tuan" Reza bersusah bernegosiasi dengan bos nya.

Rasanya ia tak begitu tega menyakiti hati wanita yang ia tau begitu baik.

Dan juga Reza tengah berusaha keras untuk kembali menyelidiki tentang kasus Kematian kakak kandung bos nya itu,Reza merasa ada kejanggalan dalam kejadian itu, karena dari informasi yang ia dapatkan sesuai olah TKP, Safea bahkan masih di kampus jika jam kematian yang di perkirakan dari hasil otopsi benar.

Itu artinya Safea seharusnya tidak bersalah,atau tidak terlibat secara langsung,hanya saja saat kejadian itu kakak laki-laki Ezar juga masih memakai wisudanya lengkap,sama seperti Hasya saat di temukan berada di TKP.

" Justru itu yang aku inginkan,dengan kehancuran nya maka ia akan menceritakan semuanya pada kakak nya,dan kakak nya akan semakin terpuruk karena kesedihan keluarga nya,dan akan lebih bagus lagi jika sampai keluarganya menolak nya, bukankah selama ini hubungan mereka sangat dekat"

Ezar benar-benar akan memulai semua rencananya yang telah ia susun,masih teringat dengan jelas seperti apa tangisan ibunya saat menatap jenazah putra pertamanya yang terbaring kaku, bagaimana ibunya tak sadarkan diri saat detik-detik terakhir melihat jenazah putranya pertama nya di pemakaman,Ezar masih sangat mengingat nya.