Mengisahkan kehidupan seorang siswa laki-laki yang telah mengalami patah hati setelah sekian lamanya mengejar cinta pertamanya. Namun, setelah dia berhenti ada begitu banyak kejadian yang membuatnya terlibat dengan gadis-gadis lain. Apakah dia akan kembali ke cinta pertamanya, atau akankah gadis lain berhasil merebut hatinya?
Ini adalah kisah yang dimulai setelah merasakan patah hati 💔
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Katsumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MC Cerita Harem?
Masih di kantin. Suasana mendadak jadi hening. Bahkan suara riuh dari meja lain pun seakan menghilang, tak terdengar di antara mereka berdua.
Ferdi berhenti mengunyah gorengannya. Tangannya diam di atas meja, dan matanya fokus menatap Yuka di seberangnya.
Yuka pun begitu. Pandangannya tertuju langsung ke mata Ferdi, seolah ingin mencari sesuatu di dalam sana… harapan, mungkin?
"Apa kamu bisa balik kayak dulu?" tanya Yuka tiba-tiba. Suaranya lirih, tapi jelas. Seolah mengabaikan semua kerumitan yang ada, berharap semuanya bisa kembali seperti sedia kala.
Ferdi terdiam sebentar. Kemudian ia tersenyum, tapi bukan senyum bahagia. Lebih seperti senyum pasrah, senyum penuh luka.
"Maaf… tapi aku udah nggak bisa."
Kalimat itu sederhana, tapi rasanya seperti tembok yang roboh tepat di depan Yuka.
Wajahnya langsung menunduk. Bahunya sedikit bergetar.
"Jadi kamu… udah nggak mau deket sama aku lagi?" ucapnya pelan. Suaranya serak, seperti ditahan agar tidak pecah.
Ferdi diam.
Tak ada kata yang keluar.
Entah karena dia tak tahu harus menjawab apa, atau karena dia sendiri belum benar-benar yakin dengan perasaannya sekarang.
Yang pasti, keduanya hanya terdiam. Duduk berhadapan… tapi terasa begitu jauh.
...----------------...
Dari meja yang agak jauh, tampak empat kepala muncul dengan gaya mencurigakan.
"Oi, oi… itu barusan apa? Kok vibe-nya berat banget?" bisik Adit, matanya tak lepas dari Ferdi dan Yuka di kejauhan.
Aldi menyesap es tehnya, "Fix itu drama... Liat tuh, Yuka sampe mau nangis," ucapnya pelan, nada suaranya mendadak serius.
Fino menggigit sendoknya sendiri saking tegangnya. "Wah, gila sih, ini udah kayak final episode sinetron. Gue deg-degan padahal bukan gue yang pacaran."
Bayu yang sedari tadi diam, akhirnya angkat suara, dengan nada agak bijak ala-ala guru filsafat, "Kadang… rasa sakit datang bukan karena kehilangan, tapi karena terlambat menyadari."
Ketiganya menatap Bayu.
"Apaan sih," celetuk Aldi, langsung nyenggol bahu Bayu pakai siku.
"Pfft—HAHAHAHA!" Adit nggak bisa nahan tawa, langsung menutupi mulutnya pake tangan biar nggak ketahuan.
"Woy! Woy! Pelan dikit! Mau ngintip jangan ketawa kayak di acara stand-up comedy!" Fino panik, langsung menarik hoodie-nya buat nutupin wajah.
"Gila, tapi Ferdi kuat banget ya, bisa nahan ekspresi sedingin itu…" gumam Adit lagi, kembali fokus memperhatikan.
"Tapi kalian ngerasa gak sih… ini bukan akhir?" tanya Fino tiba-tiba.
Aldi ngunyah gorengan, "Maksud lo?"
Fino menoleh ke mereka dengan ekspresi dramatis.
"Kayak… ini bukan penutup. Tapi awal dari babak baru yang… lebih ribet."
Semua langsung saling pandang.
Dan untuk beberapa detik, mereka hanya diam.
Sampai akhirnya Adit angkat tangan.
"Oke, siapa yang mau nulis fanfic-nya?"
"LO!" teriak yang lain serempak sambil nunjuk Adit.
Fino menyandarkan dagu di tangannya, matanya fokus ke arah meja tempat Ferdi dan Yuka duduk.
"Tapi serius dah, ini si Ferdi..." gumamnya pelan.
"Udah kayak MC anime harem, asw," potong Aldi cepat, nada suaranya setengah iri.
"Nah!" Fino langsung setuju, nadanya naik antusias.
"Awalnya ngejer-ngejer Yuka kayak orang bego," lanjut Aldi, sambil nyeruput es tehnya lagi, "Eh pas udah berhenti ngejer, malah dapet cewek lain."
