Di dunia di mana Spirit Master harus membunuh Spirit Beast untuk mendapatkan Spirit Ring, Yin Lian lahir dengan kekuatan yang berbeda: Kontrak Dewa. Ia tidak perlu membunuh, melainkan menjalin ikatan dengan Spirit Beast, memungkinkan mereka berkembang bersamanya. Namun, sistem ini dianggap tabu, dan banyak pihak yang ingin melenyapkannya sebelum ia menjadi ancaman.
Saat bergabung dengan Infernal Fiends Academy, akademi kecil yang selalu diremehkan, Yin Lian bertemu rekan-rekan yang sama keras kepala dan berbakatnya. Bersama mereka, ia menantang batas dunia Spirit Master, menghadapi persaingan sengit, konspirasi dari akademi besar, serta ancaman dari kekuatan yang mengendalikan dunia di balik bayangan.
Di tengah semua itu, sebuah rahasia besar terungkap - Netherworld Spirit Realm, dimensi tersembunyi yang menyimpan kekuatan tak terbayangkan. Kunci menuju puncak bukan hanya soal kekuatan, tetapi juga keberanian untuk menghadapi kegelapan yang mengintai.
⚠️pict : pinterest ⚠️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Yin Lian diam-diam menghembuskan napas lega, mengira percakapan itu telah berakhir. Namun, saat ia hendak duduk, suara berat ayahnya kembali terdengar, kali ini dengan nada yang berbeda—lebih tajam, lebih menusuk.
"Apa kau yakin sesuatu yang gagal bisa menjadi sesuatu yang sempurna?"
Yin Lian menegang.
Matanya melebar sedikit, tetapi ia tidak langsung menjawab.
Ayah tidak pernah menanyakan hal seperti ini sebelumnya.
Selama ini, Yin Hao hanya melarangnya. Memberinya perintah. Tak pernah sekalipun ia mencoba mendiskusikan sesuatu dengannya, apalagi tentang kegagalan dan kesempurnaan.
Sunyi.
Di balik meja kayu, Yin Lian menggenggam tangannya erat di pangkuannya.
Lalu, dengan suara pelan, hampir berbisik, ia berkata, "Sesuatu yang gagal mungkin tidak bisa menjadi sempurna... Tapi setiap sesuatu yang gagal adalah pecahan-pecahan dari sesuatu yang sempurna."
Suara bubur yang diaduk oleh Yin Hao tiba-tiba terhenti.
Mata tajamnya menatap gadis kecil di depannya.
"Pecahan dari sesuatu yang sempurna?" ulangnya, seolah ingin memastikan apa yang baru saja ia dengar.
Yin Lian hanya mengangguk kecil.
Namun, bukannya menjawab atau menanggapinya dengan baik, Yin Hao malah bertanya lagi—kali ini, dengan nada lebih menekan.
"Kalau begitu, jika Martial Soul-mu adalah pecahan dari sesuatu yang sempurna, bagaimana kau akan menemukan pecahan-pecahan itu dan menyatukannya kembali?"
Yin Lian tercekat.
Tangannya yang tadi menggenggam ujung pakaiannya kini mengepal erat.
Bagaimana aku bisa menemukannya...?
Ia bahkan tidak tahu apakah ia memiliki kemampuan untuk mencarinya.
Tak ada jawaban.
Yin Hao hanya menghela napas, lalu bangkit dari kursinya. Langkahnya terdengar berat saat ia berjalan mendekat, berdiri tepat di hadapan Yin Lian.
Lalu, tanpa peringatan, ia berkata, "Tunjukkan Martial Soul-mu."
Yin Lian mengangkat kepalanya dengan terkejut. "Apa...?"
"Aku ingin melihatnya," ulang Yin Hao, matanya tak menunjukkan emosi apa pun.
Kejutan itu masih membekas di wajah Yin Lian.
Selama ini, ayahnya bahkan tidak pernah penasaran dengan seperti apa Martial Soul miliknya. Bahkan saat semua orang berkata bahwa Martial Soul-nya adalah Martial Soul yang gagal, Yin Hao sama sekali tidak pernah bertanya.
Tapi sekarang?
Saat mendengar bahwa Martial Soul itu adalah sesuatu yang gagal, ia malah langsung ingin melihatnya?
Ketika Yin Lian masih terdiam, Yin Hao melanjutkan—kali ini dengan suara yang lebih dingin dari sebelumnya.
"Apa kau takut memperlihatkan kegagalanmu?"
Kalimat itu menusuk seperti belati.
Yin Lian menahan napas.
Tidak... Aku bukan takut... Aku hanya tidak ingin melihat ekspresi ayah setelah dia melihatnya.
Namun, di hadapan sosok yang selalu menjadi bayang-bayang dalam hidupnya, ia tahu bahwa ia tidak memiliki pilihan.
Dengan tangan sedikit gemetar, Yin Lian mulai mengangkat tangannya perlahan...
Dari telapak tangannya, kabut hitam mulai muncul, berputar dan menggumpal di udara seperti asap yang kehilangan bentuknya.
Yin Hao sempat tertegun, matanya menyipit seolah mencari sesuatu di dalam kabut itu. Namun, setelah beberapa detik, ekspresinya berubah.
Dahi lelaki itu mengerut, dan dengan helaan napas panjang, ia menggeleng.
"Hanya ini?" katanya dengan nada datar.
Yin Lian menahan napas.
"Aku sudah tahu. Martial Soul-mu memang gagal."
Kata-kata itu dingin, penuh kekecewaan.
Tanpa menunggu jawaban, Yin Hao berbalik, melangkah menuju kamarnya seolah semua itu tak layak dibahas lebih jauh.
Namun langkahnya tiba-tiba terhenti.
Di belakangnya, Yin Lian mengangkat tangan kirinya. “Tapi aku masih punya yang lain…”
Sebuah aura gelap muncul di udara—berbeda dari kabut sebelumnya.
Kilauan besi tajam memantulkan cahaya redup di dalam ruangan. Suara logam yang bergetar terdengar samar saat sebuah senjata perlahan terbentuk di tangannya.
Sebuah Ghost Reaper Scythe.
Mata sabitnya hitam kelam dengan ukiran rumit di sepanjang gagangnya. Aura yang dipancarkannya begitu kuat hingga udara di sekitar mereka terasa lebih berat.
Yin Hao terdiam.
Matanya membesar.
Detik berikutnya, ia berbalik dan berjalan cepat ke arah Yin Lian.
Tanpa ragu, ia berlutut di hadapan putrinya.
Tangannya gemetar saat menyentuh gagang sabit itu, matanya tak berkedip menelusuri setiap detailnya.
Bentuknya. Ukirannya. Aura yang terpancar darinya.
Sempurna.
Yin Hao menegakkan tubuhnya, lalu tanpa peringatan, ia menarik Yin Lian ke dalam pelukannya.
"Yin Lian..."
Suara lelaki itu bergetar, sesuatu yang belum pernah Yin Lian dengar sebelumnya.
"Kau benar-benar memilikinya..."
Gadis kecil itu menegang dalam pelukannya.
Hatinya berdetak lebih cepat.
Selama ini, Yin Hao tidak pernah...
Tidak pernah menyentuhnya dengan lembut.Tidak pernah berbicara padanya dengan penuh perhatian.Tidak pernah menunjukkan kasih sayang sekecil apa pun.
Tapi sekarang, untuk pertama kalinya, tubuh ayahnya yang besar dan kokoh menyelimuti dirinya dalam kehangatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Perlindungan.
Kasih sayang.
Namun, dalam kehangatan yang tiba-tiba ini, Yin Lian tidak bisa menahan satu pertanyaan yang berputar di kepalanya.
Apakah ayah memelukku... karena aku memilikinya?
Setelah beberapa saat, Yin Hao perlahan melepaskan pelukannya.
Tangan besarnya terangkat, menutup seluruh tangan kiri Yin Lian yang masih memegang Ghost Reaper Scythe. Dalam sekejap, sabit hitam itu menghilang.
Yin Hao menatap putrinya dalam diam. Tangannya yang tadi menutup tangan kecil Yin Lian kini terlepas, lalu bergerak mengelus lembut pipi putrinya.
Sebuah tatapan yang berbeda terpancar di matanya—sesuatu yang tidak pernah ditunjukkan sebelumnya.
Matanya melirik ke arah kabut hitam yang masih menggumpal di tangan kanan Yin Lian.
Yin Hao menghela napas sebelum kembali menatap putrinya dengan lembut.
Lalu, dengan suara pelan, ia bertanya,
"Saat upacara pembangkitan spirit... apakah pengujimu memberitahumu apa nama dari kabut hitam ini?"
Yin Lian terdiam sejenak, lalu perlahan menggeleng.
Yin Hao mengangguk, seolah sudah menduga jawabannya.
Ia mengangkat tangan kanan Yin Lian, menunjuk ke arah kabut yang ada di kepalan tangannya.
"Wujud sempurna dari kabut hitam ini... adalah Phantom Shadow."
Yin Lian menatap kabut di tangannya, ekspresinya penuh kebingungan.
Phantom Shadow?
Itu adalah pertama kalinya ia mendengar nama itu.
Namun saat menatap kabut itu lebih lama, ia merasakan sesuatu yang aneh.
Rasanya... aku pernah melihat sesuatu yang mirip dengannya.
Perasaan itu samar, seperti ingatan yang belum sepenuhnya muncul ke permukaan.
Tapi Yin Lian tidak mengatakan apa pun.
Ia hanya mengangguk pelan dan menggenggam tangannya, membiarkan kabut itu memudar perlahan.
Untuk saat ini... ia memilih untuk diam.