"Kalau nggak salah, dia juga mulai deket sama Ketua OSIS, si Hina, kan?" Bayu tiba-tiba ikutan nimbrung, matanya nggak lepas dari gorengan di piring.
Semua langsung noleh ke Bayu bersamaan, tatapan mereka penuh rasa tidak percaya.
"Eh?! Lu serius?!" Fino nyaris teriak, matanya membesar.
Bayu ngangguk santai, sok kalem padahal udah nahan cerita ini dari tadi, "Tadi gue liat dia ngobrol sama Hina depan kelas. Dikasih sesuatu terus ceweknya kabur. Mukanya merah banget, sumpah."
"Gila…" Adit megang kepala sendiri, seolah nggak sanggup mencerna kenyataan, "Ferdi... Ferdi udah naik kasta."
"Dari bucin dongo... jadi tokoh utama," Aldi menggumam dramatis.
"MC genre campuran," tambah Fino, "Romance? Ada. Drama? Jelas. Comedy? Kita semua."
"Gue sebagai penonton udah capek duluan," ujar Adit, ngelus dada. "Tapi si Fer malah makin calm, makin misterius. Parah sih... aura MC-nya keluar semua."
"Fix," ujar Bayu.
Aldi langsung ambil gelas, dan seolah jadi narrator anime, "Yuka, si cinta pertama. Hina, Ketua OSIS yang dingin namun perhatian. Lisa, gadis misterius dari kelas lain."
Langsung pecah tawa mereka satu meja.
Adit nepuk meja, "Apa bakal nambah lagi nih? Tipe tomboy tapi diem-diem perhatian!"
Mereka semua mikir bareng, ekspresinya serius.
Beberapa detik sunyi...
"GAK ADA!" seru mereka kompak, langsung ketawa ngakak sampai hampir tumpahin minuman.
Tapi di tengah kekacauan itu, Bayu tiba-tiba ngeh, "Eh, eh, woy... pelan, pelan. Ferdi ngeliat ke sini...!"
Seketika mereka semua duduk kalem, ekspresi berubah seolah nggak terjadi apa-apa. Tapi dari cara mereka saling curi pandang dan tahan tawa... jelas, drama ini masih jauh dari selesai.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...----------------...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ferdi berdiri, menatap Yuka dengan tatapan yang datar namun jelas menyimpan banyak rasa.
"Bukan berarti aku bakal ngejauh atau gimana. Aku masih bisa jadi temenmu..." ucapnya pelan, lalu menambahkan dengan suara yang lebih tegas, "Tapi aku gak bakal ngasih perhatian kayak dulu lagi."
Tanpa menunggu reaksi apapun, Ferdi langsung berbalik dan berjalan meninggalkan Yuka yang masih duduk terpaku di meja kantin.
Ia tidak langsung kembali ke kelas. Sebaliknya, langkah kakinya membawanya menuju perpustakaan. Tempat di mana ia bisa menenangkan diri... jauh dari keramaian, jauh dari perasaan yang mengacaukan pikirannya.
Sementara itu, Yuka masih menunduk.
Ini semua salahku... batinnya. Aku yang selalu nolak dia... sekarang malah marah sendiri.
"Kalau tahu bakal kayak gini..." gumamnya lirih, suaranya nyaris tak terdengar oleh siapa pun.
Matanya perlahan menoleh ke arah pintu keluar kantin, arah di mana Ferdi menghilang barusan.
Dia pergi... dan mungkin, gak akan balik lagi kayak dulu.
Tiba-tiba, pandangan Yuka bergeser... menatap ke sebuah meja tak jauh dari tempatnya duduk.
Empat orang yang awalnya asik bercanda, langsung terdiam saat sadar kalau Yuka sedang menatap mereka.
"Eh... dia ngeliat kita?" bisik Aldi, ekspresi wajahnya mendadak kaku.
"Kayaknya iya..." sahut Adit, nyaris menelan ludah sendiri.
Tatapan Yuka makin tajam. Wajahnya tidak marah, tapi... cukup membuat mereka semua merasa bersalah meskipun gak tau salahnya apa.
"Ah... kayaknya kita bakal kena masalah," gumam Fino dengan nada frustasi.
"Aku... aku mau ke toilet dulu," Bayu tiba-tiba berdiri dengan niat kabur, namun tangannya langsung ditahan Aldi.
"Enak aja lu kabur sendiri," Aldi menatap tajam, seolah berkata kita berada di kapal yang sama, bro.
Tap... tap... tap...
Langkah kaki Yuka terdengar makin dekat.
Mereka berempat makin panik, tapi diam. Gak ada satu pun yang berani bergerak... apalagi bernapas terlalu keras.
Ini bukan drama... ini hukuman Tuhan atas dosa-dosa ngerumpi mereka barusan.
kayaknya bertambah saingannya